==== 17. PASAL 17 – PENGANGKURAN KE BETON

==== 17.1 - Ruang lingkup

==== 17.1.1 Pasal ini memberikan persyaratanpersyaratan
desain angkur dalam beton
yang digunakan untuk menyalurkan bebanbeban
struktural dalam tarik, geser, atau
kombinasi tarik dan geser antara: (a)
elemen-elemen struktur yang terhubung;
atau (b) komponen-komponen nonstruktural
terkait keamanan dan elemenelemen
struktur. Tingkat keamanan yang
disyaratkan lebih diutamakan untuk kondisi
layan dibandingkan untuk kondisi
penanganan jangka pendek dan kondisi
konstruksi.

==== R17.1 – Ruang lingkup

==== R17.1.1 Lingkup pasal ini dibatasi hanya
mencakup angkur struktural yang
menyalurkan beban-beban struktural yang
berkaitan dengan kekuatan, stabilitas, atau
keselamatan hidup. Terdapat dua jenis
penerapan yang dapat digambarkan.
Pertama adalah sambungan antara
elemen-elemen struktural dimana
kegagalan sebuah angkur atau kelompok
angkur dapat mengakibatkan hilangnya
keseimbangan atau stabilitas sebarang
bagian struktur. Kedua adalah komponenkomponen
non-struktural terkait keamanan
dan elemen-elemen struktur yang bukan
bagian dari struktur (seperti sistem
sprinkler, pipa berat yang menggantung,
atau rel penghalang) yang melekat pada
elemen struktur. Tingkat keamanan yang
ditentukan oleh kombinasi faktor beban dan
faktor–ϕ sesuai untuk aplikasi struktural.
Standar lain mungkin memerlukan tingkat
keamanan yang lebih ketat selama
penanganan sementara.

==== 17.1.2 Pasal ini berlaku untuk angkur
tanam cor ditempat (cast-in) dan untuk
angkur pascacor (post-installed) ekspansi
(terkontrol torsi dan terkontrol
perpindahan), angkur ujung diperlebar
(undercut), dan angkur adhesif (adhesive).
Angkur adhesif harus dipasang dalam
beton yang mempunyai umur minimum 21
hari pada saat pemasangan angkur.
Sisipan khusus (specialty inserts), baut
tembus (through-bolts), angkur majemuk
yang dihubungkan ke pelat baja tunggal
pada ujung angkur yang tertanam, angkur
yang di-grouting, dan angkur langsung
(direct anchors) seperti paku atau baut
powder-actuated atau pneumatic-actuated
tidak masuk dalam ketentuan-ketentuan
dalam pasal ini. Tulangan yang digunakan
sebagai bagian penanaman harus didesain
dengan pasal lain pada standar ini.

==== R17.1.2 Ketentuan-ketentuan desain
untuk angkur adhesif telah ditambahkan
dalam ACI Code 2011. Angkur adhesif
sangat sensitif terhadap sejumlah faktor
termasuk arah pemasangan dan jenis
pembebanan. Ketika angkur adhesif
digunakan untuk menahan beban tarik
tetap, ketentuan-ketentuan meliputi
persyaratan pengujian untuk pemasangan
angkur arah horizontal dan miring ke atas
dalam 17.2.4 dan persyaratan desain dan
sertifikasi untuk kasus beban tarik tetap
dalam 17.2.5 dan 17.8.2.2 hingga 17.8.2.4.
Angkur adhesif yang memenuhi syarat
sesuai ACI 355.4 diuji dalam dalam dua
rentang kekuatan tekan beton: 17 hingga
28 MPa dan 45 hingga 59 MPa. Kekuatan
lekatan pada umumnya tidak terlalu
terpengaruh oleh kekuatan tekan beton.
Kinerja desain angkur adhesif tidak dapat
dipastikan dengan menetapkan kekuatan
tekan beton minimum pada saat
pemasangan pada umur awal beton. Oleh
karena itu, minimum umur beton 21 hari
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 303 dari 695

diperlukan pada pemasangan angkur
adhesif.
Banyaknya variasi bentuk dan konfigurasi
sisipan khusus membuat rekomendasi
yang umum digunakan untuk pengujian dan
desain tidak dapat digunakan. Sisipan
khusus tidak dicakup oleh ketentuan Pasal

==== 17.

==== 17.1.3 Ketentuan-ketentuan desain
mencakup jenis-jenis angkur berikut:
a) Stud berkepala dan baut berkepala yang
mempunyai geometri yang telah
menunjukkan hasil kekuatan cabut
(pullout strength) pada beton tak retak
sama dengan atau melebihi 1,4Np,
dimana Np diberikan dalam Pers.
(17.4.3.4);
b) Baut berkait yang mempunyai geometri
yang telah yang telah menunjukkan hasil
kekuatan cabut tanpa memanfaatkan
friksi pada beton tak retak sama dengan
atau melebihi 1,4Np, dimana Np diberikan
dalam Pers. (17.4.3.5);
c) Angkur pascacor ekspansi dan angkur
ujung diperlebar yang memenuhi kriteria
asesmen ACI 355.2; dan
d) Angkur adhesif yang memenuhi kriteria
asesmen ACI 355.4.

==== R17.1.3 Tipikal stud berkepala dan baut
berkepala yang dicor ditempat dengan
geometri sesuai dengan ASME B1.1,
B18.2.1, dan B18.2.6 telah diuji dan terbukti
dapat diprediksi perilakunya, sehingga
kekuatan cabut (pullout strength) yang
dihitung dapat diterima.
Angkur tanam pascacor tidak memiliki
kekuatan cabut yang dapat diprediksi, oleh
karena itu diperlukan uji kualifikasi untuk
menetapkan kekuatan cabut (pullout
strength) sesuai ACI 355.2. Untuk angkur
pascacor supaya dapat digunakan sesuai
dengan persyaratan pasal ini, hasil uji ACI
355.2 harus menunjukkan bahwa
kegagalan cabut menunjukkan karakteristik
hubungan beban-perpindahan yang dapat
diterima atau kegagalan cabut dapat
dicegah oleh mode kegagalan lainnya.
Untuk angkur adhesif, karakteristik
tegangan lekatan dan kesesuaian untuk
penggunaan struktural ditetapkan dengan
pengujian sesuai dengan ACI 355.4.

==== 17.1.4 Penerapan beban yang didominasi
oleh fatigue siklus tinggi atau beban impak
tidak dicakup dalam pasal ini.

==== R17.1.4 Pengecualian dari ruang lingkup
pembebanan yang menghasilkan fatigue
siklus tinggi atau impak yang berdurasi
sangat pendek (seperti ledakan atau
gelombang kejut) tidak dimaksudkan untuk
mengecualikan pengaruh beban seismik.
Pasal 17.2.3 menyajikan persyaratan
tambahan untuk desain ketika beban
seismik disertakan.

==== 17.2 - Umum

==== 17.2.1 Angkur dan kelompok angkur
harus didesain terhadap pengaruh kritis
beban-beban terfaktor seperti yang
ditentukan dengan analisis elastis.
Pendekatan analisis plastis diizinkan bila
kekuatan nominal dikendalikan oleh
daktilitas elemen baja, asalkan bahwa
kompatibilitas deformasi diperhitungkan.

==== R17.2 - Umum

==== R17.2.1 Ketika kekuatan kelompok
angkur ditentukan oleh kerusakan beton,
perilaku ini getas dan terdapat redistribusi
terbatas gaya-gaya antara angkur yang
tegangannya tinggi dan angkur yang
tegangannya lebih rendah. Dalam hal ini,
teori elastisitas perlu digunakan, dengan
asumsi perangkat penyambung yang
mendistribusikan beban ke angkur cukup
kaku. Gaya-gaya angkur dapat dianggap
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 304 dari 695


==== 17.2.1.1 Pengaruh kelompok angkur
harus ditinjau dimana dua atau lebih angkur
mempunyai spasi kurang dari spasi kritis
sebagai berikut:
Mode kegagalan yang
diinvestigasi
Spasi kritis
Beton jebol (breakout) dalam tarik 3hef
Kekuatan lekatan dalam tarik 2cNa
Beton jebol (breakout) dalam geser 3ca1
Hanya angkur-angkur yang rentan
terhadap mode kegagalan tertentu yang
diinvestigasi harus disertakan dalam
kelompok ini.

==== 17.2.2 Kekuatan desain angkur harus
sama atau lebih besar dari kekuatan perlu
terbesar yang dihitung dengan kombinasi
beban yang digunakan dalam 5.3.
proporsional terhadap beban eksternal dan
jarak dari sumbu netral kelompok angkur.
Jika kekuatan angkur ditentukan oleh
kelelehan daktail angkur baja, redistribusi
gaya-gaya pada angkur dapat signifikan
terjadi. Dalam hal ini, analisis berdasarkan
teori elastisitas menjadi konservatif. Cook
dan Klingner (1992a, b) dan Lotze et al.
(2001) membahas analisis nonlinier,
menggunakan teori plastisitas untuk
penentuan kapasitas kelompok angkur
daktail.

==== 17.2.3 Desain seismic

==== 17.2.3.1 Angkur-angkur pada struktur
yang ditetapkan sebagai Kategori Desain
Seismik C, D, E, atau F harus memenuhi
persyaratan tambahan pada 17.2.3.2
hingga 17.2.3.7.

==== R17.2.3 Desain seismik –Kecuali

==== 17.2.3.4.1 atau 17.2.3.5.1 diterapkan,
seluruh angkur pada struktur yang
ditetapkan sebagai Kategori Desain
Seismik (KDS) C, D, E, atau F diharuskan
memenuhi persyaratan tambahan 17.2.3.1
hingga 17.2.3.7, tanpa mempedulikan
beban gempa termasuk dalam
pengontrolan kombinasi beban untuk
desain angkur. Selain itu, semua angkur
tanam pascacor pada struktur yang
ditetapkan sebagai KDS C, D, E, atau F
harus memenuhi persyaratan ACI 355.2
atau ACI 355.4 untuk prakualifikasi angkur
yang menahan beban gempa. Idealnya,
untuk beban tarik, kekuatan angkur harus
ditentukan oleh kelelehan daktail elemen
baja angkur. Jika angkur tidak dapat
memenuhi persyaratan daktilitas yang
ditentukan 17.2.3.4.3a), maka perangkat
penyambung harus dirancang untuk leleh
jika perangkat penyambung tersebut
adalah struktural atau baja ringan (light
gauge steel), atau didesain untuk hancur
jika kayu. Jika persyaratan daktilitas

==== 17.2.3.4.3a) dipenuhi, maka sebarang
perangkat penyambung ke angkur harus
didesain tidak leleh. Dalam mendesain
perangkat penyambung menggunakan
mekanisme leleh yang menyediakan
daktilitas yang cukup, sebagaimana
diizinkan oleh 17.2.3.4.3b) dan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 305 dari 695


==== 17.2.3.5.3a), rasio kekuatan leleh yang
disyaratkan terhadap kekuatan yang
diharapkan untuk material perangkat
penyambung harus dipertimbangkan dalam
menentukan gaya desain. Nilai yang
digunakan untuk kekuatan yang
diharapkan harus mempertimbangkan
pengaruh kekuatan lebih (overstrength)
dan pengerasan regangan (strain
hardening) material. Misalnya, material
dalam elemen sambungan dapat leleh dan
karena peningkatan kekuatan dengan
pengerasan regangan, menyebabkan
kegagalan sekunder sub-elemen atau
menimbulkan kebutuhan gaya atau
deformasi tambahan pada angkur. Untuk
perangkat penyambung baja struktural, jika
hanya kekuatan leleh baja yang ditentukan
diketahui, kekuatan yang diharapkan harus
diambil sekitar 1,5 kali kekuatan leleh yang
disyaratkan. Jika kekuatan leleh baja aktual
diketahui, kekuatan yang diharapkan harus
diambil sekitar 1,25 kali kekuatan leleh
sebenarnya.
Dalam kondisi seismik, arah geser
mungkin tidak dapat diprediksi. Gaya geser
penuh harus diasumsikan ke sebarang
arah untuk keamanan desain.

==== 17.2.3.2 Ketentuan-ketentuan dalam
pasal ini tidak berlaku untuk desain angkur
di daerah sendi plastis struktur beton akibat
gaya gempa.

