==== 19. PASAL 19 – BETON: PERSYARATAN DESAIN DAN DURABILITAS

==== 19.1 - Ruang lingkup

==== 19.1.1 Pasal ini dapat digunakan pada
beton, termasuk untuk keperluan:
a) Properti untuk desain
b) Persyaratan durabilitas

==== 19.1.2 Pasal ini harus digunakan sebagai
persyaratan durabilitas untuk beton grout
yang digunakan untuk tendon terlekat sesuai
dengan persyaratan pada 19.4.

==== 19.2 - Properti desain beton

==== 19.2.1 Persyaratan kekuatan tekan

==== 19.2.1.1 Nilai dari fc’ harus dispesifikasikan
dalam dokumen konstruksi dan harus sesuai
dengan persyaratan a) hingga c):
a) Batasan pada Tabel 19.2.1.1
b) Persyaratan durabilitas pada Tabel

==== 19.3.2.1
c) Persyaratan kekuatan struktur
Tabel 19.2.1.1 – Batasan nilai fc’
[1]Batasan diizinkan untuk dilewati bila bukti hasil
eksperimental dari elemen struktur yang terbuat dari beton
ringan menunjukkan kekuatan dan keteguhan (toughness)
yang sama atau melebihi dari elemen yang dibuat dengan
menggunakan beton normal dengan kekuatan yang sama.

==== 19.2.1.2 Kekuatan beton yang disyaratkan
harus digunakan untuk menentukan
proporsi campuran beton sesuai 26.4.3 dan
untuk pengujian dan penerimaan beton
pada 26.12.3.

==== 19.2.1.3 Bila tidak ditentukan lain maka fc’
harus diambil berdasarkan hasil pengujian
Kegunaan
Jenis
beton
Nilai fc’
minimum
(MPa)
Nilai fc’
maksimum
(MPa)
Umum
Berat
normal
dan berat
ringan
17
Tidak ada
batasan
Sistem
rangka
pemikul
momen
khusus dan
dinding
struktural
khusus
Berat
normal
21
Tidak ada
batasan
Berat
ringan
21 35[1]

==== R19.2 - Properti desain beton

==== R19.2.1 Persyaratan kekuatan tekan –
Persyaratan untuk campuran beton
berdasarkan pada falsafah bahwa beton
hendaknya memiliki kekuatan dan
durabilitas yang memadai. Standar ini
menjelaskan nilai minimum fc’ untuk
struktur beton. Tidak ada batasan untuk
nilai maksimum fc’ kecuali disyaratkan oleh
ketentuan standar yang spesifik.
Campuran beton yang ditentukan sesuai
dengan 26.4.3 harus memiliki kekuatan
tekan rata-rata melebihi nilai fc’ yang
digunakan pada perhitungan desain
struktur. Nilai kekuatan rata-rata beton
yang melebihi fc’ harus berdasarkan pada
konsep statistik. Ketika beton didesain
untuk mencapai kekuatan lebih besar dari
fc’, hal tersebut dilakukan untuk
memastikan bahwa uji kekuatan beton
akan memiliki probabilitas tinggi untuk
memenuhi kriteria penerimaan kekuatan
pada 26.12.3. Persyaratan durabilitas
yang dijelaskan pada Tabel 19.3.2.1 harus
dipenuhi sebagai tambahan persyaratan
minimum fc’ pada 19.2.1. Dalam beberapa
kondisi, persyaratan durabilitas mungkin
mensyaratkan nilai fc’ yang lebih tinggi dari
yang disyaratkan untuk tujuan struktural.
Untuk desain sistem rangka pemikul
momen khusus dan dinding struktural
khusus yang digunakan untuk menahan
gaya gempa, standar ini membatasi nilai
maksimum fc’ untuk beton ringan menjadi
35 MPa. Batasan ini diberlakukan
terutama karena kurangnya data
eksperimental dan lapangan terkait
perilaku komponen-komponen dengan
material beton ringan yang mengalami
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 434 dari 695

28 hari. Selain 28 hari, umur beton saat
pengujian fc’ harus dituliskan pada dokumen
konstruksi.
simpangan bolak-balik dalam rentang
nonlinear.
Standar ini juga membatasi fc’ untuk
desain angkur pada beton. Persyaratan
ada pada 17.2.7.

