==== 24. PASAL 24 – PERSYARATAN KEMAMPUAN LAYAN

==== 24.1 - Ruang lingkup R24.1 - Ruang lingkup

==== 24.1.1 Pasal ini digunakan sebagai
pedoman perencanaan elemen struktur
agar memenuhi persyaratan minimum
kemampuan layan, termasuk kasus a)
hingga d):
a) Defleksi akibat beban kerja gravitasi
(24.2)
b) Distibusi tulangan lentur pada pelat satu
arah dan balok untuk mengontrol retak
(24.3)
c) Tulangan susut dan suhu (24.4)
d) Tegangan izin untuk komponen lentur
prategang (24.5)
Pasal ini menjelaskan tentang
persyaratan kemampuan layan yang
dirujuk dalam pasal-pasal lain dalam
standar ini, serta dapat digunakan sebagai
kriteria penentuan kinerja sebuah elemen
struktur. Pasal ini tidak dapat berdiri sendiri
sebagai sebuah persyaratan kemampuan
layan yang lengkap dan kompilasi kompak
untuk desain komponen-komponen
struktur.

==== 24.2 - Defleksi akibat beban gravitasi
tingkat layan

==== R24.2 - Defleksi akibat beban gravitasi
tingkat layan

==== 24.2.1 Komponen struktur lentur harus
didesain agar memiliki kekakuan yang
cukup sehingga dapat membatasi terjadinya
defleksi atau deformasi yang dapat
berpengaruh negatif pada kekuatan atau
kemampuan layan suatu struktur.
Pasal ini hanya membahas defleksi atau
deformasi yang terjadi akibat beban layan.
Apabila memperhitungkan defleksi sebagai
fungsi waktu, maka hanya beban mati dan
bagian dari beban-beban lain yang bersifat
tetap saja yang perlu diperhitungkan.
Ada dua metode yang dapat digunakan
untuk mengontrol defleksi (Sabnis et al.
1974). Untuk pelat satu arah dan balok
nonprategang, termasuk elemen komposit,
ketebalan minimum yang diatur dalam
7.3.1 dan 9.3.1 dianggap memenuhi
persyaratan standar ini untuk komponen
struktur yang tidak menahan atau tidak
disatukan dengan komponen nonstruktural
yang mungkin akan rusak akibat lendutan
yang besar. Untuk konstruksi nonprategang
dua arah, ketebalan minimum
diatur dalam 8.3.1 dianggap memenuhi
persyaratan standar ini.
Untuk komponen nonprategang yang
tidak memenuhi persyaratan ketebalan
minimum, untuk komponen nonprategang
satu arah yang memikul atau berhubungan
dengan komponen nonstruktural yang
menahan atau disatukan dengan
komponen nonstruktural yang mungkin
akan rusak akibat lendutan yang besar dan
komponen lentur prategang, defleksi harus
dihitung berdasarkan 24.2.3 hingga 24.2.5.
Lendutan maksimum yang dihitung
dibatasi oleh nilai yang tercantum dalam
Tabel 24.2.2.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 544 dari 695


==== 24.2.2 Lendutan yang dihitung menurut

==== 24.2.3 hingga 24.2.5 tidak boleh melebihi
batasan pada Tabel 24.2.2.

==== R24.2.2 Harus dicatat bahwa
pembatasan-pembatasan yang diberikan
dalam Tabel 24.2.2 hanya terkait dengan
elemen-elemen nonstruktural yang yang
didukung atau dihubungkan. Untuk
struktur-struktur tersebut dimana
komponen-komponen strukturalnya
sepertinya dipengaruhi oleh lendutan atau
deformasi komponen-komponen struktur
dimana komponen-komponen struktural
tersebut dihubungkan dengan cara
sedemikian rupa sehingga memberikan
pengaruh yang merugikan kekuatan
struktur tersebut, lendutan-lendutan dan
gaya-gaya yang ditimbulkan tersebut harus
dipertimbangkan secara eksplisit dalam
analisis dan desain struktur seperti yang
disyaratkan oleh 24.2.1 (ACI 209R-92).
Bila lendutan jangka panjang dihitung,
bagian lendutan sebelum penyatuan
elemen-elemen nonstruktural boleh
dikurangi. Dalam melakukan hal ini
penggunaan koreksi dapat dilakukan
dengan kurva dalam Gambar R24.2.4.1
untuk komponen-komponen struktur
dengan ukuran dan betuk yang umum.
Tabel 24.2.2 – Perhitungan lendutan izin maksimum
Jenis
komponen
struktur
Kondisi Lendutan yang diperhitungkan
Batas
lendutan
Atap datar
Tidak memikul atau tidak disatukan
dengan elemen-elemen nonstruktural
yang mungkin akan rusak akibat
lendutan yang besar
Lendutan seketika akibat Lr dan R
maksimum
ℓ/180[1]
Lantai Lendutan seketika akibat L ℓ/360
Atap atau
lantai
Memikul atau
disatukan
dengan
elemenelemen
nonstruktural
Mungkin akan rusak
akibat lendutan yang
besar
Bagian dari lendutan total yang terjadi
setelah pemasangan elemen
nonstruktural, yaitu jumlah dari
lendutan jangka panjang akibat
semua beban tetap dan lendutan
seketika akibat penambahan beban
hidup[2]
ℓ/480[3]
Tidak akan rusak
akibat lendutan yang
besar
ℓ/240[4]
[1]Batasan tidak dimaksudkan sebagai pengamanan terhadap genangan air. Genangan air harus diperiksa berdasarkan
perhitungan lendutan, termasuk lendutan tambahan akibat genangan air, dan mempertimbangkan pengaruh jangka panjang
akibat beban tetap,lawan lendut, toleransi konstruksi, dan keandalan sistem drainase.
[2]Lendutan jangka panjang harus dihitung berdasarkan 24.2.4, tapi boleh dikurangi dengan nilai lendutan yang terjadi sebelum
pemasangan elemen nonstruktural. Besarnya nilai lendutan ini harus dihitung berdasarkan data teknis yang dapat diterima
terkait dengan karakteristik hubungan waktu-lendutan dari komponen struktur yang serupa dengan komponen struktur yang
ditinjau.
[3]Batasan boleh dilampaui bila langkah pencegahan kerusakan terhadap komponen yang ditumpu atau disatukan telah
dilakukan.
[4]Batasan tak boleh melebihi batasan toleransi yang disediakan untuk elemen nonstruktural.