==== R17.2.3.2 Ketentuan desain dalam pasal
ini tidak berlaku untuk angkur di daerah
sendi plastis. Kemungkinan retak beton dan
pengelupasan beton (spalling) dengan
tingkat yang lebih besar di daerah sendi
plastis berada di luar kondisi dimana beton
nominal yang menentukan hasil kekuatan
dalam pasal ini dapat diterapkan. Daerah
sendi plastis yang ditinjau sejarak sama
dengan dua kali kedalaman komponen dari
muka kolom atau balok, dan juga termasuk
penampang lain di dinding, rangka, dan
pelat di mana pelelehan tulangan dapat
terjadi sebagai akibat perpindahan lateral.
Bila angkur harus ditempatkan di daerah
sendi plastis, maka angkur harus
didetailkan sehingga gaya angkur
disalurkan langsung ke tulangan angkur
yang didesain untuk menahan gaya angkur
ke dalam badan komponen struktur di luar
daerah pengangkuran. Konfigurasikonfigurasi
angkur yang mengandalkan
pada kekuatan tarik beton tidak boleh
digunakan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 306 dari 695


==== 17.2.3.3 Angkur tanam pascacor harus
terkualifikasi untuk pembebanan gempa
sesuai dengan ACI 355.2 atau ACI 355.4.
Kekuatan cabut Np dan kekuatan baja
angkur dalam kondisi geser Vsa untuk
angkur ekspansi dan ujung diperlebar harus
berdasarkan hasil Uji Simulasi Seismik ACI
355.2. Untuk angkur adhesif, kekuatan baja
dalam kondisi geser Vsa dan tegangan
lekatan karakteristik τuncr dan τcr harus
didasarkan hasil Uji Simulasi Seismik ACI
355.4.

==== R17.2.3.3 Angkur-angkur yang tidak
cocok digunakan pada beton retak
sebaiknya tidak digunakan untuk menahan
beban gempa. Kualifikasi angkur tanam
pascacor yang digunakan pada beton retak
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kualifikasi untuk menahan beban
gempa di ACI 355.2 dan ACI 355.4. Hasil
desain yang diperoleh dari Uji Simulasi
Seismik ACI 355.2 dan ACI 355.4
diharapkan lebih kecil daripada untuk
penerapan beban statik.

==== 17.2.3.4 Persyaratan untuk beban Tarik R17.2.3.4 Persyaratan untuk beban tarik

==== 17.2.3.4.1 Bila komponen tarik akibat
gaya gempa tingkat kekuatan yang
diterapkan pada angkur tunggal atau
kelompok angkur adalah sama dengan atau
kurang dari 20 persen gaya tarik angkur
total terfaktor terkait dengan kombinasi
beban yang sama, maka diizinkan untuk
mendesain angkur tunggal atau kelompok
angkur untuk memenuhi 17.4 dan
persyaratan kekuatan tarik dalam 17.3.1.1.

==== R17.2.3.4.1 Persyaratan 17.2.3.4.3 tidak
berlaku jika gaya tarik gempa yang
diterapkan hanya bagian kecil dari gaya
tarik total terfaktor.

==== 17.2.3.4.2 Bila komponen tarik akibat
gaya gempa tingkat kekuatan yang
diterapkan pada angkur melebihi 20 persen
gaya tarik angkur total terfaktor terkait
dengan kombinasi beban yang sama,
angkur dan perangkat penyambungnya
harus didrancang sesuai dengan

==== 17.2.3.4.3. Kekuatan tarik desain angkur
harus ditentukan sesuai dengan 17.2.3.4.4.

==== R17.2.3.4.2 Jika elemen baja daktail
adalah baja ASTM A36M atau ASTM A307,
nilai futa/fya biasanya sekitar 1,5 dan angkur
dapat mengulur sebelum gagal pada drat
(threads). Untuk baja lainnya, perhitungan
mungkin perlu dilakukan untuk memastikan
bahwa perilaku serupa dapat terjadi.

==== R17.4.1.2 memberikan informasi tambahan
tentang properti baja angkur. Ketentuan
penebalan ujung drat, dimana ujung drat
batang diperbesar untuk mengkompensasi
pengurangan luas yang berkaitan dengan
pembuatan drat (threading), dapat
memastikan bahwa leleh terjadi pada
panjang ulur tanpa memperhatikan rasio
kekuatan leleh terhadap kekuatan ultimite
angkur.

==== 17.2.3.4.3 Angkur dan perangkat
penyambungnya harus memenuhi salah
satu dari pilihan a) hingga d):
a) Untuk angkur tunggal, kekuatan yang
dikendalikan beton harus lebih besar
dari kekuatan baja angkur. Untuk
kelompok angkur, rasio beban tarik pada
angkur yang memiliki tegangan terbesar

==== R17.2.3.4.3 Empat pilihan disediakan
untuk menentukan kekuatan angkur atau
perangkat penyambung yang diperlukan
untuk mencegah kegagalan tarik
nondaktail:
Dalam pilihan a), persyaratan daktilitas
angkur harus dipenuhi dan kekuatan
angkur perlu ditentukan dengan
menggunakan gaya gempa tingkat
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 307 dari 695

terhadap kekuatan baja angkur harus
sama atau lebih besar dari rasio beban
tarik pada angkur yang terbebani tarik
terhadap kekuatan angkur tersebut yang
dikendalikan beton. Dalam setiap kasus:
i) Kekuatan baja harus diambil sebesar
1,2 kali kekuatan nominal baja
angkur.
ii) Kekuatan yang dikendalikan beton
harus diambil sebesar kekuatan
nominal yang memperhitungkan
cabut (pullout), ambrol sisi samping
(side-face blowout), jebol (breakout)
beton, dan kekuatan lekatan yang
sesuai. Untuk tinjauan cabut dalam
kelompok angkur, rasio harus
dihitung untuk angkur yang memiliki
tegangan paling tinggi.
Sebagai tambahan, hal berikut ini harus
dipenuhi:
iii) Angkur harus menyalurkan beban
tarik melalui elemen baja daktail
dengan panjang ulur sebesar paling
sedikit delapan kali diameter angkur
kecuali bilamana ditentukan oleh
analisis.
iv) Bila angkur dikenai beban yang
berbalik, angkur harus dijaga
terhadap tekuk.
v) Bila sambungan didrat dan elemen
baja daktail tidak didrat sepanjang
panjang keseluruhannya, rasio futa/fya
tidak boleh kurang dari 1,3 kecuali
jika bagian drat menebal. bagian
penebalan tidak boleh disertakan
dalam panjang ulur.
vi) Tulangan ulir yang digunakan
sebagai elemen baja daktail untuk
menahan pengaruh gempa harus
dibatasi oleh ASTM A615M mutu 280
dan 420 yang memenuhi
persyaratan 20.2.2.5(b) atau ASTM
A706M mutu 420.
b) Angkur atau kelompok angkur harus
didesain terhadap tarik maksimum yang
dapat disalurkan pada angkur atau
kelompok angkur didasarkan pada
pengembangan mekanisme kelelehan
daktail pada perangkat penyambung
dalam kondisi tarik, lentur, geser, atau
tumpu, atau kombinasi kondisi-kondisi
tersebut, dan mempertimbangkan
pengaruh kekuatan lebih material dan
pengerasan regangan untuk perangkat
kekuatan yang bekerja pada struktur.
Penelitian (Hoehler dan Eligehausen 2008;
Vintzileou dan Eligehausen 1992) telah
menunjukkan bahwa jika baja angkur leleh
sebelum pengangkuran beton gagal, tidak
ada reduksi kekuatan tarik angkur untuk
beban gempa. Angkur baja daktail harus
memenuhi persyaratan untuk elemen baja
daktail pada Pasal 2. Untuk memfasilitasi
perbandingan antara kekuatan baja, yang
berdasarkan angkur yang memiliki
tegangan terbesar, dan kekuatan beton
berdasarkan perilaku kelompok angkur,
perancangan dilakukan atas dasar rasio
beban yang diterapkan terhadap masingmasing
kekuatan baja dan beton.
Pada beberapa struktur, angkur dapat
dijadikan tempat terbaik untuk disipasi
energi dalam rentang respons nonlinier.
Panjang ulur angkur (zona tak berlekatan)
mempengaruhi kapasitas perpindahan
lateral struktur dan, oleh karena itu,
panjangnya harus cukup sehingga
perpindahan yang terkait dengan desain
berbasis gempa dapat dicapai (FEMA
P750). Pengamatan dari kejadian gempa
menunjukkan bahwa ketentuan panjang
ulur delapan kali diameter angkur
menghasilkan kinerja struktur yang baik.
Jika panjang ulur yang dihitung, maka
kekakuan relatif elemen yang terhubung
perlu dipertimbangkan. Ketika angkur
dikenai beban yang berbalik, dan panjang
pelelehan di luar beton melebihi enam kali
diameter angkur, mungkin terjadi tekuk
pada angkur dalam tekan. Tekuk dapat
ditahan dengan menempatkan angkur di
dalam selongsong. Namun, harus
diperhatikan bahwa selongsong tidak ikut
menahan beban tarik yang bekerja pada
angkur. Untuk baut angkur tanpa drat di
seluruh panjangnya, penting untuk
memastikan bahwa pelelehan terjadi pada
bagian baut tanpa drat sepanjang ulur
sesaat sebelum kegagalan di bagian berdrat.
Ini dilakukan dengan
mempertahankan margin yang cukup
antara leleh yang disyaratkan dan kekuatan
ultimit dari baut. Perlu dicatat bahwa
panjang ulur yang tersedia dapat
dipengaruhi oleh teknik konstruksi
(misalnya, penambahan leveling mur (nut)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar

==== R17.2.3.4.3).
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 308 dari 695

penyambungnya. Kekuatan tarik desain
angkur harus dihitung oleh 17.2.3.4.4.
c) Angkur atau kelompok angkur harus
didesain terhdap tarik maksimum yang
dapat disalurkan ke angkur oleh
perangkat penyambung yang tidak leleh.
Kekuatan tarik desain angkur harus
dihitung oleh 17.2.3.4.4.
d) Angkur atau kelompok angkur harus
didesain terhdap tarik maksimum yang
diperoleh dari kombinasi beban desain
yang menyertakan E, dengan E
ditingkatkan oleh o. Kekuatan tarik
desain angkur harus memenuhi
persyaratan kekuatan tarik oleh

==== 17.2.3.4.4.
Dalam pilihan b), angkur didesain untuk
gaya tarik yang berhubungan dengan
kekuatan logam atau material serupa yang
diharapkan dari perangkat penyambung.
Untuk pilihan b), sebagaimana dibahas
dalam R17.2.3, harus diperhatikan dalam
perancangan untuk mempertimbangkan
konsekuensi dari potensi perbedaan antara
kekuatan leleh yang ditentukan dan
kekuatan yang diharapkan dari perangkat
penyambung. Sebagai contoh adalah
18.5.2.2 untuk desain sambungan dinding
pracetak menengah dimana sambungan
tidak didesain untuk leleh harus memenuhi
setidaknya 1,5Sy, dimana Sy adalah
kekuatan nominal dari elemen yang leleh
berdasarkan kekuatan leleh yang
ditentukan. Sama halnya, manual desain
baja mensyaratkan bahwa sambungan
baja struktural yang ditetapkan tidak leleh
dan merupakan bagian dari lintasan beban
gempa harus memiliki kekuatan desain
yang melebihi suatu kelipatan terhadap
kekuatan nominal. Nilai kelipatan ini
tergantung pada faktor yang terkait dengan
kemungkinan rasio kekuatan leleh aktual
terhadap yang disyaratkan pada material
tersebut dan faktor tambahan yang
melebihi satu untuk memperhitungkan
pengerasan regangan material. Untuk
perangkat penyambung baja canai dingin
atau kayu, prinsip yang sama harus
digunakan untuk menentukan kekuatan
yang diharapkan dari perangkat
penyambung untuk menentukan kekuatan
yang diperlukan dari pengangkuran
tersebut.
Panduan tambahan tentang penggunaan
pilihan a) hingga d) disediakan dalam
NEHRP Recommended Seismic Provisions
for New Buildings and Other Structures
edisi 2009 (FEMA P750). Desain angkur
sesuai pilihan a) harus digunakan hanya
jika perilaku leleh angkur dapat ditentukan
dengan baik dan dimana interaksi leleh
angkur dengan elemen lain di lintasan
beban telah ditangani secara cukup. Untuk
desain angkur pilihan b), gaya yang
berhubungan dengan leleh dari perangkat
penyambung baja, seperti pelat siku, pelat
tumpuan (baseplate), atau web tab, harus
menggunakan kekuatan yang diperkirakan,
daripada kekuatan leleh baja yang
disyaratkan. Pilihan c) dapat berlaku untuk
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 309 dari 695

berbagai kasus khusus, seperti
perancangan baut sill dimana crushing
kayu membatasi gaya yang dapat
disalurkan ke baut, atau dimana ketentuan
American National Standards Institute /
American Institute of Steel Construction
(AISC) Code Seismic Provisions for
Structural Steel Buildings (AISC 341)
mensyaratkan beban berdasarkan
kekuatan elemen.
Gambar R17.2.3.4.3 – Ilustrasi panjang ulur