==== 19.2.2 Modulus elastisitas

==== 19.2.2.1 Modulus elastisitas beton, Ec,
diizinkan untuk dihitung berdasarkan a) atau
b):
a) Untuk nilai wc di antara 1400 dan 2560
kg/m3
0 043 fc' 1 5 , ,
c c E  w (MPa) (19.2.2.1.a)
b) Untuk beton normal
' fc 4700 c E (MPa) (19.2.2.1.b)

==== 19.2.3 Modulus retak

==== 19.2.3.1 Modulus retak beton fr dapat
dihitung dengan menggunakan:
 0,62 fc' r f (19.2.3.1)
Dimana nilai λ diambil sesuai dengan 19.2.4

==== R19.2.2 Modulus elastisitas

==== R19.2.2.1 Studi-studi terkait perumusan
modulus elastisitas beton diringkas dalam
Pauw (1960), yang mana Ec didefinisikan
sebagai kemiringan garis yang digambar
dari tegangan nol hingga tegangan tekan
sebesar 0,45fc’. Modulus elastisitas untuk
beton sensitif terhadap modulus elastisitas
agregat dan proporsi campuran beton.
Nilai modulus elastisitas terukur berkisar
antara 80 hingga 120 persen dari nilai
terhitung. ASTM C469M menyediakan
metode uji untuk menentukan modulus
elastisitas untuk beton yang mengalami
tekan.

==== 19.2.4 Beton ringan

==== 19.2.4.1 Untuk mengakomodasi properti
beton ringan, sebuah faktor modifikasi λ
harus digunakan sebagai pengali dari √fc'
√fc' untuk semua ketentuan pada standar
ini.

==== 19.2.4.2 Nilai dari λ harus diambil
berdasarkan komposisi aggregat pada
campuran beton sesuai dengan Tabel

==== 19.2.4.2 atau sesuai yang diizinkan pada

==== 19.2.4.3.

==== R19.2.4 Beton ringan – Faktor modifikasi
λ digunakan untuk memperhitungkan rasio
kekuatan tarik terhadap kekuatan tekan
beton ringan yang lebih rendah
dibandingkan dengan beton normal. Untuk
desain menggunakan beton ringan,
kekuatan geser, properti friksi, tahanan
belah, lekatan antara beton dengan
tulangan, dan persyaratan sambungan
lewatan dianggap tidak sama dengan
beton normal untuk kekuatan tekan yang
sama.
Biasanya, perancang tidak mengetahui
campuran agregat yang diperlukan untuk
mencapai target kekuatan dan kepadatan
desain yang disyaratkan pada sebuah
proyek. Pada kebanyakan kasus,
pemasok beton dan agregat lokal memiliki
standar campuran beton ringan dan dapat
menyediakan fraksi volumetrik agregat
ringan dan normal yang diperlukan untuk
mencapai nilai target. Fraksi volumetrik ini
dapat digunakan untuk menentukan nilai λ,
atau apabila tidak ada data tersebut,
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 435 dari 695

Tabel 19.2.4.2 – Faktor modifikasi λ
Beton Komposisi Aggregat λ
Beton ringan
dengan semua
agregat ringan
Halus: ASTM C330M
Kasar: ASTM C330M
0,75
Beton Ringan,
agregat halus
campuran
Halus: Kombinasi
ASTM C330M dan
C33M
Kasar: ASTM C330M
0,75
s/d
0,85[1]
Beton ringan
dengan pasir
ringan
Halus: ASTM C33M
Kasar: ASTM C330M
0,85
Beton ringan
dengan pasir
ringan, dan
agregat kasar
campuran
Halus: ASTM C33M
Kasar: Kombinasi
ASTM C330M dan
C33M
0,85
s/d 1[2]
Beton normal
Halus: ASTM C33M
Kasar: ASTM C33M
1
[1]Interpolasi linear dari 0,75 hingga 0,85 diizinkan
berdasarkan
perbandingan dari volume absolut agregat halus normal dan
total volume absolut agregat halus.
[2]Interpolasi linerar dari 0,85 hingga 1 diizinkan berdasarkan
perbandingan dari volume absolut agregat kasar normal dan
total volume absolut agregat kasar.