==== 24.2.3 Perhitungan lendutan seketika R24.2.3 Perhitungan lendutan seketika
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 545 dari 695


==== 24.2.3.1 Lendutan seketika harus dihitung
dengan metode dan formula untuk lendutan
elastis, dengan mempertimbangkan
pengaruh retak dan tulangan pada
kekakuan penampang.

==== R24.2.3.1 Dalam perhitungan lendutan
seketika komponen struktur prismatik tak
retak, metode atau formula umum untuk
lendutan elastis bisa digunakan dengan
nilai EcIg konstan sepanjang komponen
struktur. Akan tetapi, bila komponen
struktur diperkirakan mengalami retak
pada sebuah penampang atau lebih, atau
bila tinggi penampang bervariasi
sepanjang bentangnya, perhitungan yang
lebih teliti diperlukan.

==== 24.2.3.2 Pengaruh variasi properti
penampang seperti haunch, harus
dipertimbangkan dalam perhitungan
lendutan.

==== 24.2.3.3 Lendutan pada sistem pelat dua
arah harus dihitung dengan memperhatikan
bentuk dan ukuran panel pelat, kondisi
perletakan dan sifat kekangan pada ujung
pelat.

==== R24.2.3.3 Perhitungan lendutan pelat
dua arah adalah rumit, bahkan bila perilaku
elastik linear diasumsikan. Untuk lendutan
seketika, nilai Ec dan Ie yang ditetapkan
secara berurutan dalam 24.2.3.4 dan

==== 24.2.3.5 boleh digunakan (ACI 209R).
Akan tetapi, prosedur lain dan nilai lain dari
kekakuan EcIe boleh digunakan apabila
menghasilkan lendutan mendekati nilai
yang diperoleh dari hasil uji yang
komprehensif.

==== 24.2.3.4 Modulus elastisitas Ec diizinkan
untuk dihitung sesuai 19.2.2.

==== 24.2.3.5 Untuk komponen-komponen
nonprategang, momen inersia efektif Ie
dihitung berdasarkan Pers.(24.2.3.5a)
kecuali bila didapatkan melalui alaisis lebih
rinci dan teliti. Namun demikian Ie tak boleh
melebihi Ig
3 3
1 cr cr
e g cr
a a
M M
I I I
M M
     
       
     
(24.2.3.5a)
Dengan Mcr dihitung sebagai:
r g
cr
t
f I
M
y
 (24.2.3.5b)

==== R24.2.3.5 Momen inersia efektif yang
dibahas dalam standar ini dan
dikembangkan oleh Branson (1965)
ditetapkan cukup teliti untuk menentukan
perkiraan lendutan (ACI Committee 435
1966, 1968; ACI 209R). Momen inersia
efektif Ie dikembangkan untuk
menyediakan peralihan antara batas atas
dan batas bawah Ig dan Icr sebagai fungsi
rasio momen Mcr/Ma

==== 24.2.3.6 Untuk pelat satu arah dan balok
menerus Ie dapat diambil sebagai rata-rata
dari nilai-nilai yang diperoleh dalam Pers.
(24.2.3.5a) untuk penampang momen
negatif dan positif kritikal.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 546 dari 695


==== 24.2.3.7. Untuk pelat satu arah dan balok
prismatik Ie dapat diambil dari nilai yang
diperoleh dalam Pers. (24.2.3.5a) di tengah
bentang untuk bentang sederhana dan
menerus, dan di daerah tumpuan untuk
balok kantilever.

==== R24.2.3.7 Penggunaan properti
penampang di tengah bentang untuk
komponen struktur prismatik menerus
dianggap cukup memadai dalam
perhitungan pendekatan terutama karena
kekakuan tengah bentang (termasuk
pengaruh retak) mempunyai pengaruh
dominan pada lendutan sebagaimana
ditunjukkan oleh ACI 435.5R, ACI
Committee 435 (1979) dan Sabnis et al.
(1974).

==== 24.2.3.8 Untuk pelat dan balok prategang
kelas U seperti didefinisikan dalam 24.5.2
diizinkan untuk menghitung lendutan
berdasarkan Ig.

==== R24.2.3.8 Lendutan seketika bagi
komponen struktur beton prategang kelas
U dapat dihitung dengan metode dan
formula biasa untuk lendutan elastis
menggunakan momen inersia penampang
bruto (tak retak) dan modulus elastisitas
beton ditetapkan dalam 19.2.2.1.

==== 24.2.3.9. Untuk pelat dan balok prategang
kelas T dan kelas C seperti yang
didefinisikan dalam 24.5.2 lendutan harus
dihitung berdasarkan analisis transformasi
penampang retak. Diizinkan untuk
mendasari perhitungan lendutan pada
hubungan momen-lendutan bilinier atau Ie
berdasarkan Pers. (24.2.3.5a), dimana Mcr
dihitung berdasarkan:
( ) r pe g
cr
t
f f I
M
y
 (24.2.3.9)

==== R24.2.3.9 Komponen struktur lentur
prategang kelas C dan T didefinisikan
dalam 24.5.2. PCI Design Handbook (PCI
MNL 120). memberikan perhitungan
lendutan menggunakan hubungan
momen-lendutan bilinear, dan
menggunakan momen inersia efektif. Mast
(1998) memberikan informasi tambahan
tentang lendutan komponen struktur beton
prategang yang retak.
Shaikh and Branson (1970) menunjukkan
bahwa metode Ie dapat digunakan utnuk
menghitung lendutan komponen struktur
prategang kelas C dan kelas T dibebani di
atas beban retak. Dalam kasus ini, momen
retak harus memperhitungkan pengaruh
gaya pategang seperti diberikan dalam
Pers. (24.2.3.9).
Sebuah metode untuk memperkirakan
pengaruh tulangan tarik nonprategang
dalam mengurangi lawan-lendut rangkak
juga diberikan oleh Shaikh and Branson
(1970) dengan aproksimasi formula
diberikan dalam ACI 209R dan Branson
(1970).