==== 17.2.3.4.4 Kekuatan tarik desain angkur
untuk menahan gaya gempa harus
ditentukan oleh tinjauan a) hingga e) untuk
mode kegagalan yang diberikan dalam
Tabel 17.3.1.1 dengan mengasumsikan
beton retak kecuali jika dapat dibuktikan
bahwa beton tetap tidak retak:
a) ϕNsa untuk angkur tunggal, atau untuk
angkur individu yang memiliki tegangan
paling tinggi dalam kelompok angkur
b) 0,75ϕNcb atau 0,75ϕNcbg, kecuali bahwa
Ncb atau Ncbg tidak perlu dihitung bila
tulangan angkur yang memenuhi

==== 17.4.2.9 disediakan
c) 0,75ϕNpn untuk angkur tunggal, atau
untuk angkur individu yang memiliki
tegangan paling tinggi dalam kelompok
angkur
d) 0,75ϕNsb atau 0,75ϕNsbg
e) 0,75ϕNa atau 0,75ϕNag
dimana ϕ sesuai dengan 17.3.3.

==== R17.2.3.4.4 Kekuatan tarik nominal
angkur yang tereduksi berhubungan
dengan mode kegagalan beton adalah
untuk memperhitungkan peningkatan retak
dan pengelupasan (spalling) pada beton
yang dihasilkan gaya gempa. Karena
perancangan gempa umumnya
mengasumsikan bahwa semua atau
sebagian struktur dibebani melampaui
batas lelehnya, dimungkinkan bahwa beton
retak secara keseluruhan dengan tujuan
menentukan kekuatan angkur. Di lokasi
dimana dapat dibuktikan bahwa beton tidak
retak, beton tidak retak dapat diasumsikan
untuk menentukan kekuatan angkur
sebagaimana ditentukan oleh mode
kegagalan beton.

==== 17.2.3.4.5 Bila tulangan angkur
disesuaikan dengan 17.4.2.9, tidak perlu

==== R17.2.3.4.5 Bila tulangan angkur yang
dicantumkan dalam 17.4.2.9 dan 17.5.2.9
Pelat
landasan
Mur dan ring
Panjang
ulur
Dudukan angkur
Lapisan
grouting
Pelat
landasan
Mur dan ring
Panjang
ulur
Lapisan grouting
Selongsong
(a) Dudukan angkur (b) Selongsong angkur
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 310 dari 695

ada reduksi kekuatan tarik desain yang
melebihi yang disyaratkan dalam 17.4.2.9.
digunakan, dengan properti yang
dicantumkan dalam 20.2.2.5, tidak ada
pemisahan potensi jebol (breakout)
berbentuk prisma dari substrat yang
mungkin terjadi asalkan tulangan angkur
dirancang untuk beban yang lebih besar
dari kekuatan jebol beton.

==== 17.2.3.5 Persyaratan untuk pembebanan
geser

==== R17.2.3.5 Persyaratan untuk
pembebanan geser – Bila komponen geser
gaya gempa yang diterapkan pada angkur
melebihi 20 persen dari total gaya geser
angkur, tiga pilihan dapat digunakan untuk
menentukan kekuatan geser perlu untuk
menjaga angkur atau kelompok angkur
terhadap kegagalan geser prematur.
Pilihan a) 17.2.3.4.3 tidak tersedia untuk
geser karena penampang elemen baja
angkur tidak dapat dikonfigurasikan
sehingga kegagalan baja dalam geser
memberikan tingkat daktilitas yang berarti.
Perancangan kekuatan angkur atau
kelompok angkur terkait dengan
mekanisme pembatasan-gaya dalam
pilihan b), seperti kekuatan tumpu pada
lubang-lubang pada perangkat
penyambung baja atau kombinasi kekuatan
crushing dan tumpuan untuk komponen
kayu, mungkin sangat relevan. Pengujian
pada sambungan baut angkur untuk woodframed
dinding geser (Fennel et al. 2009)
menunjukkan bahwa komponen kayu yang
melekat pada beton dengan jarak tepi
minimum menghasilkan perilaku daktail.
Kayu "leleh" (hancur) adalah kondisi batas
pertama dan mengakibatkan nail slippage
dalam kondisi geser. Nail slippage yang
dikombinasikan dengan lentur baut
memberikan daktilitas dan ketangguhan
yang diperlukan untuk dinding geser dan
membatasi beban yang bekerja pada baut.
Prosedur untuk pendefinisian kondisi batas
tumpuan dan geser untuk sambungan ke
baja canai dingin dijelaskan dalam AISI
S100 dan contoh perhitungan kekuatan
disediakan dalam manual AISI (AISI D100).
Dalam kasus seperti itu, perhatian harus
diberikan apabila kekuatan tumpu
terlampaui dapat menyebabkan robek dan
hilangnya konektivitas yang tidak
diperbolehkan. Jika angkur berada jauh
dari tepi maka tidak diperbolehkan untuk
merancang sedemikian rupa sehingga
tulangan angkur menentukan kekuatan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 311 dari 695

angkur. Dalam kasus seperti itu, angkur
harus didesain untuk kekuatan lebih sesuai
dengan pilihan c).

==== 17.2.3.5.1 Bila komponen geser gaya
gempa tingkat kekuatan yang diterapkan
pada angkur atau kelompok angkur sama
dengan atau kurang dari 20 persen gaya
geser angkur terfaktor total yang terkait
dengan kombinasi beban yang sama,
diizinkan untuk mendesain angkur atau
kelompok angkur memenuhi 17.5 dan
persyaratan kekuatan geser dalam

==== 17.3.1.1.

==== R17.2.3.5.1 Persyaratan 17.2.3.5.3 tidak
perlu diterapkan jika gaya geser gempa
yang diterapkan hanya bagian kecil dari
total gaya geser terfaktor.

==== 17.2.3.5.2 Bila komponen geser gaya
gempa tingkat kekuatan yang diterapkan
pada angkur melebihi 20 persen gaya geser
angkur total terfaktor terkait dengan
kombinasi beban yang sama, angkur dan
perangkat penyambungnya harus
dirancang sesuai dengan 17.2.3.5.3.
Kekuatan geser desain angkur untuk
menahan gaya gempa harus ditentukan
sesuai dengan 17.5.

==== 17.2.3.5.3 Angkur-angkur dan perangkat
penyambungnya harus didesain
menggunakan salah satu dari pilihan a)
hingga c):
a) Angkur atau kelompok angkur harus
didesain terhadap geser maksimum
yang dapat disalurkan ke angkur atau
kelompok angkur berdasarkan pada
pengembangan mekanisme leleh daktail
pada perangkat penyambung dalam
kondisi lentur, geser, atau tumpu, atau
kombinasi dari kondisi-kondisi tersebut,
dan memperhitungkan baik kekuatan
lebih material maupun pengaruh
pengerasan regangan pada perangkat
penyambung.
b) Angkur atau kelompok angkur harus
didesain terhadap geser maksimum
yang dapat disalurkan ke angkur oleh
perangkat penyambung yang tidak leleh.
c) Angkur atau kelompok angkur harus
didesain terhadap geser maksimum
yang diperoleh dari kombinasi beban
desain yang menyertakan E, dengan E
ditingkatkan dengan o. kekuatan geser
desain angkur harus memenuhi
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 312 dari 695

persyaratan kekuatan geser dalam

==== 17.3.1.1.

==== 17.2.3.5.4 Bila tulangan angkur
disediakan sesuai dengan 17.5.2.9, tidak
perlu ada reduksi kekuatan geser desain
melebihi yang disyaratkan dalam 17.5.2.9.

==== 17.2.3.6 Angkur tunggal atau kelompok
angkur yang dikenai baik gaya tarik
maupun geser harus didesain untuk
memenuhi persyaratan dalam 17.6, dengan
kekuatan tarik desain angkur yang dihitung
oleh 17.2.3.4.4.

==== 17.2.3.7 Tulangan angkur yang digunakan
pada struktur yang dikenai Kategori Desain
Seismik C, D, E, atau F harus berupa
tulangan ulir dan harus dibatasi dengan
ASTM A615M Mutu 280 dan 420 yang
memenuhi persyaratan 20.2.2.5b) (i) dan
(ii) atau ASTM A706M Mutu 420.

==== 17.2.4 Angkur adhesif yang dipasang
secara horizontal atau miring ke atas harus
dikualifikasi sesuai dengan persyaratan
ACI 355.4 untuk sensitivitas terhadap arah
pemasangan.

==== R17.2.4 ACI 355.4 mencakup pilihan
pengujian untuk memastikan kesesuaian
angkur adhesif untuk pemasangan arah
horizontal dan miring ke atas.

==== 17.2.5 Untuk angkur adhesif yang dikenai
pembebanan tarik tetap, 17.3.1.2 harus
dipenuhi. Untuk kelompok angkur adhesif,
Pers. (17.3.1.2) harus dipenuhi untuk
angkur yang menahan beban tarik tetap
tertinggi. Sertifikasi pemasang dan
persyaratan inspeksi angkur adhesif untuk
arah horizontal dan miring ke atas yang
dikenai pembebanan tarik tetap harus
sesuai 17.8.2.2 hingga 17.8.2.4.

==== R17.2.5 Untuk angkur adhesif yang
dikenai pembebanan tarik tetap,
perhitungan tambahan untuk bagian yang
tetap dari beban terfaktor untuk tahanan
lekatan tereduksi diperlukan untuk
memperhitungkan kemungkinan
penurunan kekuatan lekatan akibat beban
tetap. Tahanan angkur adhesif terhadap
beban tarik tetap tergantung pada
pemasangan yang benar, termasuk
pembersihan lubang, penakaran dan
pencampuran bahan adhesif, dan
pencegahan rongga pada garis lekatan
adhesif (annular gap). Selain itu, perhatian
harus diberikan dalam pemilihan bahan
adhesif yang benar dan kekuatan lekatan
untuk perkiraan kondisi di lapangan seperti
kondisi beton selama pemasangan (kering
atau jenuh, dingin atau panas), metode
pengeboran yang digunakan (rotary impact
drill, rock drill, atau core drill), dan antisipasi
variasi suhu layan dalam beton.
Persyaratan sertifikasi pemasang dan
inspeksi yang terkait dengan penggunaan
angkur adhesif untuk pemasangan arah
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 313 dari 695

horizontal dan miring ke atas untuk
menahan beban tarik tetap dibahas dalam

==== 17.8.2.2 hingga 17.8.2.4.
Angkur adhesif sangat sensitif terhadap
arah pemasangan dan jenis pembebanan.
Angkur adhesif yang dipasang pada
permukaan di atas kepala yang menahan
beban tarik tetap, perlu menjadi perhatian
karena pemasangan sebelumnya dari jenis
ini sering mengalami kegagalan. Jenis
angkur lainnya mungkin lebih tepat untuk
kasus semacam itu. Bila angkur adhesif
yang mengalami pembebanan tarik tetap
dipasang pada permukaan di atas kepala,
maka penting untuk a) memenuhi
persyaratan pengujian ACI 355.4 untuk
sensitivitas terhadap arah pemasangan, b)
menggunakan pemasang bersertifikat, dan
c) mensyaratkan inspeksi khusus.