==== 19.2.4.3 Jika hasil pengukuran kekuatan
tarik belah rata-rata beton ringan, fct,
digunakan untuk menghitung λ, uji
laboratorium harus dilakukan sesuai ASTM
C330M untuk menentukan nilai fct dan nilai
fcm yang bersesuaian dan λ dapat dihitung
menggunakan:
1,0
0,56
ct
cm
f
f
   (19.2.4.3)
Campuran beton yang diuji untuk
menghitung λ harus mencerminkan
campuran yang digunakan di pada
pekerjaan tersebut.
diperbolehkan untuk menggunakan nilai λ
yang lebih rendah untuk jenis beton ringan
yang ditentukan.
Dua prosedur alternatif disediakan untuk
menentukan λ. Alternatif pertama berdasar
pada asumsi bahwa untuk tingkatan
kekuatan tekan yang setara, kekuatan tarik
pada beton ringan adalah fraksi tetap
terhadap kekuatan tarik beton normal (Ivey
dan Buth 1967). Pengali yang digunakan
pada λ berdasarkan data dari serangkaian
uji pada beton yang terbuat dari banyak
jenis struktural agregat ringan.
Prosedur alternatif kedua untuk
menentukan λ adalah berdasarkan uji
laboratorium beton ringan dengan sumber
agregat dan kekuatan tekan yang
digunakan di lapangan. Uji laboratorium
dilakukan sesuai dengan ASTM C330M
meliputi pengujian kekuatan tarik belah
rata-rata fct dan kekuatan tekan rata-rata
fcm dari beton ringan. Nilai λ ditentukan
menggunakan Pers. (19.2.4.3), yang
mana berdasar pada asumsi bahwa
kekuatan kekuatan tarik belah rata-rata
beton ringan setara dengan 0,56√fcm (Ivey
dan Buth 1967; Hanson 1961).

==== 19.3 - Persyaratan durabilitas beton R19.3 - Persyaratan durabilitas beton
Durabilitas beton dipengaruhi oleh
ketahanan beton terhadap penetrasi
fluida. Ini terutama dipengaruhi oleh w/cm
dan komposisi material sementisius yang
digunakan pada beton. Untuk w/cm
tertentu, penggunaan abu terbang (fly
ash), semen slag, abu silika (silica fume),
atau kombinasi material-material tersebut
biasanya akan meningkatkan ketahanan
beton terhadap penetrasi fluida dan juga
meningkatkan durabilitas beton. Peraturan
ini memberikan penekanan pada w/cm
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 436 dari 695

untuk mencapai permeabilitas rendah
sehingga dapat memenuhi persyaratan
durabilitas. ASTM C1202 dapat digunakan
untuk menentukan ketahanan beton
terhadap penetrasi fluida.
Karena sulit untuk memverifikasi secara
pasti nilai w/cm beton, nilai terpilih dari fc’
hendaknya konsisten dengan nilai
maksimum w/cm yang disyaratkan untuk
durabilitas. Pemilihan fc’ yang konsisten
dengan w/cm maksimum yang diizinkan
dan disyaratkan untuk durabilitas akan
membolehkan hasil uji kekuatan untuk
digunakan sebagai pengganti w/cm, dan
kemudian membantu memastikan bahwa
maksimum w/cm tidak melebihi ambang di
lapangan.
Sebagaimana dijelaskan pada catatan
kaki pada Tabel 19.3.2.1, batasan w/cm
maksimum tidak dispesifikkan untuk beton
ringan karena jumlah campuran air yang
diserap oleh agregat ringan membuat
perhitungan w/cm tidak pasti. Maka dari itu,
persyaratan untuk fc’ minimum digunakan
untuk memastikan pasta semen
berkualitas tinggi.
Kategori paparan yang didefinisikan
pada Tabel 19.3.1.1 terbagi menjadi kelaskelas
paparan tergantung pada keparahan
paparan. Persyaratan beton yang
berhubungan dengan kelas paparan
disediakan pada 19.3.2.
Standar ini tidak mencakup ketentuanketentuan
untuk kasus khusus paparan
berat, seperti asam maupun suhu tinggi.