==== 24.2.4 Perhitungan lendutan jangka
panjang

==== R24.2.4 Perhitungan lendutan jangka
panjang

==== 24.2.4.1 Komponen non prategang

==== 24.2.4.1.1 Kecuali diperoleh dari
perhitungan lebih rinci, tambahan lendutan
jangka panjang akibat susut dan rangkak
untuk komponen lentur dapat dihitung

==== R24.2.4.1 Komponen non prategang –
Susut dan rangkak mengakibatkan
lendutan jangka panjang tambahan
terhadap lendutan elastis akibat beban
ketika pertama kali beban diberikan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 547 dari 695

sebagai perkalian lendutan seketika yang
disebabkan oleh beban tetap dengan faktor
λΔ
1 50
 

(24.2.4.1.1)

==== 24.2.4.1.2 Dalam Pers. (24.2.4.1.1), ρ'
dihitung pada tengah bentang untuk
bentang sederhana dan menerus, dan di
daerah tumpuan untuk balok kantilever.

==== 24.2.4.1.3 Dalam Pers. (24.2.4.1.1) faktor
ketergantungan waktu untuk beban tetap ξ
dihitung dari Tabel 24.2.4.1.3.
Tabel 24.2.4.1.3 – Faktor pengaruh
waktu untuk beban tetap
Durasi beban tetap,
dalam bulan
Faktor pengaruh
waktu ξ
3 1,0
6 1,2
12 1,4
60 atau lebih 2,0
Penurunan ini dipengaruhi suhu,
kelembaban, kondisi perawatan (curing),
umur pada waktu pembebanan, kuantitas
tulangan tekan dan besarnya beban tetap.
Rumusan yang diberikan dalam pasal ini
dianggap memuaskan untuk penggunaan
dengan prosedur standar ini untuk
perhitungan lendutan seketika dan dengan
batasan-batasan yang diberikan dalam
Tabel 24.2.2. Ledutan yang dihitung dalam
pasal ini merupakan lendutan jangka
panjang tambahan akibat beban mati dan
sebagian dari beban lain yang bekerja
secara berkesinambungan dan dalam
jangka waktu yang cukup untuk
mengakibatkan lendutan tergantung waktu
yang siknifikan.
Pers. 24.2.4.1.1 dikembangkan Branson
(1971). Dalam Pers. 24.2.4.1.1, bagian
(1+50ρ’) adalah untuk memperhitungkan
pengaruh tulangan tekan yang mengurangi
pengaruh lendutan jangka panjang. ξ=2,0
mencerminkan faktor ketergantungan
waktu nominal untuk lama pembebanan 5
tahun. Kurva dalam Gambar R24.2.4.1
boleh digunakan untuk mementukan
besaran ξ bila pembebanan kurang dari 5
tahun.
Bila pengaruh susut dan rangkak akan di
analisis secara terpisah, rumusan
pendekatan Branson (1965, 1971, 1977)
dan ACI Committee 435 (1966) dapat
digunakan.
Karena ketersediaan data lendutan
jangka panjang untuk pelat dua arah
adalah terbatas untuk menjustifikasi
prosedur yang lebih rinci, perhitungan
tambahan lendutan jangka panjang untuk
pelat dua arah berdasarkan Pers.
(24.2.4.1.1) adalah disyaratkan untuk
menggunakan pengali yang diberikan
dalam 24.2.4.1.3.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 548 dari 695

Gambar R24.2.4.1 – Faktor pengali
untuk lendutan jangka panjang

==== 24.2.4.2 Komponen struktur prategang R24.2.4.2 Komponen struktur prategang

==== 24.2.4.2.1 Lendutan jangka panjang
tambahan untuk komponen struktur
prategang harus dihitung dengan
memeperhatikan pengaruh tegangan dalam
beton dan tulangan akibat beban tetap, dan
pengaruh-pengaruh susut dan rangkak
beton dan relaksasi baja prategang.

==== R24.2.4.2.1 Perhitungan lendutan jangka
panjang komponen lentur beton prategang
adalah rumit. Perhitungan harus
mempertimbangkan tidak hanya lendutan
yang bertambah akibat tegangan lentur,
tetapi juga lendutan jangka panjang
tambahan yang dihasilkan dari
perpendekan tergantung waktu komponen
struktur lentur.
Komponen struktur beton prategang
memendek lebih besar daripada
komponen struktur nonprategang serupa
akibat rangkak aksial oleh pratekanan
pada pelat atau balok. Rangkak ini
bersama dengan susut mengakibatkan
perpendekan komponen struktur lentur
yang signifikan yang berlangsung untuk
beberapa tahun setelah konstruksi dan
harus diperhitungkan dalam desain.
Perpendekan ini cenderung mengurangi
tegangan tarik dalam tendon prategang,
yang mengurangi pratekanan dalam
komponen struktur dan oleh karenanya
mengakibatkan peningkatan lendutan
jangka panjang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
lendutan jangka panjang komponen
struktur lentur prategang adalah beton atau
pasangan bata (masonry) didekatnya yang
tidak diprategang dalam arah komponen
struktur prategang. Ini dapat berupa pelat
nonprategang dalam arah balok ynag
berdekatan dengan balok prategang atau
sistem pelat nonprategang. Sebagaimana
komponen struktur prategang cenderung
mengalamisusut dan rangkak yang lebih
013 6 12
0
18 24 30 36 48 60
0,5
1,0
1,5
2,0
ξ
Rentang waktu pembebanan (bulan)
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 549 dari 695

besar dari beton nonprategang didekatnya,
struktur tersebut akan cenderung
mencapai kompatibilitas terhadap
pengaruh perpendekannya. Hal ini
mengakibatkan pengurangan pratekanan
dalam komponen struktur prategang ini
dapat berlangsung selama bertahun-tahun
dan akan mengakibatkan lendutan jangka
panjang tambahan serta meningkatkan
tegangan tarik dalam komponen struktur
prategang.
Sebarang metode yang sesuai untuk
menghitung lendutan jangka panjang
komponen struktur prategang boleh
dipakai, asalkan semua pengaruhnya
diperhitungkan. Pedoman dapat ditemukan
dalam ACI 209R, ACI Committee 435
(1963), Branson et al. (1970) dan Ghali dan
Favre (1986).