==== 17.2.6 Faktor modifikasi a untuk beton
ringan harus diambil sebesar:
Kegagalan beton angkur tanam cor
ditempat dan ujung diperlebar .............1,0
Kegagalan beton angkur ekspansi dan
adhesif .................................................0,8
Kegagalan lekatan angkur adhesif
menurut Pers. (17.4.5.2) ......................0,6
bila  ditentukan sesuai 19.2.4. Diizinkan
menggunakan nilai alternatif a bilamana
pengujian telah dilakukan dan dievaluasi
sesuai ACI 355.2 atau ACI 355.4.

==== R17.2.6 Jumlah pengujian yang tersedia
untuk menetapkan kekuatan angkur pada
beton ringan terbatas. Pengujian beton
ringan pada stud berkepala cor ditempat
menunjukkan bahwa faktor reduksi  saat
ini cukup mewakili pengaruh beton ringan
(Shaikh dan Yi 1985; Anderson dan
Meinheit 2005). Data pabrikan angkur yang
dikembangkan untuk laporan evaluasi pada
angkur ekspansi pascacor dan angkur
adhesif menunjukkan bahwa faktor reduksi
 diperlukan untuk memberikan faktor
keamanan yang diperlukan untuk kekuatan
desain masing-masing. ACI 355.2 dan ACI
355.4 memberikan prosedur di mana nilai
spesifik a yang dapat digunakan
berdasarkan pengujian, dengan asumsi
beton ringan mirip dengan rujukan material
uji.

==== 17.2.7 Nilai fc’ yang digunakan untuk
tujuan perhitungan dalam pasal ini tidak
boleh melebihi 70 MPa untuk angkur tanam
dicor di tempat, dan 55 MPa untuk angkur
tanam pascacor. Pengujian diperlukan
untuk angkur tanam pascacor bilamana
digunakan pada beton dengan fc’ lebih
besar dari 55 MPa.

==== R17.2.7 Jumlah pengujian yang terbatas
pada angkur tanam cor ditempat dan tanam
pascacor pada beton mutu tinggi
(Primavera et al. 1997) menunjukkan
bahwa prosedur perancangan yang
terkandung dalam pasal ini menjadi tidak
konservatif, terutama untuk angkur tanam
cor ditempat dengan kekuatan tekan beton
dalam rentang 75 hingga 85 MPa. Sampai
pengujian lebih lanjut tersedia, batas atas
fc’ sama dengan 70 MPa telah ditetapkan
dalam perancangan angkur tanam cor
ditempat. Keterbatasan ini konsisten
dengan 22.5.3 dan 25.4.1.4. ACI 355.2 dan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 314 dari 695

ACI 355.4 tidak memerlukan pengujian
angkur tanam pascacor di beton dengan fc’
lebih besar dari 55 MPa. Beberapa angkur
ekspansi pascacor mungkin mengalami
kesulitan berekspansi di dalam beton
bermutu sangat tinggi dan beton bermutu
sangat tinggi dapat berdampak negatif
pada kekuatan lekatan angkur adhesif.
Oleh karena itu, fc’ dibatasi pada 55 MPa
dalam desain angkur tanam pascacor
kecuali pengujian dilakukan.

==== 17.3 - Persyaratan umum untuk kekuatan
angkur

==== R17.3 - Persyaratan umum untuk
kekuatan angkur

==== 17.3.1 Kekuatan desain angkur harus
didasarkan pada salah satu dari
perhitungan menggunakan model desain
yang memenuhi persyaratan 17.3.2, atau
evaluasi uji menggunakan fraktil 5 persen
dari hasil uji yang sesuai untuk berikut ini:
a) Kekuatan baja angkur dalam kondisi
tarik (17.4.1)
b) Kekuatan jebol (breakout) beton angkur
dalam kondisi tarik (17.4.2)
c) Kekuatan cabut (pullout) angkur
ekspansi, angkur tanam cor ditempat,
atau ujung diperlebar (undercut)
pascacor dalam kondisi tarik (17.4.3)
d) Kekuatan ambrol (blowout) muka
samping beton angkur berkepala dalam
kondisi tarik (17.4.4)
e) Kekuatan lekatan angkur adhesif dalam
kondisi tarik (17.4.5)
f) Kekuatan baja angkur dalam kondisi
geser (17.5.1)
g) Kekuatan jebol (breakout) beton angkur
dalam kondisi geser (17.5.2)
h) Kekuatan jungkit (pryout) beton angkur
dalam kondisi geser (17.5.3)
Sebagai tambahan, angkur harus
memenuhi jarak tepi, spasi, dan tebal perlu
untuk mencegah kegagalan belah
(splitting), seperti disyaratkan dalam 17.7.

==== 17.3.1.1 Desain angkur harus sesuai
dengan Tabel 17.3.1.1. Sebagai tambahan,
desain angkur harus memenuhi 17.2.3
untuk pembebanan gempa dan 17.3.1.2
untuk angkur adhesif yang dikenai
pembebanan tarik tetap.

==== R17.3.1 Bagian ini memberikan
persyaratan untuk menetapkan kekuatan
angkur di beton. Berbagai jenis mode
kegagalan baja dan beton untuk angkur
ditunjukkan pada Gambar R17.3.1(a) dan

==== R17.3.1(b). Diskusi komprehensif tentang
mode kegagalan angkur ada di Design of
Fastenings in Concrete (1997), Fuchs et al.
(1995), Eligehausen and Balogh (1995),
dan Cook et al. (1998). Mode kegagalan
tarik yang terkait dengan kapasitas beton
termasuk kegagalan jebol (breakout) beton
pada 17.4.2 (berlaku untuk semua jenis
angkur), kegagalan cabut (pullout) pada

==== 17.4.3 (berlaku untuk angkur tanam cor
ditempat, ekspansi pascacor dan angkur
ujung diperlebar), kegagalan ambrol
(blowout) muka samping di 17.4.4 (berlaku
untuk angkur berkepala), dan kegagalan
lekatan di 17.4.5 (berlaku untuk angkur
adhesif). Mode kegagalan geser terkait
dengan kapasitas beton termasuk
kegagalan jebol (breakout) beton dan
jungkit (pryout) beton secara berurutan di

==== 17.5.2 dan 17.5.3 (berlaku untuk semua
jenis angkur). Sebarang model yang sesuai
dengan persyaratan 17.3.1.3 dan 17.3.2
dapat digunakan untuk menetapkan
kekuatan terkait beton. Selain itu, kekuatan
tarik dan geser angkur dibatasi oleh jarak
minimum dan jarak tepi dalam 17.7 yang
diperlukan untuk mencegah belah beton.
Desain angkur tanam pascacor
menunjukkan bahwa kekuatan angkur
sensitif terhadap pemasangan yang benar;
Persyaratan pemasangan terdapat di 17.8.
Beberapa angkur tanam pascacor tidak
terlalu sensitif terhadap kesalahan
pemasangan dan toleransi. Hal ini
tercermin dalam faktor-ϕ yang beragam
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 315 dari 695

Tabel 17.3.1.1 – Kekuatan perlu angkur,
kecuali seperti tercatat dalam 17.2.3
Mode
kegagalan
Angkur
tunggal
Kelompok angkur [1]
Angkur
individu
dalam
kelompok
angkur
Angkur
sebagai
kelompok
angkur
Kekuatan baja
dalam tarik
(17.4.1)
ϕNsa ≥
Nua
ϕNsa ≥
Nua,i
Kekuatan jebol
beton dalam
tarik (17.4.2)
ϕNcb ≥
Nua
ϕNcbg≥
Nua,g
Kekuatan cabut
dalam tarik
(17.4.3)
ϕNpn ≥
Nua
ϕNpn ≥
Nua,i
Kekuatan
ambrol beton
muka samping
dalam tarik
(17.4.4)
ϕNsb ≥
Nua
ϕNsbg≥
Nua,g
Kekuatan
lekatan angkur
adhesif dalam
tarik (17.4.5)
ϕNa ≥ Nua
ϕNag≥
Nua,g
Kekuatan baja
dalam geser
(17.5.1)
ϕVsa ≥ Vua
ϕVsa ≥
Vua,i
Kekuatan jebol
beton dalam
geser (17.5.2)
ϕVcb ≥ Vua
ϕVcbg≥
Nua,g
Kekuatan
jungkit beton
dalam geser
(17.5.3)
ϕVcp ≥ Vua
ϕVcpg≥
Vua,g
[1]Kekuatan perlu untuk mode kegagalan baja dan cabut
harus dihitung untuk angkur yang tegangannya paling tinggi
dalam kelompok angkur.
yang diberikan dalam 17.3.3, berdasarkan
kriteria asesmen dalam ACI 355.2 dan ACI
355.4.
Prosedur pengujian juga dapat digunakan
untuk menentukan kekuatan jebol angkur
tunggal pada kondisi tarik dan geser. Hasil
pengujian, bagaimanapun, diperlukan
untuk dievaluasi dengan dasar statistik
yang setara dengan yang digunakan untuk
memilih nilai-nilai untuk metode jebol beton
yang dianggap memenuhi ketentuan

==== 17.3.2. Kekuatan dasar tidak dapat diambil
lebih besar dari fraktil 5 persen. Jumlah
pengujian harus cukup untuk validitas
secara statistik dan harus dipertimbangkan
dalam penentuan fraktil 5 persen.
Akibat kombinasi tarik dan lentur, angkur
individu dalam suatu kelompok mengalami
perbedaan besaran gaya tarik. Demikian
pula, akibat gabungan geser dan torsi,
angkur individu dalam suatu kelompok
mengalami perbedaan besaran gaya
geser. Tabel 17.3.1.1 mencakup
persyaratan-persyaratan untuk mendesain
angkur tunggal dan angkur individu dalam
kelompok untuk menjaga terhadap semua
potensi mode kegagalan. Untuk mode
kegagalan baja dan cabut (pullout), angkur
yang paling tinggi tegangannya di dalam
kelompok harus diperiksa untuk
memastikan angkur memiliki kapasitas
yang cukup untuk menahan pembebanan,
sedangkan untuk jebol (breakout) beton,
angkur harus diperiksa sebagai kelompok.
Analisis elastis atau analisis plastis dari
angkur daktail seperti yang dijelaskan
dalam 17.2.1 dapat digunakan untuk
menentukan beban yang ditahan oleh
setiap angkur.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 316 dari 695

Gambar R17.3.1 – Jenis-jenis mode kegagalan angkur

==== 17.3.1.2 Untuk desain angkur adhesif
untuk menahan beban tarik tetap, sebagai
tambahan pada 17.3.1.1, Pers. (17.3.1.2)
harus terpenuhi.
0,55φNba  Nua,s (17.3.1.2)
dimana Nba ditentukan sesuai dengan

==== 17.4.5.2.

==== R17.3.1.2 Faktor 0,55 yang digunakan
untuk perhitungan tambahan untuk beban
tetap berkorelasi dengan persyaratan
pengujian ACI 355.4 dan memberikan
kinerja yang memuaskan dari angkur
adhesif akibat beban tarik tetap ketika
digunakan sesuai dengan ACI 355.4.
Evaluasi produk menurut ACI 355.4
didasarkan pada pembebanan tarik tetap
yang ada selama minimal 50 tahun pada
suhu standar 21°C dan minimum 10 tahun
pada suhu 43°C. Untuk rentang hidup yang
lebih lama (misalnya, lebih dari 50 tahun)
atau suhu yang lebih tinggi, faktor yang
lebih rendah harus dipertimbangkan.
N
(i) Kegagalan baja
N
N N
(ii) Cabut (iii) Beton jebol
N
N N
N
N N N N
(iv) Beton belah (v) Beton ambrol ke
arah samping
Tunggal Kelompok
(vi) Kegagalan lekatan
(a) Beban tarik
N
V V
(ii) Beton terjungkit
untuk angkur yang
jauh dari ujung
bebas
(i) Kegagalan baja
didahului oleh
spalling beton
(iii) Beton jebol
(b) Beban geser
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 317 dari 695


==== 17.3.1.3 Bila kedua Nua dan Vua ada,
pengaruh interaksi harus ditinjau
menggunakan perumusan interaksi yang
menghasilkan perhitungan kekuatan yang
sangat sesuai dengan hasil uji yang
komprehensif. Persyaratan ini harus
dianggap dipenuhi oleh 17.6.