==== 19.3.1 Kategori dan kelas paparan

==== 19.3.1.1 Perencana ahli bersertifikat harus
menentukan kelas paparan berdasarkan
pada tingkat keparahan paparan komponen
struktur beton yang diantisipasi untuk setiap
kategori paparan menurut Tabel 19.3.1.1.

==== R19.3.1 Kategori dan kelas paparan
Standar ini membahas tiga kategori
paparan yang mempengaruhi persyaratan
untuk beton untuk menjamin durabilitas
yang memadai:
Paparan Kategori S berlaku untuk beton
yang berkontak langsung dengan tanah
atau air yang mengandung sejumlah ion
sulfat larut dalam air yang merusak.
Paparan Kategori W berlaku untuk
beton yang berkontak dengan air tapi tidak
terpapar siklus beku-cair, klorida, atau
sulfat.
Paparan Kategori C berlaku untuk beton
nonprategang dan prategang yang
terpapar kondisi yang memerlukan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 437 dari 695

Tabel 19.3.1.1 – Kategori dan kelas
paparan
Kategori Kelas Kondisi
Sulfat (S)
Sulfat SO4
2-
larut dalam
air di tanah,
dalam
persen
masa[1]
Sulfat (SO4
2-)
larut dalam air,
dalam ppm[2]
S0
SO4
2- <
0,10
SO4
2- < 150
S1
0,10 ≤
SO4
2- <
0,20
150 ≤ SO4
2- <
1500
atau air laut
S2
0,20 ≤
SO4
2- <
2,00
1500 ≤ SO4
2- ≤
10.000
S3
SO4
2->
2,00
SO4
2- > 10.000
Kontak
dengan
air (W)
W0
Beton kering kondisi layan,
Beton kontak dengan air dan
permeabilitas rendah tidak
disyaratkan
W1
Beton kontak dengan air dan
pemeabilitas rendah
disyaratkan
Proteksi
korosi
tulangan
(C)
C0
Beton kering atau terlindung
dari kelembaban
C1
Beton terpapar terhadap
kelembaban tetapi tidak
terhadap sumber klorida luar
C2
Beton terpapar terhadap
kelembaban dan sumber
klorida eksternal dari bahan
kimia, garam, air asin, air
payau, atau percikan dari
sumber-sumber ini
[1]Persen sulfat dalam masa dalam tanah harus ditentukan
dengan ASTM C1580.
[2]Konsentrasi sulfat larut dalam air dalam ppm harus
ditentukan dengan ASTM D516 atau ASTM D4130.
perlindungan tambahan dari korosi
tulangan.
Keparahan paparan dalam setiap
kategori didefinikasi oleh kelas dengan
peningkatan nilai numerik yang
merepresentasikan peningkatan kondisi
keparahan paparan. Klasifikasi nol (0)
digunakan jika keparahan paparan hampir
tidak berdampak (tidak berbahaya) atau
kategori paparan tidak berlaku pada
komponen.
Kategori Paparan S dibagi menjadi
empat tingkatan paparan:
a) Kelas paparan S0 diberikan pada
kondisi dimana konsentrasi sulfat
terlarut yang berkontak dengan beton
tergolong rendah dan serangan sulfat
yang dapat merusak tidak
dipertimbangkan.
b) Kelas paparan S1, S2, dan S3 diberikan
untuk komponen-komponen beton
struktur yang berkontak langsung
dengan sulfat terlarut dalam tanah atau
air. Keparahan paparan meningkat dari
kelas paparan S1 ke S3 berdasarkan
konsentrasi sulfat terlarut terukur yang
paling kritis di dalam tanah atau
konsentrasi sulfat larut dalam air.
Paparan air laut termasuk dalam kelas
paparan S1.
Kategori Paparan W dibagi menjadi dua
kelas paparan:
a) Komponen-komponen termasuk dalam
kelas paparan W0 jika komponenkomponen
tersebut kering pada kondisi
layan atau terkontak dengan air, namun
tidak ada persyaratan spesifik untuk
permeabilitas rendah.
b) Komponen-komponen termasuk dalam
kelas paparan W1 jika digunakan beton
dengan tingkat permeabilitas air yang
rendah dan penetrasi air ke dalam
beton dapat mengurangi durabilitas
komponen tersebut. Sebagai contoh
adalah dinding fondasi di bawah muka
air.
Kategori Paparan C dibagi menjadi tiga
kelas paparan:
a) Kelas paparan C0 diberikan jika kondisi
paparan tidak mensyaratkan
perlindungan tambahan terhadap
munculnya korosi tulangan.
Kelas paparan C1 dan C2 diberikan pada
komponen beton nonprategang dan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 438 dari 695