==== 24.2.5 Perhitungan lendutan pada
konstruksi beton komposit
25.2.5.1 Bila komponen struktur lentur
beton komposit disangga selama waktu
konstruksi, sehingga setelah penyangga
sementara tadi dilepas, seluruh beban mati
dipikul oleh keseluruhan penampang
komposit, maka untuk perhitungan
lendutan, komponen struktur komposit
tersebut boleh dianggap setara dengan
komponen struktur monolit.

==== 24.2.5.2 Bila elemen lentur beton komposit
tidak disangga selama waktu konstruksi,
maka besaran dan lama pembebanan
sebelum dan sesudah aksi komposit
bekerja secara efektif perlu diperhitungkan
dalam penentuan lendutan jangka panjang.

==== 24.2.5.3 Lendutan yang dipengaruhi
perbedaan rangkak antara komponen
pracetak dan komponen cor ditempat, atau
adanya aksial rangkak dalam komponen
prategang, harus diperhitungkan dalam
desain.

==== R24.2.5 Perhitungan lendutan pada
konstruksi beton komposit – Komponen
struktur beton komposit didesain agar
memenuhi kekuatan geser horizontal
berdasarkan 16.4. Karena terbatasnya
pengujian untuk mempelajari lendutan
seketika dan jangka panjang komponen
struktur komposit maka persyaratanpersyaratan
yang diberikan pada pasal ini
didasarkan pada kebijakan Komite ACI 318
serta pengalaman lapangan.
Dalam 22.3.3.3 dinyatakan bahwa tak
ada perbedaan antara komponen struktur
yang ditopang (shored) atau yang tidak
ditopang (unshored). Hal tersebut terkait
dengan perhitungan kekuatan bukan
lendutan. Namun demikian dokumen
konstruksi harus dinyatakan dengan jelas
bahwa desain beton komposit tersebut
berdasarkan konstruksi dengan atau tanpa
penopang sebagaimana disyaratkan
dalam 26.11.1.1.

==== 24.3 - Distribusi tulangan lentur pada
pelat satu arah dan balok

==== R24.3 - Distribusi tulangan lentur pada
pelat satu arah dan balok

==== 24.3.1 Tulangan dengan lekatan harus
didistribusikan untuk mengontrol retak di
daerah tarik tarik pelat nonprategang dan
pretegang kelas C dan balok-balok
ditulangi untuk satu arah lentur saja.

==== R24.3.1 Bila beban layan menghasilkan
tegangan tinggi dalam tulangan, retak
diperkirakan terjadi dan langkah-langkah
tertentu harus diambil dalam pendetailan
tulangan untuk membatasi retak tersebut.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 550 dari 695

Untuk alasan durabilitas dan penampilan,
banyak retak rambut lebih diterima
daripada sedikit retak besar. Praktik
pendetailan membatasi spasi tulangan
dinilai cukup memadai dalam pembatasan
retak bila tulangan mutu 420 digunakan.
Penelitian laboratorium yang ekstensif
(Gergely and Lutz 1968; Kaar 1966; Base
et al. 1966) melibatkan tulangan ulir
membuktikan bahwa lebar retak saat
beban layan proporsional terhadap
tegangan tulangan. Variable signifikan
yang mencerminkan pendetailan tulangan
yang berpengaruh adalah tebal selimut
dan spasi tulangan.
Lebar retak bervariasi cukup besar,
bahkan dalam laboratorium yang sangat
canggih serta dipengaruhi susut dan faktor
tergantung waktu lainnya. Peningkatan
kontrol retak diperoleh bila tulangan
disebar merata pada daerah tegangan tarik
maksimum. Beberapa tulangan dengan
spasi menengah adalah jauh lebih efektif
daripada hanya satu atau dua tulangan
berdiameter besar untuk luasan yang
sama.

==== 24.3.2 Spasi tulangan dengan lekatan
yang paling dekat dengan serat tertarik tak
boleh melebihi batasan dalam Tabel 24.3.2
dimana cc adalah jarak terkecil antara
permukaan beton ke tulangan ulir dan
tulangan prategang. Perhitungan tegangan
dalam tulangan ulir fs dan perubahan
tegangan dalam besi prategang Δfps
ditentukan berdasarkan 24.3.2.1 dan

==== 24.3.2.2.
Tabel 24.3.2 – Spasi maksimum tulangan
terlekat pada pelat satu arah dan balok
nonprategang dan prategang kelas C
Jenis
tulangan
Spasi maksimum s
Tulangan ulir
atau kawat
Terkecil
dari:
280
380 2,5 c
s
c
f
 
  
 
280
300
s f
 
 
 
Tulangan
prategang
terlekat
Terkecil
dari:
2 280
380 2,5
3 c
ps
c
f
     
                 

==== R24.3.2 Spasi tulangan dibatasi untuk
mengontrol retak (Beeby 1979; Frosch
1999; ACI Committee 318 1999). Untuk
kasus balok dengan tulangan mutu 420
dan selimut beton bersih 50 mm terhadap
tulangan utama dengan fs = 280 MPa,
spasi tulangan maksimum adalah 250 mm.
Lebar retak dalam struktur sangat
bervariasi. Ketentuan-ketentuan standar
untuk spasi tulangan adalah dimaksudkan
membatasi retak permukaan yang
dianggap masih dapat diterima tetapi
mungkin bervariasi pada struktur yang
ditinjau .
Perilaku retak pada korosi tulangan
masih kontroversi. Penelitan (Darwin et al.
1985 and Oesterle 1997) menunjukkan
bahwa korosi tidak secara jelas terkait
dengan lebar retak permukaan dalam
rentang yang diperoleh secara normal dari
tegangan tulangan pada tingkat beban
layan. Untuk alasan tersebut, standar ini
tidak membedakan antara paparan interior
dan eksterior.
Hanya tulangan tarik yang dekat dengan
daerah tarik terbesar dipertimbangkan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 551 dari 695