==== 17.3.2 Kekuatan nominal untuk sebarang
angkur atau kelompok angkur harus
didasarkan pada model desain yang
menghasilkan prediksi kekuatan yang
berkesesuaian dengan hasil uji yang
komprehensif. Bahan-bahan yang
digunakan dalam pengujian harus
kompatibel dengan bahan-bahan yang
digunakan dalam struktur. Kekuatan
nominal harus didasarkan pada fraktil 5
persen kekuatan angkur individu dasar.
Untuk kekuatan nominal terkait dengan
kekuatan beton, modifikasi untuk pengaruh
ukuran, jumlah angkur, pengaruh spasi
angkur yang dekat, kedekatan tepi, tinggi
komponen struktur beton, pembebanan
eksentris kelompok angkur, dan
keberadaan atau ketidakberadaan retak
harus diperhitungkan. Batasan-batasan
jarak tepi dan spasi angkur dalam model
desain harus konsisten dengan uji yang
memverifikasi model tersebut.

==== R17.3.1.3 dan R17.3.2 Pasal 17.3.1.3
dan 17.3.2 menetapkan faktor-faktor
kinerja dimana model desain angkur harus
diverifikasi. Banyak pendekatan desain
yang tersedia dan pengguna selalu
diizinkan untuk "mendesain dengan
pengujian" menggunakan 17.3.2 asalkan
data yang tersedia memadai untuk
memverifikasi model.
Metode untuk desain jebol (breakout)
beton termasuk sebagai "dianggap
memuaskan" 17.3.2 dikembangkan dari
Metode Concrete Capacity Design (CCD)
(Fuchs et al. 1995; Eligehausen dan Balogh
1995), yang merupakan adaptasi dari
Metode Kappa (Kappa Method)
(Eligehausen et al. 2006a; Eligehausen dan
Fuchs 1988) dan dianggap akurat, relatif
mudah diterapkan, dan mampu
dikembangkan untuk tata letak yang tidak
beraturan. Metode CCD memprediksi
kekuatan angkur atau kelompok angkur
dengan menggunakan persamaan dasar
untuk tarik, atau untuk geser untuk angkur
tunggal di dalam beton retak, dan dikalikan
dengan faktor-faktor yang
memperhitungkan jumlah angkur, jarak
tepi, spasi, eksentrisitas, dan keberadaan
retak. Investigasi eksperimental dan
numerik telah menunjukkan penerapan
Metode CCD untuk angkur adhesif
(Eligehausen et al. 2006a).
Perhitungan kekuatan jebol didasarkan
pada model yang disarankan dalam
Metode Kappa. Hal ini konsisten dengan
sudut prisma jebol (breakout) sekitar 35
derajat (Gambar R17.3.2a dan b).
Potongan
≈ 35o
1,5hef
hef
N
Gambar R17.3.2a – Kerucut jebol
(breakout cone) untuk kondisi tarik
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 318 dari 695

Gambar R17.3.2b – Kerucut jebol
(breakout cone) untuk kondisi geser

==== 17.3.2.1 Pengaruh tulangan yang
disediakan untuk mengekang jebolnya
beton diizinkan disertakan dalam model
desain yang digunakan untuk memenuhi

==== 17.3.2. Bilamana tulangan angkur
disediakan sesuai dengan 17.4.2.9 dan

==== 17.5.2.9, perhitungan kekuatan jebol beton
sesuai 17.4.2 dan 17.5.2 tidak diperlukan.

==== R17.3.2.1 Penambahan tulangan dalam
arah beban untuk menahan jebol beton
dapat meningkatkan kekuatan dan
kapasitas deformasi yang besar pada
sambungan angkur. Peningkatan seperti ini
mudah dilaksanakan pada angkur tanam
cor ditempat seperti yang digunakan dalam
segmen pracetak.
CEB (1994, 1997), Klingner et al. (1982),
ACI 349, dan Eligehausen et al. (2006b)
memberikan informasi mengenai pengaruh
tulangan pada perilaku angkur. Pengaruh
tulangan tidak termasuk dalam uji
penerimaan angkur ACI 355.2 dan ACI
355.4 atau dalam metode perhitungan jebol
beton 17.4.2 dan 17.5.2. Efek
menguntungkan dari tulangan tambahan
dikenali dari faktor-ϕ di kondisi A pada

==== 17.3.3. Tulangan angkur dapat diberikan
alih-alih menghitung kekuatan jebol
menggunakan ketentuan Pasal 25
bersama dengan 17.4.2.9 dan 17.5.2.9.
Kekuatan jebol sambungan tanpa
tulangan dapat diambil dengan indikasi
beban saat retak yang signifikan terjadi.
Retak seperti itu dapat menimbulkan
masalah layan jika tidak dikontrol (lihat

==== R17.5.2.1).

==== 17.3.2.2 Untuk angkur dengan diameter
tidak melebihi 100 mm, persyaratan

==== R17.3.2.2 Batasan pada diameter angkur
didasarkan pada rentang data pengujian
35o
Ca1
Angkur
V
Tepi
beton Denah
1,5 ca1
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 319 dari 695

kekuatan jebol beton harus dianggap
dipenuhi oleh prosedur desain dalam 17.4.2
dan 17.5.2.
saat ini. Dalam ACI Code edisi 2002 hingga
2008, terdapat batasan diameter dan
penanaman angkur untuk menghitung
kekuatan jebol beton. Keterbatasan ini
dituntut oleh kurangnya hasil pengujian
pada angkur dengan diameter lebih besar
dari 50 mm dan panjang pengangkuran
lebih panjang dari 600 mm. Pada tahun
2011, pembatasan diameter angkur dan
panjang pengangkuran direvisi untuk
membatasi diameter hingga 100 mm
berdasarkan hasil pengujian tarik dan geser
pada angkur berdiameter besar dengan
pengangkuran yang dalam (Lee et al. 2007,
2010). Tes-tes ini termasuk angkur
diameter 105 mm tertanam 1,15 m pada tes
tarik dan angkur diameter 90 mm pada tes
geser. Alasan untuk batas diameter 100
mm ini adalah bahwa angkur diameter
terbesar di ASTM F1554 adalah 100 mm,
sedangkan spesifikasi ASTM lainnya
mengizinkan angkur hingga berdiameter
200 mm yang belum teruji untuk
memastikan penerapan mengikuti
ketentuan jebol beton 17.4.2 dan 17.5.2.

==== 17.3.2.3 Untuk angkur adhesif dengan
kedalaman penanaman 4da ≤ hef ≤ 20da,
persyaratan kekuatan lekatan harus
dianggap dipenuhi oleh prosedur desain
dalam 17.4.5.

==== R17.3.2.3 ACI 355.4 membatasi
kedalaman pengangkuran angkur adhesif
pada 4da ≤ hef ≤ 20da, yang mewakili batas
teoritis dari model lekatan (Eligehausen et
al. 2006a).

==== 17.3.3 Faktor reduksi kekuatan ϕ untuk
angkur dalam beton harus sebagai berikut
bila kombinasi beban dalam 5.3 digunakan:
a) Angkur yang dikendalikan oleh kekuatan
elemen baja daktail
i) Beban tarik .................................... 0,75
ii) Beban geser .................................. 0,65
b) Angkur yang dikendalikan oleh kekuatan
elemen baja getas
i) Beban tarik .................................... 0,65
ii) Beban geser .................................. 0,60
c) Angkur yang dikendalikan oleh kekuatan
jebol (breakout), ambrol muka samping
(side-face blowout), cabut (pullout), atau
jungkit (pryout) beton
Kondisi A Kondisi B
i) Beban geser......... 0,75 ............. 0,70
ii) Beban tarik
Stud berkepala dicor di tempat, baut
berkepala, atau
baut berkait...........0,75.............. 0,70

==== R17.3.3 Faktor-ϕ untuk kekuatan baja
didasarkan pada penggunaan futa untuk
menentukan kekuatan nominal angkur
(lihat 17.4.1 dan 17.5.1) daripada fya,
seperti yang digunakan dalam desain
komponen beton bertulang. Meskipun
faktor-ϕ untuk digunakan dengan futa
tampak rendah, mereka menghasilkan
tingkat keamanan yang konsisten dengan
penggunaan faktor-ϕ yang lebih tinggi yang
diterapkan pada fya. Faktor-ϕ yang lebih
kecil untuk geser daripada tarik tidak
mencerminkan perbedaan bahan dasar
tetapi lebih mempertimbangkan
kemungkinan distribusi geser yang tidak
seragam pada koneksi dengan angkur
majemuk. Masih diperbolehkan untuk
mengalami kegagalan daktail elemen baja
pada perangkat penyambung jika
perangkat penyambung dirancang
sedemikian rupa sehingga akan mengalami
leleh daktail pada level beban yang sesuai
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 320 dari 695

Angkur tanam pascacor dengan kategori
seperti ditentukan dari ACI 355.2 atau ACI
355.4
Kategori 1 .................. 0,75 ............. 0,65
(Sensitivitas rendah
terhadap
pemasangan dan
reliabilitas tinggi)
Kategori 2 .................. 0,65 ............. 0,55
(Sensitivitas
menengah terhadap
pemasangan dan
reliabilitas
menengah)
Kategori 3 .................. 0,55 ............. 0,45
(Sensitivitas tinggi
terhadap
pemasangan dan
reliabilitas rendah)
Kondisi A berlaku bila terdapat tulangan
tambahan kecuali untuk kekuatan cabut
(pullout) dan jungkit (pryout).
Kondisi B berlaku bila tidak terdapat
tulangan tambahan, dan untuk kekuatan
cabut (pullout) atau jungkit (pryout).
dengan gaya yang terjadi pada angkur tidak
lebih besar dari kekuatan desain minimum
angkur yang ditentukan dalam 17.2.3. (lihat

==== 17.2.3.4.3 dan 17.2.3.5.3).
Meskipun faktor-ϕ untuk beton polos
struktural adalah 0,60, faktor dasar untuk
kegagalan beton getas (ϕ = 0,70) dipilih
berdasarkan hasil studi probabilistik
(Farrow dan Klingner 1995) yang
menunjukkan penggunaan faktor-ϕ untuk
beton polos struktural dengan nilai rata-rata
dari kegagalan beton terkontrol
menghasilkan tingkat keamanan yang
memadai. Karena ekspresi tahanan
nominal yang digunakan dalam pasal ini
dan dalam persyaratan pengujian
didasarkan pada fraktil 5 persen, nilai ϕ =
0,60 akan menjadi terlalu konservatif.
Perbandingan dengan prosedur desain dan
studi probabilistik lain (Farrow dan Klingner
1995) menunjukkan bahwa pilihan ϕ = 0,70
dibenarkan. Pemasangan tulangan
tambahan (Kondisi A) menyediakan lebih
banyak kapasitas deformasi,
memungkinkan faktor-ϕ untuk ditingkatkan.
Nilai ϕ = 0,75 kompatibel dengan tingkat
keamanan untuk kegagalan geser pada
balok beton, dan telah direkomendasikan
dalam PCI Design handbook (MNL 120)
dan oleh ACI 349.
Untuk angkur yang ditentukan oleh
kegagalan jebol beton yang lebih getas
atau kegagalan ambrol, dua kondisi diakui.
Jika ada tulangan tambahan (Kondisi A),
kapasitas deformasi menjadi lebih besar
daripada dalam kasus di mana tulangan
tambahan tersebut tidak ada (Kondisi B).
Desain eksplisit tulangan tambahan tidak
diperlukan. Namun, pengaturan tulangan
tambahan umumnya harus sesuai dengan
tulangan angkur yang ditunjukkan pada
Gambar R17.4.2.9 dan R17.5.2.9b.
Penyaluran penuh tidak diperlukan.
Faktor reduksi kekuatan untuk tulangan
angkur diberikan dalam 17.4.2.9 dan

==== 17.5.2.9.
Pengujian ACI 355.2 untuk sensitivitas
terhadap prosedur instalasi menentukan
kategori keandalan yang sesuai untuk
angkur ekspansi tertentu atau angkur ujung
diperlebar. Dalam ACI 355.2 pengujian
untuk angkur ekspansi dan angkur ujung
diperlebar, efek variabilitas dalam torsi
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 321 dari 695

angkur selama pemasangan, toleransi
pada ukuran lubang yang dibor, dan tingkat
energi yang digunakan dalam pengaturan
angkur dipertimbangkan; untuk angkur
ekspansi dan angkur ujung diperlebar yang
disetujui untuk digunakan pada beton retak,
peningkatan lebar retak dipertimbangkan.
Pengujian ACI 355.4 untuk sensitivitas
terhadap prosedur pemasangan
menentukan kategori untuk sistem angkur
adhesif tertentu dengan
mempertimbangkan pengaruh
pencampuran bahan adhesif dan pengaruh
pembersihan lubang pada lubang bor untuk
kering, jenuh, dan berisi air/dalam air. Tiga
kategori angkur tanam pascacor yang
dapat diterima adalah:
Kategori 1 – sensitivitas rendah terhadap
instalasi dan keandalan tinggi
Kategori 2 – sensitivitas sedang terhadap
instalasi dan keandalan sedang
Kategori 3 – sensitivitas tinggi terhadap
instalasi dan keandalan yang lebih rendah
Kekuatan angkur akibat beban geser tidak
sensitif terhadap kesalahan dan toleransi
pemasangan. Oleh karena itu, untuk
perhitungan geser semua angkur, ϕ = 0,75
untuk Kondisi A dan ϕ = 0,70 untuk Kondisi
B.