prategang, tergantung pada derajat
paparan dari luar seperti kelembapan dan
klorida saat kondisi layan. Contoh paparan
dari luar berupa klorida termasuk beton
yang mengalami kontak langsung dengan
bahan kimia pencair, garam, air garam, air
payau, air laut, atau percikan dari sumbersumber
tersebut.

==== 19.3.2 Persyaratan campuran beton

==== 19.3.2.1 Berdasarkan kelas paparan yang
ditetapkan pada Tabel 19.3.1.1, campuran
beton harus memenuhi persyaratan paling
ketat dari yang ditentukan pada Tabel

==== 19.3.2.1.

==== R19.3.2 Persyaratan campuran beton –
Tabel 19.3.2.1 menyediakan persyaratan
untuk beton berdasarkan kelas paparan
yang ditetapkan. Persyaratan yang paling
ketat diterapkan. Sebagai contoh,
komponen yang ditetapkan pada kelas
paparan W1 dan Kelas paparan S2 akan
membutuhkan beton untuk memenuhi
w/cm maksimum sebesar 0,45 dan fc’
minimum sebesar 31 MPa karena
persyaratan untuk kelas paparan S2 lebih
ketat daripada persyaratan untuk kelas
paparan W1.
Kelas paparan S1, S2, dan S3: Tabel

==== 19.3.2.1 menyebutkan jenis semen yang
sesuai dan nilai maksimum w/cm dan nilai
minumum fc’ untuk kondisi paparan sulfat
yang beragam. Dalam memilih semen
untuk menahan sulfat, pertimbangan
utamanya adalah kandungan tricalcium
aluminate (C3A) di dalamnya.
Kelas paparan S1: Semen Tipe II ASTM
C150M terbatas pada semen dengan
kandungan maksimum C3A sebesar 8,0
persen dan dapat diterima untuk
digunakan pada kelas paparan S1. Semen
campuran pada ASTM C595M dengan
penyebutan MS juga dapat digunakan.
Sejak 2009, ASTM C595M telah
memasukkan persyaratan untuk semen
campuran biner (IP dan IS) dan terner (IT).
Semen campuran biner (binary) dan terner
(ternary) yang sesuai dengan aturan
ASTM C595M adalah tipe IP, IS, dan IT
yang mencakup akhiran (MS) sebagai
bagian dari sebutan mereka, yang mana
mengindikasikan semen memenuhi
persyaratan untuk tahanan sulfat sedang.
Dalam ASTM C1157M, penyebutan yang
tepat untuk paparan sulfat sedang adalah
Tipe MS.
Kelas paparan S2: Semen Tipe V ASTM
C150M terbatas pada semen dengan
kandungan maksimum C3A sebesar 5,0
persen dan diterima untuk digunakan pada
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 439 dari 695