2 280
300
3 ps f
 
   
Kombinasi
antara
tulangan ulir
atau kawat
dan tulangan
prategang
terlekat
Terkecil
dari:
5 280
380 2,5
6 c
ps
c
f
     
                 
5 280
300
6 ps f
 
   
dalam penentuan 𝒄𝒄 untuk perhitungan
persyaratan spasi. Untuk tulangan
prategang yang memiliki lekatan lebih
rendah daripada tulangan ulir, misalnya
strand, faktor efektif sebesar 2/3 dari nilai
yang digunakan dalam Tabel 24.3.2 bisa
digunakan.
Untuk komponen struktur pascatarik yang
didesain sebagai kompenen yang retak,
disarankan penggunaan tulangan ulir
untuk mengontrol lebar retak dengan
menggunakan Tabel 24.3.2 dengan
tulangan ulir atau kawat. Tulangan terlekat
yang disyaratkan oleh ketentuan lain
dalam standar ini boleh digunakan sebagai
tulangan kontrol retak.

==== 24.3.2.1 Tegangan fs dalam tulangan ulir
yang paling dekat pada permukaan
tegangan tarik akibat beban layan harus
dihitung berdasarkan momen tidak terfaktor,
atau fs diizinkan diambil sebesar (2/3)fy.

==== 24.3.2.2 Perubahan tegangan, Δfps, pada
tulangan prategang dengan lekatan akibat
beban layan harus sama dengan tegangan
yang dihitung menurut analisis penampang
retak dikurangi penurunan tegangan
pratekanan fdc. Diizinkan untuk mengambil
nilai fdc sama dengan tengangan efektif
tulangan prategang fse. Nilai Δfps tak boleh
lebih dari 250 MPa. Bila Δfps lebih kecil dari
140 MPa, batasan spasi tulangan dalam
Tabel 24.3.2 tidak perlu dipenuhi.

==== R24.3.2.2 Penentuan tegangan
pratekanan fdc yang sama dengan
tegangan efektif fse dinilai cukup aman.
Batasan maksimum Δfps sebesar 250 MPa
dimaksudkan untuk menyamakan
terhadap tegangan izin tulangan mutu 420
(fs = 280 MPa). Pengecualian komponenkomponen
struktur dengan Δfps yang lebih
kecil dari 140 MPa menunjukkan bahwa
kebanyakan struktur yang didesain dengan
metode ASD dengan tegangan tulangan
yang rendah sehingga memberikan retak
lentur yang terjadi sangat terbatas.

==== 24.3.3 Bila terdapat hanya satu tulangan
dengan lekatan, strand pratarik, atau tendon
dengan lekatan terdekat dengan serat tarik
terjauh, lebar muka tarik terjauh tak boleh
melebihi s yang ditentukan berdasarkan
Tabel 24.3.2.

==== 24.3.4 Bila sayap balok T tertarik,
sebagian tulangan tarik lentur terlekat harus
didistribusikan sepanjang lebar efektif
sayap balok T sesuai 6.3.2, tapi tak boleh
melampaui ℓn/10. Bila lebar efektif sayap
melebihi ℓn/10 perlu tulangan longitudinal
terlekat tambahan dibagian terluar sayap.

==== R24.3.4 Pada balok T, distribusi tulangan
momen negatif untuk kontrol retak harus
memperhatikan dua pertimbangan: (1)
spasi tulangan yang lebar sepanjang lebar
efektif sayap bisa mengakibatkan retak
lebar pada pelat dekat badan dan (2) spasi
yang rapat dekat badan balok
mengakibatkan bagian sayap daerah
terluar di sisi kiri kanan badan tak
terlindungi. Batasan sepersepuluh adalah
untuk mencegah spasi tulangan terlalu
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 552 dari 695

lebar dan tulangan tambahan yang
diperlukan untuk melindungi bagian luar
sayap balok T.

==== 24.3.5 Spasi tulangan lentur dengan
lekatan pada pelat satu arah dan balok
nonprategang dan partegang kelas C yang
terkena fatigue, didesain kedap air, atau
terpapar lingkungan korosif harus
ditentukan berdasarkan investigasi dan
tindakan pencegahan khusus untuk kondisi
tersebut dan tidak boleh melebihi batasan

==== 24.3.2.

==== R24.3.5 Meskipun sejumlah studi telah
dilakukan, bukti eksperimen yang jelas
terkait lebar retak di atas ambang
keamanan korosi tidak tersedia. Uji
paparan membuktikan bahwa mutu beton,
pemadatan dan selimut beton yang
memadai lebih berpengaruh pada
pencegahan korosi bila dibandingkan
dengan lebar retak pada permukaan beton.
Ketentuan-ketentuan terkait penebalan
selimut beton dan durabilitas tulangan
dibahas dalam 20.6 sedang aspek
durabilitas beton tercantum dalam 19.3.

==== 24.4 - Tulangan susut dan suhu

==== 24.4.1 Tulangan susut dan suhu harus
dipasang tegak lurus arah tulangan lentur
untuk pelat satu arah berdasarkan 24.4.3
dan 24.4.4.

==== R24.4 - Tulangan susut dan suhu

==== R24.4.1 Tulangan susut dan suhu
diperlukan pada arah yang tepat terhadap
tulangan utama untuk mencegah retak
dan menyatukan struktur agar dapat
berfungsi sesuai dengan yang
diasumsikan dalam desain. Ketentuanketentuan
dalam pasal ini hanya berlaku
untuk pelat satu arah, dan tidak digunakan
pada pelat di atas tanah.

==== 24.4.2 Bila perubahan bentuk akibat susut
dan suhu adalah terkekang, pengaruh T
harus dipertimbangkan sesuai 5.3.6.