==== 17.4 - Persyaratan desain untuk
pembebanan tarik

==== R17.4 - Persyaratan desain untuk
pembebanan tarik

==== 17.4.1 Kekuatan baja angkur dalam tarik R17.4.1 Kekuatan baja angkur dalam tarik

==== 17.4.1.1 Kekuatan nominal angkur dalam
tarik seperti yang dikendalikan oleh baja,
Nsa, harus dievaluasi dengan perhitungan
berdasarkan pada properti bahan angkur
dan dimensi fisik angkur.

==== 17.4.1.2 Kekuatan nominal angkur dalam
tarik, Nsa, tidak boleh melebihi
Nsa = Ase,N futa (17.4.1.2)
dimana Ase,N adalah luas penampang
efektif angkur dalam tarik, mm2, dan futa
tidak boleh diambil lebih besar dari yang
terkecil dari 1,9fya dan 860 MPa.

==== R17.4.1.2 Kekuatan nominal angkur baja
dalam keadaan tarik paling baik
direpresentasikan sebagai fungsi futa
daripada fya karena sebagian besar bahan
angkur tidak menunjukkan titik leleh yang
jelas. AISC telah mendasarkan kekuatan
tarik angkur pada Ase,Nfuta sejak edisi tahun
1986 dari spesifikasinya. Penggunaan
Pers. (17.4.1.2) dengan faktor beban dalam
5.3 dan faktor-ϕ dalam 17.3.3 memberikan
kekuatan desain yang konsisten dengan
AISC 360.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 322 dari 695

Pembatasan 1,9fya pada futa adalah untuk
memastikan bahwa, dalam kondisi beban
layan, angkur tidak melebihi fya. Batas futa
yaitu 1,9fya ditentukan dengan mengubah
ketentuan-ketentuan LRFD ke kondisi
tingkat layan yang sesuai. Untuk 5.3, faktor
beban rata-rata 1,4 (dari 1,2D + 1,6L) dibagi
dengan faktor-ϕ tertinggi (0,75 untuk tarik)
menghasilkan batas dari futa/fya adalah
1,4/0,75 = 1,87. Meskipun bukan menjadi
perhatian untuk standar angkur baja
struktural (nilai maksimum futa/fya adalah 1,6
untuk ASTM A307), batasan ini berlaku
untuk beberapa baja stainless.
Untuk angkur tanam pascacor yang
memiliki reduksi luas penampang di bagian
manapun sepanjang angkur, seperti angkur
tipe baji (wedge-type anchors), luas
penampang efektif angkur harus diberikan
oleh fabrikan. Untuk batang berdrat dan
baut berkepala, ASME B1.1 mendefinisikan
Ase,N sebagai
 
t
se,N a
n
d
π
A
0,9743
4
2
dimana nt adalah jumlah drat per millimeter.

==== 17.4.2 Kekuatan jebol (breakout) beton
angkur dalam tarik

==== R17.4.2 Kekuatan jebol (breakout) beton
angkur dalam tarik

==== 17.4.2.1 Kekuatan nominal jebol beton
dalam tarik, Ncb untuk angkur tunggal atau
Ncbg untuk kelompok angkur, tidak boleh
melebihi :
a) Untuk angkur tunggal
ed N c N cp N b
Nco
Nc
cb N
A
A
N   ,  ,  , (17.4.2.1a)
b) Untuk kelompok angkur
ec N ed N c N cp N b
Nco
Nc
cbg N
A
A
N   ,  ,  ,  , (17.4.2.1b)
Faktor-faktor ec,N, ed,N, c,N, and cp,N
didefinisikan berturut-turut dalam 17.4.2.4,

==== 17.4.2.5, 17.4.2.6, dan 17.4.2.7. ANc adalah
luas kegagalan beton terproyeksi angkur
tunggal atau kelompok angkur yang harus
diperkirakan sebagai dasar gambar

==== R17.4.2.1 Pengaruh angkur majemuk,
spasi angkur, dan jarak ke tepi pada
kekuatan nominal jebol beton dalam tarik
disertakan dengan menerapkan faktor
modifikasi ANc/ANco dan, ψed,N dalam Pers.
(17.4.2.1a) dan (17.4.2.1b).
Gambar R17.4.2.1(a) menunjukkan ANco
dan pengembangan Pers. (17.4.2.1c). ANco
adalah area proyeksi maksimum untuk
angkur tunggal. Gambar R17.4.2.1(b)
menunjukkan contoh-contoh daerah yang
terproyeksi untuk berbagai pengaturan
pada angkur tunggal dan angkur majemuk.
Karena ANc adalah total area yang
terproyeksi untuk sekelompok angkur, dan
ANco adalah area untuk angkur tunggal,
tidak perlu menyertakan n, jumlah angkur,
dalam Pers. (17.4.2.1a) atau (17.4.2.1b).
Jika angkur majemuk diposisikan
sedemikian rupa sehingga area proyeksi
nya tumpang tindih, maka, nilai ANc harus
dikurangi.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 323 dari 695

geometri persegi yang dihasilkan dari
proyeksi permukaan kegagalan ke arah luar
1,5hef dari garis pusat angkur, atau dalam
kasus kelompok angkur, dari garis melalui
suatu baris angkur yang bersebelahan. ANc
tidak boleh melebihi nANco, dimana n adalah
jumlah angkur dalam kelompok yang
menahan tarik. ANco adalah luas kegagalan
beton terproyeksi angkur tunggal dengan
jarak tepi sama atau lebih besar dari 1,5hef.
ef nco hA 2 9  (17.4.2.1c)
Gambar R17.4.2.1 – (a) Perhitungan ANco dan (b) perhitungan ANc untuk satu angkur
dan kelompok angkur

==== 17.4.2.2 Kekuatan dasar jebol beton
angkur tunggal dalam tarik pada beton
retak, Nb, tidak boleh melebihi
Nb kc a fc hef 1,5   ' (17.4.2.2)
dimana
kc = 10 untuk angkur tanam cor ditempat;
dan

==== R17.4.2.2 Persamaan untuk kekuatan
dasar jebol beton diturunkan (Fuchs et al.
1995; Eligehausen dan Balogh 1995;
Eligehausen dan Fuchs 1988; CEB 1994)
dengan asumsi sebuah kegagalan beton
prisma dengan sudut sekitar 35 derajat,
mempertimbangkan konsep mekanika
fraktur.
Nilai-nilai kc dalam Pers. (17.4.2.2a)
ditentukan dari database yang besar hasil
N
1,5hef 1,5hef
35 °
Potongan melintang bidang keruntuhan
1,5hef
1,5hef
1,5hef 1,5hef
ANco
Denah
ANco = (2 x 1,5hef) x (2 x 1,5hef) = 9hef2
ca1 1,5hef
1,5hef
1,5hef
ANc= (ca1+ 1,5hef) x (2 x 1,5hef )
jika ca1 1,5hef
ANc
1,5hef
1,5 hef
1,5 hef
ca1 s1 ANc
ANc= (ca1+ s1 + 1,5hef) x (2 x 1,5hef)
if ca1 1,5hef dan s1 3hef
1,5hef ca1 s1
1,5hef
s2
ca2
ANc= (ca1+ s1 + 1,5hef)(ca2+s2 + 1,5hef)
if ca1 dan ca2 < 1,5hef
dan s1 dan s2 < 3hef
Jarak kritis ke ujung untuk headed
studs, headed bolts, expasion
anchors dan undercut anchors
adalah 1,5hef
hef
ANc
(a) (b)
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 324 dari 695

kc = 7 untuk angkur tanam pascacor.
Nilai kc untuk angkur tanam pascacor
diizinkan untuk ditingkatkan di atas 17
berdasarkan pada uji spesifik produk ACI
355.2 atau ACI 355.4, tetapi tidak boleh
melebihi 24.
Sebagai alternatif, untuk stud berkepala
dan baut berkepala yang dicor ditempat
dengan 280 mm  hef  635 mm, Nb tidak
boleh melebihi
Nb a fc hef 5/3  3,9 ' (17.4.2.2b)
pengujian pada beton tidak retak (Fuchs et
al. 1995) pada fraktil 5 persen. Nilai-nilai itu
disesuaikan dengan nilai kc yang sesuai
untuk beton retak (Eligehausen dan Balogh
1995; Goto 1971). Pengujian telah
menunjukkan bahwa nilai kc berlaku untuk
angkur adhesif yang kurang lebih sama
dengan yang diperoleh untuk angkur
ekspansi (Eligehausen et al. 2006a; Zhang
et al. 2001). Nilai kc yg lebih tinggi diizinkan
untuk angkur tanam pascacor, asalkan nilai
tersebut telah ditentukan dari pengujian
sesuai dengan ACI 355.2 atau ACI 355.4.
Untuk angkur dengan panjang
pengangkuran yang lebih dalam (hef > 280
mm), bukti uji menunjukkan penggunaan
hef
1,5 bisa menjadi terlalu konservatif untuk
beberapa kasus. Ekspresi alternatif (Pers.
(17.4.2.2b)) disediakan dengan
menggunakan hef
5/3 untuk evaluasi stud
berkepala dan baut berkepala yang dicor di
tempat dengan 280 mm ≤ hef ≤ 635 mm.
Ekspresi ini juga cocok untuk beberapa
angkur ujung diperlebar pascacor. Namun,
untuk angkur seperti itu, penggunaan Pers.
(17.4.2.2b) harus dibuktikan oleh hasil
pengujian sesuai dengan 17.3.2. Hasil
investigasi eksperimental dan numerik
menunjukkan bahwa Pers. (17.4.2.2b)
mungkin tidak konservatif untuk hef > 635
mm dimana tekanan tumpu pada kepala
angkur berada di atau dekat dengan batas
yang diizinkan oleh Pers. (17.4.3.4) (Ožbolt
et al. 2007).

==== 17.4.2.3 Bila angkur terletak kurang dari
1,5hef dari tiga tepi atau lebih, nilai hef yang
digunakan untuk perhitungan ANc sesuai
dengan 17.4.2.1, demikian juga dalam
Pers. (17.4.2.1) hingga (17.4.2.5) harus
yang terbesar dari (ca,max)/1,5 dan s/3,
dimana s adalah spasi maksimum antara
angkur dalam kelompok angkur.