kelas paparan S2. Semen campur biner
dan terner yang sesuai dengan ASTM
C595M adalah Tipe IP, IS, dan IT yang
mencakup akhiran (HS) sebagai bagian
dari penyebutannya, yang mana
menunjukkan semen yang sesuai dengan
persyaratan untuk tahanan sulfat tinggi.
Dalam ASTM C1157M, penyebutan yang
sesuai untuk paparan sulfat parah adalah
Tipe HS.
Kelas paparan S3: Peraturan ini
memperbolehkan penggunaan semen
portland Tipe V ASTM C150M ditambah
pozzolan atau semen slag berdasarkan
pada catatan kinerja layan yang berhasil,
daripada memenuhi persyaratan uji pada
26.4.2.2(c). Alternatif ini juga tersedia
untuk campuran semen biner dan terner
ASTM C595M dengan akhiran (HS) pada
penyebutannya dan untuk semen ASTM
C1157M Tipe HS.
Penggunaan abu terbang (fly ash)
(ASTM C618, Kelas F), pozzolan alami
(ASTM C618, Kelas N), abu silika (silica
fume) (ASTM C1240), atau semen slag
(ASTM C989M) juga telah terbukti dapat
meningkatkan ketahanan sulfat pada
beton (Li dan Roy 1986; ACI 233R; ACI
234R). Maka dari itu, catatan kaki pada
Tabel 19.3.2.1 menyediakan pilihan
kinerja untuk menentukan kombinasi yang
sesuai pada material tersebut sebagai
alternatif untuk menggunakan jenis semen
tertentu yang terdaftar. ASTM C1012M
diizinkan untuk digunakan untuk
mengevaluasi ketahanan sulfat pada
campuran menggunakan kombinasi
material sementisius sesuai dengan
26.4.2.2(c).
Beberapa semen campuran sesuai
dengan ASTM C595M dan ASTM C1157M
dapat memenuhi persyaratan tes 19.3.4
tanpa tambahan pozzolan atau semen
slag pada semen campuran seperti yang
diproduksi.
Pada tahun 2012, ASTM C595M
memperkenalkan persyaratan untuk
semen Tipe IL yang mengandung batu
kapur sebesar 5 hingga 15 persen dan
semen IT yang mengandung hingga 15
persen batu kapur. Persyaratan ASTM
C595M saat ini tidak mengizinkan semen
Tipe IT dengan tahanan sulfat sedang
(MS) atau tinggi (HS) dengan kandungan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 440 dari 695

batu kapur lebih dari 5 persen atau semen
Tipe IL.
Perlu dicatat bahwa semen tahan sulfat
tidak akan meningkatkan ketahanan beton
terhadap beberapa campuran kimiawi
yang agresif–sebagai contoh, asam
belerang. Dokumen konstruksi hendaknya
secara jelas menjelaskan kasus-kasus
tersebut.
Air laut termasuk dalam kelas paparan
S1 (paparan sedang) pada Tabel 19.3.1.1,
meskipun mengandung lebih dari 1500
ppm SO4
2-. Semen portland dengan
kandungan C3A tinggi meningkatkan
ikatan klorida yang terkandung pada air
laut dan standar ini mengizinkan jenis
semen portland yang lain dengan C3A
hingga 10 persen jika w/cm maksimum
dibatasi hingga 0,40 (lihat catatan kaki
Tabel 19.3.2.1).
Sebagai tambahan pemilihan material
sementisius yang tepat, persyaratan lain
untuk beton tahan lama yang terpapar
sulfat terlarut dalam air adalah penting,
seperti w/cm rendah, kekuatan,
pemadatan yang memadai, keseragaman,
selimut beton yang memadai, dan
perawatan kelembapan beton yang cukup
untuk membuat properti potensial beton.
Kelas paparan W1: Kelas paparan ini
mensyaratkan permeabilitas rendah ketika
terdapat kontak langsung dengan air, dan
cara utama untuk memperoleh beton
dengan permeabilitas rendah adalah
dengan menggunakan nilai w/cm rendah.
Untuk w/cm tertentu, permeabilitas dapat
dikurangi dengan optimasi material
sementisius yang digunakan pada
campuran beton.
Kelas paparan C2: Untuk beton
nonprategang dan prategang dalam kelas
paparan C2, nilai maksimum w/cm,
kekuatan tekan minimum yang
disyaratkan, dan selimut minimum adalah
persyaratan dasar untuk dipertimbangkan.
Kondisi-kondisi hendaknya dievaluasi
untuk struktur terpapar klorida, seperti
pada struktur tempat parkir yang mana
klorida dapat berasal dari kendaraan, atau
pada struktur dekat laut. Tulangan terlapis,
tulangan baja tahan karat, dan selimut
yang lebih besar dari persyaratan
minimum 20.6 dapat menyediakan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 441 dari 695