==== R24.4.2 Batasan luasan untuk tulangan
susut dan suhu disyaratakan oleh 24.4.3.2
dianggap terpenuhi bila pergerakan susut
dan suhu dibolehkan terjadi (tak
terkekang). Bila dinding struktural dan
kolom dapat memberikan kekangan yang
signifikan pada perubahan bentuk akibat
susut dan suhu, kekangan perubahan
volume mengakibatkan tarik di pelat,
perpindahan, gaya geser dan momen
lentur di kolom atau dinding. Dalam kasus
ini, perlu peningkatan jumlah tulangan
pelat yang disyaratkan oleh Tabel 24.4.3.2
akibat pengaruh susut dan suhu dalam
kedua arah utama (PCI MNL, Gilbert
1992). Tulangan atas dan bawah
keduanya adalah efektif dalam mengontrol
retak. Lajur kontrol selama waktu
konstruksi, yang mengizinkan susut awal
yang terjadi tanpa mengakibatkan
peningkatan tegangan juga efektif dalam
mengurangi retak yang disebabakan oleh
kekangan.
Pelat penutup (topping) juga mengalami
tegangan tarik akibat perbedaan susut
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 553 dari 695

antara beton penutup dan elemen pracetak
atau dek metal (memiliki susut nol) yang
harus diperhitungkan dalam penulangan
pelat. Perhatian perlu diberikan pada
regangan perlu untuk tulangan yang
memotong joint elemen-elemen pracetak
dimana kekangan mungkin akan
dilepaskan.

==== 24.4.3 Tulangan nonprategang R24.4.3 Tulangan nonprategang

==== 24.4.3.1 Penggunaan tulangan ulir untuk
menahan tegangan susut dan suhu harus
memenuhi syarat dalam Tabel 20.2.2.4(a)
dan harus sesuai dengan 24.4.3.2 hingga

==== 24.4.3.5.

==== 24.4.3.2 Rasio luasan tulangan ulir susut
dan suhu terhadap luas penampang beton
bruto harus memenuhi batasan dalam Tabel

==== 24.4.3.2
Tabel 24.4.3.2 – Rasio luas tulangan ulir
susut dan suhu minimum terhadap luas
penampang beton bruto
Jenis
tulangan
fy MPa Rasio tulangan
minimum
Batang ulir < 420 0,0020
Batang ulir
atau kawat
las
≥ 420
Terbesar
dari:
0,0018 x 420
fy
0,0014

==== R24.4.3.2 Rasio minimum tulangan ulir
atau kawat las terhadap luas penampang
beton bruto disyaratkan oleh 24.4.3.2
merupakan rumus empiris tapi telah
terbukti efektif selama bertahun-tahun.
Luas tulangan yang diperoleh dapat
didistribusikan dekat bagian atas atau
bawah pelat atau didisitribusikan di antara
dua muka pelat dapat dianggap sesuai
untuk kondisi tertentu.

==== 24.4.3.3 Spasi tulangan susut dan suhu
tak boleh melebihi nilai terkecil antara 5h
dan 450 mm.

==== 24.4.3.4 Pada semua penampang bila
disyaratkan, tulangan ulir yang digunakan
untuk menahan tegangan susut dan suhu
harus mencapai tegangan tarik fy.

==== R24.4.3.4 Tulangan susut dan sushu
pada sambungan lewatan dan
pengankuran ujung harus mencapai
tegangan tarik lelehnya sesuai Pasal 25.

==== 24.4.3.5 Untuk pelat pracetak satu arah
dan dinding pracetak prategang satu arah,
tulangan susut dan suhu tidak diperlukan
dalam arah tegak lurus tulangan lentur
apabila a) hingga c) terpenuhi.
a) Komponen pracetak dengan lebar tak
lebih dari 3,7 m
b) Komponen pracetak yang tidak
terhubung secara mekanis yang

==== R24.4.3.5 Untuk komponen beton
pracetak, komponen beton prategang
dengan lebar tak lebih dari 3,7 m seperti
pelat berlubang, pelat solid, pelat dengan
rusuk dengan spasi rapat umumnya tidak
memerlukan tulangan susut dan suhu
untuk menahan tegangan ke arah pendek.
Hal ini juga berlaku untuk pelat lantai dan
atap nonprategang pracetak. Bentang 3,7
m adalah bentang maksimum yang mana
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 554 dari 695

menyebabkan pengekangan kearah
melintang
c) Tulangan tidak dibutuhkan untuk
menahan tegangan lentur ke arah
melintang
tegangan susut dan suhu dapat
mengembangkan besaran tulangan yang
disyaratkan. Selain itu, banyak susut
terjadi sebelum komponen struktur
disatukan ke struktur. Saat kondisi struktur
akhir, komponen-komponen struktur
umumnya tak sekaku tersambung arah
transversal seperti beton monolit, sehingga
tegangan kekangan transversal akibat
perubahan susut dan suhu berkurang
secara signifikan.
Keringanan ini tidak berlaku apabila
tulangan diperlukan untuk menahan
tegangan lentur seperti pada sayap tipis
balok pracetak T tunggal dan T ganda.

==== 24.4.4 Tulangan prategang R24.4.4 Tulangan prategang

==== 24.4.4.1 Tulangan prategang yang
berfungsi menahan tegangan susut dan
suhu harus memenuhi Tabel 20.3.2.2 dan
tegangan efektif setelah kehilangan
tegangan harus memberikan setidaknya
tegangan tekan rata-rata minimum sebesar
0,7 MPa pada penampang bruto beton.

==== R24.4.4.1 Persyaratan tulangan
prategang telah dipilih untuk memberikan
gaya efektif pada pelat yang kurang lebih
sama dengan gaya yang diperlukan untuk
mencapai kelelehan tulangan
nonprategang untuk susut dan suhu.
Prategang sebesar 0,7 MPa pada
penampang bruto beton telah sukses
sebagai pedoman dalam berbagai proyek.
Pengaruh perpendekan pelat harus
diperiksa agar syarat layan struktur
terpenuhi. Dalam kasus pada umumnya,
tingkat prategang rendah yang
direkomendasikan tidak menyebabkan
kesulitan untuk mencapai pendetailain
struktur yang cukup. Perhatian tambahan
diperlukan pada kasus dimana pengaruh
temperatur dan kekangan menjadi
signifikan.