==== R17.4.2.3 Untuk angkur yang terletak
kurang dari 1,5hef dari tiga tepi atau lebih,
kekuatan tarik jebol dapat dihitung dengan
Metode CCD (lihat R17.3.2), yang
merupakan dasar untuk persamaan dalam

==== 17.4.2.1 hingga 17.4.2.5, memberikan hasil
yang terlalu konservatif (Lutz 1995). Ini
terjadi karena definisi awal ANc/ANco tidak
menggambarkan efek tepi. Masalah ini
dikoreksi dengan membatasi nilai hef yang
digunakan dalam persamaan dalam

==== 17.4.2.1 hingga 17.4.2.5 hingga (ca,max)/1,5,
di mana ca,max adalah yang terbesar dari
pengaruh jarak tepi yang kurang dari atau
sama dengan 1,5hef aktual. Dalam kasus
(ca,max)/1,5 tidak harus diambil kurang dari
sepertiga jarak maksimum antar angkur
dalam kelompok angkur. Batas hef
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 325 dari 695

setidaknya sepertiga jarak maksimum spasi
antar angkur dalam kelompok angkur untuk
mencegah penggunaan kekuatan yang
dihitung berdasarkan jebol prisma individu
untuk konfigurasi kelompok angkur.
Pendekatan ini diilustrasikan pada
Gambar. R17.4.2.3. Dalam contoh ini,
batas yang diusulkan pada nilai hef yang
akan digunakan dalam perhitungan
dimana, hef = (ca,max)/1,5, menghasilkan hef =
h’ef = 100 mm. Untuk contoh ini, ini akan
menjadi nilai yang tepat untuk digunakan
dalam perhitungan tahanan bahkan jika
kedalaman penanaman sebenarnya lebih
besar.
Persyaratan 17.4.2.3 dapat
divisualisasikan dengan memindahkan
permukaan jebol beton yang sebenarnya,
yang berasal dari hef aktual, menuju
permukaan beton yang paralel dengan
beban tarik yang diterapkan. Nilai hef yang
digunakan dalam persamaan di 17.4.2.1
hingga 17.4.2.5 ditentukan ketika: (a) batas
luar dari kegagalan permukaan yang
pertama kali memotong tepi bebas; atau (b)
perpotongan permukaan jebol antar angkur
dalam kelompok yang pertama kali
memotong permukaan beton. Untuk contoh
yang ditunjukkan pada Gambar R17.4.2.3,
Titik A mendefinisikan perpotongan dari
asumsi permukaan runtuh untuk
membatasi hef dengan permukaan beton.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 326 dari 695

Gambar R17.4.2.3 – Contoh kondisi tarik dimana angkur berada
pada komponen yang sempit

==== 17.4.2.4 Faktor modifikasi untuk kelompok
angkur yang dibebani secara eksentris
dalam tarik, ec,N, harus dihitung sebagai
 
 
 
ef
N
ec N
h
e
3
2
1
1
'
, (17.4.2.4)
tetapi ec,N tidak boleh diambil lebih besar
dari 1,0. Jika pembebanan pada kelompok
angkur sedemikian hingga hanya beberapa
angkur berada dalam kondisi tarik, hanya
angkur tersebut yang berada dalam kondisi
tarik yang harus ditinjau ketika menentukan
eksentrisitas 𝒆𝑵 ′
untuk penggunaan Pers.
(17.4.2.4) dan untuk perhitungan Ncbg
menurut Pers. (17.4.2.1b).

==== R17.4.2.4 Gambar R17.4.2.4(a)
menunjukkan sekelompok angkur yang
semuanya dalam keadaan tarik tetapi
resultan gaya adalah eksentris terhadap
pusat kelompok angkur. Kelompok angkur
juga dapat dibebani sedemikian rupa
sehingga hanya beberapa angkur yang
mengalami tarik (Gambar R17.4.2.4(b)).
Dalam hal ini, hanya angkur dalam
keadaan tarik yang harus dipertimbangkan
dalam penentuan 𝒆𝑵 ′
. Pembebanan angkur
harus ditentukan sebagai resultan angkur
tarik dengan eksentrisitas terhadap pusat
gravitasi angkur dalam tarik.
Bidang
keruntuhan
sesungguhnya
Asusmi bidang
keruntuhan untuk
batasan hef
Bidang
keruntuhan
sesungguhnya
150 mm
100 mm
125 mm 230 mm 1,5h ef
Asusmi bidang
keruntuhan untuk
batasan hef
Bidang
keruntuhan
sesungguhnya
A Nc
Denah
Asusmi bidang
keruntuhan untuk
batasan hef
Titik A
N
h ef
140 mm
h ef
140 mm
N
Potongan
1.5h ef
hef aktual = 140 mm tetapi tiga
sisi mempunyai panjang 1.5hef
sehingga nilai batas hef (Terlihat
sebagai h ef dalam gambar)
lebih besar dari ca,max/1,5 dan 1/3
dari spasi maksimum kelompok
angkur: h ef= maks (150/1,5,
230/3) = 100 mm
Sehingga, gunakan hef= 100 mm
untuk nilai hef pada persamaan

==== 17.4.2.1 hingga 17.4.2.5
termasuk perhitungan A Nc:
A Nc = (150+100)(125+230+[1.5 x
100]) = 126,250 mm2
Titik A menunjukkan
perpotongan dari permukaan
asumsi Bidang keruntuhan untuk
membatasi hef dengan
permukaan beton
35 °
35 °
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 327 dari 695

Dalam kasus dimana pembeban eksentris
terjadi terhadap dua sumbu, faktor
modifikasi, ec,N, harus dihitung untuk setiap
sumbu secara individu dan produk faktorfaktor
ini yang digunakan sebagai ec,N
dalam Pers. (17.4.2.1b).
Gambar R17.4.2.4 – Pengertian 𝒆𝑵 ′
untuk kelompok angkur

==== 17.4.2.5 Faktor modifikasi pengaruh tepi
untuk angkur tunggal atau kelompok angkur
yang dibebani dalam tarik, ed,N, harus
dihitung sebagai
Jika ca,min  1,5hef maka ed,N = 1,0 (17.4.2.5a)
Jika ca,min < 1,5hef maka ed,N = 0,7 + 0,3
ef
a
h
c
1,5
,min
(17.4.2.5b)

==== R17.4.2.5 Jika angkur ditempatkan dekat
dengan tepi sehingga tidak ada cukup
ruang untuk membentuk prisma yang jebol
sempurna, kekuatan angkur kemudian
tereduksi lebih dari yang tercermin dalam
ANc/ANco. Jika jarak terkecil sisi selimut lebih
besar dari atau sama dengan 1,5hef, prisma
yang sempurna dapat terbentuk dan tidak
ada reduksi (ed,N = 1). Jika selimut samping
kurang dari 1,5hef, faktor ed,N diperlukan
untuk menyesuaikan pengaruh tepi (Fuchs
et al. 1995).

==== 17.4.2.6 Untuk angkur yang terletak
dalam daerah komponen struktur beton
dimana analisis menunjukkan tidak ada
retak pada tingkat beban layan, faktor
modifikasi berikut diizinkan:
a) c,N = 1,25 untuk angkur tanam cor
ditempat; dan
b) c,N = 1,4 untuk angkur tanam pascacor,
dimana nilai kc yang digunakan dalam
Pers. (17.4.2.2a) adalah 17.
Bila nilai kc yang digunakan dalam Pers.
(17.4.2.2a) diambil dari laporan evaluasi
produk ACI 355.2 atau ACI 355.4 untuk

==== R17.4.2.6 Angkur tanam pascacor yang
belum memenuhi persyaratan untuk
digunakan pada beton retak sesuai dengan
ACI 355.2 atau ACI 355.4 harus digunakan
hanya pada daerah yang tetap tidak retak.
Analisis dalam penentuan pembentukan
retak harus memeprhitungkan pengaruh
susut terkekang (lihat 24.4.2). Uji kualifikasi
angkur ACI 355.2 atau ACI 355.4
mengharuskan bahwa angkur dalam zona
beton retak bekerja dengan baik dalam
retak yang lebarnya 0,3 mm. Jika
diperkirakan retak yang lebih lebar, harus
Potongan
N
T3 T2 T1
Resultan
gaya tarik
T1 + T2 + T3
Pusat berat
angkur tarik
Potongan
C
T2 T1 Resultan gaya
tarik T1 + T2
Pusat berat
angkur tarik
M
(a) Kondisi dengan semua angkur menderita tegangan tarik
(b) Tidak semua angkur menderita tegangan tarik
e'N e'N
Hanya angkur tarik yang
diperhitungkan dalam
penentuan e N
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 328 dari 695

angkur tanam pascacor yang terkualifikasi
untuk penggunaan baik pada beton retak
dan tak retak, nilai kc dan c,N harus
didasarkan pada laporan evaluasi produk
ACI 355.2 atau ACI 355.4.
Bila nilai kc yang digunakan dalam Pers.
(17.4.2.2a) diambil dari laporan evaluasi
produk ACI 355.2 atau ACI 355.4 untuk
angkur tanam pascacor yang terkualifikasi
untuk penggunaan pada beton tak retak,
c,N harus diambil sebesar 1,0.
Bila analisis menunjukkan retak pada
tingkat beban layan, c,N harus diambil
sebesar 1,0 untuk kedua angkur tanam cor
ditempat dan angkur tanam pascacor.
Angkur tanam pascacor harus terkualifikasi
untuk penggunaan pada beton retak sesuai
dengan ACI 355.2 atau ACI 355.4. Retak
pada beton harus dikendalikan dengan
tulangan lentur yang didistribusikan sesuai
dengan 24.3.2, atau kontrol retak ekuivalen
harus disediakan oleh tulangan pengekang.
disediakan tulangan pengekang untuk
mengontrol lebar retak sekitar 0,3 mm.
Kekuatan jebol beton yang diberikan oleh
Pers. (17.4.2.2a) dan (17.4.2.2b)
mengasumsikan beton retak (yaitu, c,N =
1,0) dengan c,N kc = 24 untuk angkur tanam
cor ditempat, dan 17 untuk angkur tanam
pascacor. Ketika beton tidak retak faktor
c,N diterapkan (1,25 untuk angkur tanam
cor ditempat, dan 1,4 untuk angkur tanam
pascacor), hasilnya faktor c,N kc adalah 30
untuk angkur tanam cor ditempat dan 24
untuk angkur tanam pascacor. Hal ini
sesuai dengan observasi lapangan dan
pengujian yang menunjukkan kekuatan
angkur yang dicor ditempat melebihi
kekuatan angkur tanam pascacor yang
terpasang pada beton yang retak maupun
tidak retak.

==== 17.4.2.7 Faktor modifikasi untuk angkur
tanam pascacor yang didesain untuk beton
tak retak sesuai dengan 17.4.2.6 tanpa
tulangan tambahan untuk mengontrol
pembelahan beton, cp,N, harus dihitung
sebagai berikut menggunakan jarak kritis
cac seperti didefinisikan dalam 17.7.6
Jika ca,min  cacmaka cp,N = 1,0 (17.4.2.7a)
Jika ca,min< cac maka cp,N=
ac
a
c
c ,min
(17.4.2.7b)
tetapi cp,N yang ditentukan oleh Pers.
(17.4.2.7b) tidak boleh diambil kurang dari
1,5hef /cac, dimana jarak kritis cac didefinisikan
dalam 17.7.6.
Untuk semua kasus lainnya, termasuk
angkur tanam cor ditempat, cp,N harus
diambil sebesar 1,0.

==== R17.4.2.7 Ketentuan desain pada 17,4
didasarkan pada asumsi bahwa kekuatan
dasar jebol beton dapat dipenuhi jika jarak
minimum ca,min sama dengan 1,5hef.
Hasil uji (Asmus 1999), bagaimanapun,
menunjukkan bahwa banyak angkur
ekspansi terkontrol-torsi (toque-controlled)
dan terkontrol-perpindahan (Displacementcontrolled)
dan beberapa angkur ujung
diperlebar membutuhkan jarak tepi
minimum melebihi 1,5hef untuk mencapai
kekuatan dasar jebol beton ketika diuji pada
beton tidak retak tanpa tulangan tambahan
untuk mengontrol pembelahan. Ketika
beban tarik diterapkan, tegangan tarik yang
dihasilkan pada ujung angkur yang
tertanam ditambahkan ke tegangan tarik
yang disebabkan karena instalasi angkur,
dan kegagalan belah (splitting) dapat terjadi
sebelum mencapai kekuatan jebol beton
yang didefinisikan dalam 17.4.2.1. Untuk
memperhitungkan potensi kegagalan belah
(, kekuatan jebol beton dasar direduksi oleh
faktor cp,N jika ca,min kurang dari jarak tepi
kritis cac. Jika terdapat tulangan tambahan
untuk mengontrol pembelahan atau jika
angkur berada di daerah dimana analisis
menunjukkan retak terjadi saat beban
layan, maka faktor reduksi cp,N diambil
sebagai 1,0. Terpasangnya tulangan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 329 dari 695

tambahan untuk mengontrol pembelahan
tidak mempengaruhi pemilihan kondisi A
atau B di 17.3.3.