perlindungan tambahan pada kondisi
tersebut. Penggunaan semen slag yang
memenuhi ASTM C989M atau fly ash yang
memenuhi ASTM C618 dan peningkatan
kekuatan tekan dapat meningkatkan
perlindungan. Penggunaan silika fume
yang memenuhi ASTM C1240 dengan
high-range water reducer yang sesuai,
ASTM C494M, Tipe F dan G, atau ASTM
C1017M juga dapat menyediakan
perlindungan tambahan (Ozyildirim dan
Halstead 1988). Penggunaan ASTM
C1202 untuk menguji campuran beton
yang digunakan akan menyediakan
informasi tambahan terkait kinerja
campuran.
Batas klorida untuk Kategori paparan
C: Untuk kelas paparan C0, C1, dan C2,
berlaku batas ion klorida. Untuk beton
nonprategang, nilai maksimum yang
diizinkan untuk ion klorida terlarut air
dalam beton, diukur oleh ASTM C1218M
pada usia antara 28 hingga 42 hari,
tergantung pada derajat paparan luar
seperti kelembapan dan klorida. Untuk
beton prategang, batas yang sama
sebesar 0,06 persen ion klorida dari massa
semen berlaku tanpa memandang
paparan.
Informasi tambahan terkait efek klorida
pada korosi tulangan baja diberikan di ACI
201.2R, yang menyediakan petunjuk untuk
durabilitas beton, dan ACI 222R, yang
memberikan petunjuk pada faktor yang
mempengaruhi korosi metal pada beton.
Sebuah evaluasi awal mengenai
kandungan ion klorida pada campuran
beton yang diajukan dapat diperoleh dari
menguji material penyusun beton secara
terpisah untuk menentukan total
kandungan ion klorida. Jika kandungan
total ion klorida, dihitung berbasis proporsi
beton, melebihi batas yang diizinkan pada
Tabel 19.3.2.1, maka perlu dilakukan uji
kandungan ion klorida terlarut untuk
sampel beton keras. Beberapa ion klorida
yang ada pada material penyusun beton
dapat berupa klorida tidak larut dalam air
atau berupa klorida yang akan bereaksi
dengan semen selama hidrasi dan menjadi
tidak larut sesuai prosedur pengujian yang
dijelaskan di ASTM C1218M.
Ketika beton diuji untuk kandungan ion
klorida terlarut, pengujian hendaknya
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 442 dari 695