==== 24.5 - Tegangan izin dalam komponen
struktur lentur prategang

==== R24.5 - Tegangan izin dalam komponen
struktur lentur prategang

==== 24.5.1 Umum R24.5.1 Umum

==== 24.5.1.1 Tegangan beton pada komponen
struktur lentur prategang harus dibatasi
sesuai 24.5.2 hingga 24.5.4 kecuali hasil
pengujian atau analisis membuktikan
bahwa kinerja tidak mengalami penurunan.

==== R24.5.1.1 Tegangan izin pada beton
terutama ditujukan untuk kemampuan
layan, tetapi tidak ditujukan untuk
menjamin terpenuhinya kekuatan desain
yang harus diperiksa berdasarkan standar
yang bersangkutan.
Sebuah mekanisme yang diberikan
dimana standar membatasi tegangan tidak
perlu menghalangi pengembangan produk,
material dan teknologi baru dalam
konstruksi beton prategang. Persetujuan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 555 dari 695

desain terhadap kasus khusus di luar
standar ini harus merujuk 1.10 standar ini.

==== 24.5.1.2 Untuk perhitungan tegangan saat
transfer prategang pada beban layan dan
beban retak, teori elastisitas harus
digunakan dengan asumsi-asumsi a) dan
b):
a) regangan berubah secara linier sebagai
fungsi jarak terhadap garis netral sesuai
dengan 22.2.1.
b) pada daerah retak, beton tidak dapat
menahan tarik.

==== 24.5.2 Klasifikasi komponen struktur lentur
prategang

==== R24.5.2 Klasifikasi komponen struktur
lentur prategang

==== 24.5.2.1 Komponen struktur lentur
prategang dikelompokan sebagai kelas U, T
atau C sesuai Tabel 24.5.2.1 berdasarkan
tegangan tarik ft pada serat terjauh di
daerah tarik pratekanan akibat beban layan
dengan menganggap penampang utuh.
Tabel 24.5.2.1 – Klasifikasi komponen
lentur prategang berdasarkan f𝒕
Perilaku
penampang
Kelas Batasan 𝒇𝒕
Tidak retak U[1] ft  0,62 fc '
Peralihan
antara tak
retak dan
retak
T 0,62 ' 1,0 ' c t c f  f  f
Retak C 1,0 ' t c f  f
[1]Pelat dua arah prategang direncanakan sebagai kelas U
dengan 0,50 ' t c f  f

==== R24.5.2.1 Perilaku komponen struktur
lentur prategang dikelompokkan menjadi 3
kelas. Komponen struktur Kelas U
dianggap tidak mengalami retak.
Komponen struktur Kelas C dianggap
mengalami retak. Perilaku Kelas T adalah
transisi antara retak dan tak retak.
Persyaratan kemampuan layan untuk
setiap kelas dirangkum dalam Tabel

==== R24.5.2.1. Sebagai perbandingan tabel ini
juga menampilkan persyaratan komponen
struktur nonprategang.
Kelas tersebut berlaku untuk tendon
terlekat dan tanpa lekatan, tapi sistem pelat
dua arah prategang harus direncanakan
sebagai kelas U dengan  0,50 t c f f '
Daerah tarik pratekanan didefinisikan
sebagai bagian penampang yang
menderita tarik lentur yang dihitung
menggunakan properti penampang bruto
yang terjadi akibat beban hidup dan mati
tidak terfaktor, apabila gaya prategang
tidak ada. Beton prategang umumnya
didesain sedemikian rupa sehingga gaya
prategang menimbulkan tekan di dearah
ini, sehingga secara efektif mengurangi
besaran tegangan tarik dalam beton. Untuk
daerah rawan korosi yang didefinisikan
mengalami serangan kimia (seperti air laut,
industri dengan lingkungan korosif, dan
gas buangan), retak pada beban layan
menjadi kritikal untuk kinerja jangka
panjang. Untuk mengantisipasi hal ini,
selimut beton harus dipertebal
berdasarkan 20.6.1.4, dan tegangan tarik
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 556 dari 695

dalam beton dikurangi untuk mencegah
kemungkinan retak saat beban layan.
Tabel R24.5.2.1 – Persyaratan kemampuan layan
Prategang
Nonprategang
Kelas U Kelas T Kelas C
Asumsi perilaku
Tidak retak/
utuh
Peralihan antara utuh
dan retak
Retak Retak
Properti penampang untuk
perhitungan tegangan saat
beban layan
Penampang
bruto

==== 24.5.2.2
Penampang bruto

==== 24.5.2.2
Penampang
retak

==== 24.5.2.3
Tanpa syarat
Tegangan izin saat transfer
tegangan

==== 24.5.3 24.5.3 24.5.3 Tanpa syarat
Tegangan tekan izin
berdasarkan properti
penampang utuh

==== 24.5.4 24.5.4 Tanpa syarat Tanpa syarat
Tegangan tarik saat beban
layan 24.5.2.1
 0,62 fc ' 0,62 ' 1,0 ' c t c f  f  f Tanpa syarat Tanpa syarat
Dasar perhitungan lendutan

==== 24.2.3.8,

==== 24.2.4.2
Penampang
bruto

==== 24.2.3.9, 24.2.4.2
Penampang retak,
bilinier

==== 24.2.3.9,

==== 24.2.4.2
Penampang
retak, bilinier

==== 24.2.3,

==== 24.2.4.1
Momen
inersia efektif
Kontrol retak Tanpa syarat Tanpa syarat 24.3 24.3
Perhitungan Δfps atau fs
untuk kontrol retak
- -
Analisis
penampang
retak
M/(As x
panjang
lengan
momen),
atau 2/3fy
Tulangan samping (skin)
balok
Tanpa syarat Tanpa syarat 9.7.2.3 9.7.2.3

==== 24.5.2.2 Untuk komponen struktur kelas U
dan T, tegangan saat beban layan
diperhitungkan berdasarkan penampang
utuh.

==== 24.5.2.3 Untuk komponen kelas C,
tegangan saat beban layan diperhitungkan
berdasarkan penampang retak
transformasi.

==== R24.5.2.3 Penampang prategang
diklasifikasikan berdasarkan tegangan di
daerah tarik dan dihitung berdasarkan
asumsi penampang utuh. Bila ternyata
penampang merupakan kelas C dengan
1,0 t c f > f ' penentuan tegangan akibat
beban kerja didasarkan pada transformasi
penampang retak. Metode perhitungan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 557 dari 695

tegangan penampang retak diulas oleh
Mast (1998).

==== 24.5.3 Tegangan beton izin saat transfer
gaya prategang

==== R24.5.3 Tegangan beton izin saat
transfer gaya prategang - Tegangan beton
pada tahapan ini disebabkan berat sendiri
komponen struktur dan gaya prategang
dikurangi kehilangan tegangan akibat
angkur set, dan perpendekan elastis beton.
Susut, rangkak dan relaksasi tidak
diperhitungkan pada tahap ini. Tegangan
ini berlaku untuk sistem prategang pratarik
maupun pascatarik dengan penyesuaian
kehilangan tegangan yang sesuai saat
transfer gaya prategang.

==== 24.5.3.1 Perhitungan tegangan tekan
beton pada serat terjauh sesaat setelah
transfer gaya prategang, tapi sebelum
terjadi kehilangan tegangan jangka
panjang, tak boleh melebihi batasan dalam
Tabel 24.5.3.1.
Tabel 24.5.3.1 – Batasan tegangan tekan
beton sesaat setelah transfer gaya
prategang
Lokasi Tegangan tekan izin
Ujung dari balok
tumpuan sederhana
0,70 fci’
Semua lokasi lainnya 0,60 fci’

==== R24.5.3.1 Tegangan tekan izin pada saat
transfer gaya prategang adalah tinggi pada
penampang ujung komponen struktur
gelagar sederhana, bila dibandingkan
dengan lokasi lain. Hasil ini berdasarkan
riset industri beton pracetak-prategang
(Castro et al. 2004; Dolan and Kroln 2007;
Hale and Russel 2006).

==== 24.5.3.2 Tegangan tarik beton terhitung
pada serat terjauh sesaat setelah transfer,
tapi sebelum terjadi kehilangan tegangan
jangka panjang, tak boleh melebihi batasan
dalam Tabel 24.5.3.2 kecuali diizinkan
dalam 24.5.3.2.1.
Tabel 24.5.3.2 – Batasan tegangan tarik
beton sesaat setelah transfer gaya
prategang, tanpa penambahan tulangan
terlekat di dearah tarik
Lokasi Tegangan tarik izin
Ujung dari balok
sederhana
0,50 ' c f
Semua lokasi lainnya 0,25 ' c f

==== R24.5.3.2 Batasan tegangan tarik izin
0,25 c f ' dan 0,50 c f ' merujuk pada
tegangan tarik di lokasi selain daerah
daerah tarik yang sebelumnya tertekan.
Bila tegangan tarik melampaui nilai izin,
gaya tarik total di daerah tegangan tarik
boleh dihitung dan dipasang penulangan
sesuai gaya tersebut dengan nilai
tegangan dibatasinya 0,6f’y, tapi tak
melebihi 210 MPa. Pengaruh susut dan
rangkak mulai mengurangi tegangan tarik
hampir seketika, tapi sebagian tegangan
tarik tetap berada di daerah ini setelah
semua kehilangan tegangan prategang
diperhitungkan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 558 dari 695


==== 24.5.3.2.1 Batasan pada Tabel 24.5.3.2
diizinkan untuk dilampaui bila tulangan
dengan lekatan tambahan pada daerah tarik
menahan total gaya tarik pada beton yang
dihitung dengan menggunakan asumsi
penampang utuh.

==== 24.5.4 Tegangan tekan beton izin pada
kondisi beban layan

==== R24.5.4 Tegangan tekan beton izin pada
kondisi beban layan

==== 24.5.4.1 Untuk komponen struktur kelas U
dan T, tegangan tekan pada serat terjauh
yang dihitung pada kondisi beban layan,
setelah semua kehilangan prategang,
tidakboleh melampaui batasan dalam Tabel

==== 24.5.4.1.
Tabel 24.5.4.1 – Batasan tegangan tekan
beton saat beban layan
Kondisi pembebanan Tegangan tekan izin
Prategang + beban tetap 0,45 fc’
Prategang + beban total 0,60 fc’

==== R24.5.4.1 Batasan tegangan tekan izin
sebesar 0, 45 c f' telah ditetapkan secara
konservatif untuk mengurangi
kemungkinan kegagalan komponen
struktur beton prategang akibat beban
berulang. Batasan ini juga wajar
menghindari terjadinya deformasi rangkak
yang berlebihan. Pada tegangan yang
lebih tinggi, regangan rangkak cenderung
meningkat lebih cepat seiring dengan
peningkatan tegangan yang bekerja.
Uji fatigue balok beton prategang
menunjukan bahwa kegagalan tekan beton
bukan merupakan kriteria pengendali.
Karena itu batasan tegangan sebesar
0,6 c f ' mengizinkan kenaikan sepertiga
tegangan tekan yang diizinkan untuk
komponen struktur yang dikenai beban
hidup yang bergerak.
Beban hidup yang bersifat tetap tetap
adalah sebagaian beban hidup layan yang
bekerja secara berkesinambungan dalam
periode waktu yang cukup lama untuk
menyebabkan defleksi jangka panjang
yang signifikan. Bila beban hidup dan
beban mati yang bersifat tetap
memberikan persentase yang besar
terhadap beban layan total, maka batasan
0,45 c f ' akan menentukan. Sebaliknya, bila
porsi terbesar beban layan terdiri dari
beban hidup sementara (bergerak), maka
peningkatan batas tegangan sebesar
0,6 c f ' akan menentukan.
Batas tegangan tekan 0,45 c f ' untuk
prategang ditambah beban tetap akan
terus mengendalikan perilaku jangka
panjang komponen struktur prategang.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 559 dari 695



[ Lanjut Ke PASAL 25 - DETAIL PENULANGAN ... ]






Kembali ke Daftar Isi
Jelajah ke Daftar Gambar
Jelajah ke Daftar Tabel