dilakukan pada umur beton 28 hingga 42
hari. Batasan dalam Tabel 19.3.2.1 dapat
diterapkan untuk klorida yang berasal dari
material penyusun beton, bukan yang
berasal dari lingkungan sekitar beton.
Untuk beton nonprategang yang akan
kering pada saat kondisi layan (Kelas
paparan C0), batas 1,00 persen dapat
digunakan untuk mengontrol besarnya
klorida terlarut yang berasal dari material
penyusun beton.
Tabel 19.3.2.1 – Persyaratan untuk beton berdasarkan kelas paparan
Kelas
paparan
w/cm
maks. [𝟏]
fc’ min.,
MPa
Material sementisius [𝟐] — Tipe Material
campuran
tambahan
kalsium klorida
Semen
Portland[7]
Semen Hidrolik
Campuran[7]
Semen
Hidrolik[7]
S0 T/A 17
Tanpa
batasan tipe
Tanpa batasan tipe
Tanpa
batasan tipe
Tanpa batasan
S1 0,50 28 II [3][4] Tipe IP(MS), IS(MS)
atau IT(MS)
MS Tanpa batasan
S2 0,45 31 V[4] IP(HS), IS(HS) atau
IT(HS)
HS Tidak diizinkan
S3 0,45 31
V + pozzolan
atau slag[4]
IP(HS), IS(HS) atau
IT(HS) dan plus
pozzolan atau
slag[4]
HS +
pozzolan atau
slag[4]
Tidak diizinkan
W0 T/A 17 Tidak ada
W1 0,50 28 Tidak ada
Kandungan ion klorida terlarut
maksimum (Cl-) pada beton
dalam persen berat semen [6]
Persyaratan lainnya
Beton
nonpratega
ng
Beton prategang
C0 T/A 17 1,00 0,06 Tidak Ada
C1 T/A 17 0,30 0,06
C2 0,40 35 0,15 0,06 Selimut beton[6]
[1] Batasan maksimum w/cm pada Tabel 19.3.2.1 tidak berlaku untuk beton ringan.
[2] Untuk paparan air laut, tipe semen Portland lainnya dengan kadar trikalsium aluminat (C3A) sampai dengan 10 persen
diizinkan jika w/cm tidak melebihi 0,40.
[3] Tipe semen tersedia lainnya seperti Tipe III atau Tipe I diizinkan dalam Kelas Paparan S1 atau S2 jika kadar C3A masingmasing
kurang dari 8 persen untuk kelas paparan S1 atau kurang dari 5 persen untuk kelas paparan.
[4] Jumlah sumber spesifik dari pozzolan atau slag yang digunakan tidak boleh kurang dari jumlah yang telah ditentukan
oleh catatan layan untuk meningkatkan ketahanan sulfat bila digunakan dalam beton yang mengandung semen Tipe V.
Sebagai alternatif, jumlah sumber spesifik pozzolan atau slag yang digunakan tidak boleh kurang dari jumlah yang diuji
sesuai dengan ASTM C 1012M dan memenuhi kriteria dalam 4.5.1.
[5]Kadar ion klorida terlarut yang berasal dari material dasar termasuk air, agregat, material sementisius, dan material
campuran tambahan harus ditentukan pada campuran beton sesuai dengan ASTM C 1218M saat umur beton antara 28
dan 42 hari.
[6] Selimut beton harus sesuai dengan persyaratan pada 20.6.
[7] SMerujuk ke Tabel 26.4.1.1.1(a).

==== 19.3.3 Pasal ini tidak relevan untuk
Indonesia

==== R19.3.3 Pasal ini tidak relevan untuk
Indonesia

==== 19.3.4 Kombinasi material sementisius
alternatif untuk paparan sulfat

==== R19.3.4 Kombinasi material sementisius
alternatif untuk paparan sulfat
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 443 dari 695


==== 19.3.4.1 Kombinasi alternatif untuk
material sementitius seperti yang
perlihatkan pada 19.3.2 diizinkan bila diuji
terlebih dahulu ketahanan sulfatnya. Metode
pengujian dan kriteria penerimaan harus
sesuai dengan Tabel 26.4.2.2(c).

==== R19.3.4.1 Ketentuan ini dapat diterapkan
selama proses proporsi campuran beton.
Ketentuan ini telah diduplikasi di
26.4.2.2(c). Informasi penjelasan
tambahan dijelaskan di Pasal 26.

==== 19.4 - Persyaratan durabilitas untuk
material grouting

==== 19.4.1 Kandungan klorida terlarut untuk
tendon terlekat harus tidak melebihi 0,06
persen bila diuji sesuai dengan ASTM
C1218M, dengan pengukuran massa ion
klorida per massa semen.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 444 dari 695



[ Lanjut Ke PASAL 20 – PROPERTI BAJA TULANGAN, DURABILITAS, DAN PENANAMAN
... ]






Kembali ke Daftar Isi
Jelajah ke Daftar Gambar
Jelajah ke Daftar Tabel