==== 17.4.2.8 Bila pelat tambahan atau ring
(washer) ditambahkan pada kepala angkur,
diizinkan untuk menghitung luas
terproyeksi permukaan kegagalan dengan
memproyeksikan permukaan kegagalan ke
arah luar 1,5hef dari keliling efektif pelat atau
ring. Keliling efektif tidak boleh melebihi
nilai pada penampang yang terproyeksi ke
arah luar lebih dari tebal ring atau pelat dari
tepi luar kepala angkur.

==== 17.4.2.9 Bila tulangan angkur disalurkan
sesuai dengan Pasal 25 pada kedua sisi
permukaan yang jebol, kekuatan desain
tulangan angkur diizinkan untuk digunakan
sebagai pengganti dari kekuatan jebol
beton dalam menentukan ɸNn. Faktor
reduksi kekuatan sebesar 0,75 harus
digunakan dalam desain tulangan angkur.

==== R17.4.2.9 Untuk kondisi-kondisi dimana
gaya tarik terfaktor melebihi kekuatan jebol
beton angkur atau dimana kekuatan jebol
tidak dievaluasi, kekuatan nominal dapat
berupa tulangan angkur yang benar-benar
terangkur, seperti yang diilustrasikan pada
gambar. R17.4.2.9. Dalam pemilihan dan
penentuan posisi tulangan angkur harus
diperhatikan dengan baik. Tulangan angkur
harus terdiri dari sengkang, sengkang ikat,
atau hairpins yang ditempatkan sedekat
mungkin dengan angkur. Hanya tulangan
yang berjarak kurang dari 0,5hef dari garis
tengah angkur harus dimasukkan sebagai
tulangan tambatan. Penelitian
(Eligehausen et al. 2006b) dimana
ketentuan ini didasarkan terbatas pada
tulangan angkur dengan diameter bar
maksimum D16. Ini bermanfaat untuk
tulangan angkur untuk menutup
permukaan tulangan. Dalam menentukan
ukuran tulangan angkur, penggunaan
faktor reduksi kekuatan 0,75 sebagaimana
direkomendasikan pada penggunaan
model strut-and-tie. Secara praktis,
penggunaan tulangan angkur umumnya
terbatas hanya pada angkur tanam cor
ditempat.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 330 dari 695

A
Potongan
≈35°
A
N
Tulangan
angkur
≤ 0,5 hef
1,5 hef
hef > ℓdh
≥ ℓd
≈35°
N
≤ 0,5 hef
1,5 hef
hef
Tulangan angkur
diletakkan simetri
Potongan A-A
Gambar R17.4.2.9 – Tulangan angkur
dalam tarik

==== 17.4.3 Kekuatan cabut (pullout) angkur
tanam cor ditempat, angkur ekspansi
pascacor dan angkur ujung diperlebar
dalam tarik

==== R17.4.3 Kekuatan cabut (pullout) angkur
tanam cor ditempat, angkur ekspansi
pascacor dan angkur ujung diperlebar
dalam tarik

==== 17.4.3.1 Kekuatan cabut nominal angkur
tunggal cor ditempat, angkur ekspansi
pascacor dan angkur ujung diperlebar
pascacor dalam kondisi tarik, Npn, tidak
boleh melebihi
Npn = c,pNp (17.4.3.1)
Dimana c,P ditentukan dalam 17.4.3.6.

==== R17.4.3.1 Persyaratan desain untuk cabut
berlaku untuk angkur tanam cor ditempat,
angkur ekspansi pascacor dan angkur
ujung diperlebar pascacor. Persyaratan
tersebut tidak berlaku untuk angkur adhesif,
dimana dievaluasi untuk kegagalan
lekatannya sesuai dengan 17.4.5.

==== 17.4.3.2 Untuk angkur ekspansi dan ujung
diperlebar pascacor, nilai Np harus
didasarkan pada fraktil 5 persen hasil uji
yang diadakan dan dievaluasi menurut ACI
355.2. Tidak diizinkan untuk menghitung
kekuatan cabut dalam kondisi tarik untuk
angkur tersebut.

==== R17.4.3.2 Persamaan kekuatan cabut
yang diberikan dalam 17.4.3.4 dan 17.4.3.5
hanya berlaku untuk angkur-angkur
berkepala dan angkur kait yang dicor
ditempat (CEB 1997; Kuhn dan Shaikh
1996); persamaan tersebut tidak berlaku
untuk angkur ekspansi dan angkur ujung
diperlebar yang menggunakan berbagai
mekanisme pengangkuran ujung kecuali
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 331 dari 695

validitas persamaan kekuatan cabut nya
telah diverifikasi oleh pengujian.

==== 17.4.3.3 Untuk stud berkepala dan baut
berkepala tunggal dicor di tempat, diizinkan
untuk mengevaluasi kekuatan cabut dalam
kondisi tarik menggunakan 17.4.3.4. Untuk
baut J atau L tunggal, diizinkan untuk
mengevaluasi kekuatan cabut dalam
kondisi tarik menggunakan 17.4.3.5.
Sebagai alternatif, diizinkan untuk
menggunakan nilai Np berdasarkan pada
fraktil 5 persen dari uji yang diadakan dan
dievaluasi dengan cara yang sama seperti
prosedur ACI 355.2 tetapi tanpa
mengandalkan friksi.

==== R17.4.3.3 Kekuatan cabut dalam keadaan
tarik pada stud berkepala atau baut
berkepala dapat ditingkatkan dengan
memberikan tulangan pengekang, seperti
spiral dengan spasi rapat, di seluruh daerah
kepala. Peningkatan kekuatan ini dapat
ditunjukkan dengan pengujian.

==== 17.4.3.4 Kekuatan cabut dalam tarik untuk
stud berkepala atau baut berkepala
tunggal, Np, untuk penggunaan dalam Pers.
(17.4.3.1), tidak boleh melebihi
Np = 8Abrgfc’ (17.4.3.4)

==== R17.4.3.4 Nilai yang dihitung dari Pers.
(17.4.3.4) sesuai dengan beban yang mana
hancurnya beton terjadi karena tumpuan
dari kepala angkur (CEB 1997; ACI 349).
Bukan beban yang diperlukan untuk
menarik angkur keluar sepenuhnya dari
beton, sehingga persamaan tersebut tidak
mengandung istilah yang berkaitan dengan
kedalaman penanaman. Kehancuran lokal
beton dapat sangat mereduksi kekakuan
sambungan, dan umumnya akan menjadi
awal dari kegagalan cabut.

==== 17.4.3.5 Kekuatan cabut dalam kondisi
tarik untuk baut berkait tunggal, Np, untuk
penggunaan dalam Pers. (17.4.3.1) harus
melebihi
Np = 0,9𝑓𝑐
′ehda (17.4.3.5)
Dimana 3da ≤ eh ≤ 4,5da.

==== R17.4.3.5 Pers. (17.4.3.5) untuk baut kait
dikembangkan oleh Lutz berdasarkan hasil
penelitian Kuhn dan Shaikh (1996).
Kekuatannya hanya mengandalkan pada
komponen tumpuan, mengabaikan
komponen friksi karena hancurnya beton
bagian dalam kait dapat sangat mereduksi
kekakuan sambungan dan umumnya akan
menjadi awal dari kegagalan cabut.
Batasan-batasan pada eh didasarkan pada
berbagai variabel yang digunakan dalam
tiga program uji yang dilaporkan dalam
Kuhn dan Shaikh (1996).

==== 17.4.3.6 Untuk angkur yang terletak
dalam daerah komponen struktur beton
dimana analisis menunjukkan tidak ada
retak pada tingkat beban layan, faktor
modifikasi berikut diizinkan
c,P = 1,4
Dimana analisis menunjukkan retak pada
tingkat beban layan, c,P harus diambil
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 332 dari 695

sebesar 1,0.

==== 17.4.4 Kekuatan ambrol (blowout) muka
samping beton untuk angkur berkepala
dalam Tarik

==== 17.4.4.1 Untuk angkur berkepala tunggal
dengan kedalaman penanaman dekat
dengan tepi (hef > 2,5ca1), kekuatan ambrol
muka samping nominal, Nsb, tidak boleh
melebihi
Nsb = (13ca1√𝐴𝑏𝑟𝑔)a√𝑓𝑐 ′ (17.4.4.1)
Jika ca2 untuk angkur berkepala tunggal
kurang dari 3ca1, nilai Nsb harus dikalikan
dengan faktor (1 + ca2/ca1)/4 dimana 1,0 
ca2/ca1  3,0.

==== R17.4.4 Kekuatan ambrol (blowout) muka
samping beton untuk angkur berkepala
dalam tarik–Persyaratan desain untuk
ambrol sisi samping didasarkan pada
rekomendasi Furche dan Eligehausen
(1991). Persyaratan ini berlaku untuk
angkur berkepala yang umumnya dicor di
tempat. Pembelahan beton selama
pemasangan angkur pada umumnya lebih
menentukan daripada ambrol sisi samping
(blowout side-face) untuk angkur tanam
pascacor, dan dievaluasi oleh persyaratan
ACI 355.2.

==== 17.4.4.2 Untuk angkur berkepala
majemuk dengan penanaman dalam dekat
dengan tepi (hef > 2,5ca1) dan spasi angkur
kurang dari 6ca1, kekuatan nominal angkur
tersebut yang rentan terhadap kegagalan
ambrol muka samping Nsbg tidak boleh
melebihi
sb
a
sbg N
c
s
N 
 
6 1
1
(17.4.4.2)
dimana s adalah jarak antara angkur terluar
sepanjang tepi, dan Nsb diperoleh dari Pers.
(17.4.4.1) tanpa modifikasi untuk jarak tepi
yang tegak lurus.

==== R17.4.4.2 Dalam menentukan kekuatan
nominal terhadap ambrol muka samping
untuk angkur berkepala majemuk, hanya
angkur yang dekat dengan tepi (hef > 2,5ca1)
yang mengalami tarik harus
dipertimbangkan. Kekuatan tersebut harus
dibandingkan dengan proporsi beban tarik
yang terjadi pada angkur tersebut.

==== 17.4.5 Kekuatan lekatan angkur adhesif
dalam Tarik

==== R17.4.5 Kekuatan lekatan angkur adhesif
dalam tarik

==== 17.4.5.1 Kekuatan lekatan nominal dalam
kondisi tarik, Na untuk angkur adhesif
tunggal atau Nag untuk kelompok angkur
adhesif, tidak boleh melebihi
a) Untuk angkur adhesif tunggal:
ed Na cp Na ba
Nao
Na
a N
A
A
N   ,  , (17.4.5.1a)
b) Untuk kelompok angkur adhesif:
ec Na ed Na cp Na ba
Nao
Na
ag N
A
A
N   ,  ,  , (17.4.5.1b)
Faktor-faktor ec,Na, ed,Na, dan cp,Na
didefinisikan masing-masing dalam

==== R17.4.5.1 Evaluasi kekuatan lekatan
hanya berlaku pada angkur adhesif. Satu
angkur dengan panjang penanaman kecil
dibebani hingga mengalami kegagalan tarik
menunjukkan kemungkinan gagal terhadap
jebol beton, sementara Panjang
penanaman yang lebih dalam dapat
menghasilkan kegagalan lekatan. Angkur
adhesif yang menunjukkan kegagalan
lekatan ketika dibebani secara individu
dapat menunjukkan kegagalan beton ketika
dalam bentuk kelompok atau dalam kondisi
dekat tepi. Dalam semua kasus, kekuatan
tarik angkur adhesif dibatasi oleh kekuatan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 333 dari 695


==== 17.4.5.3, 17.4.5.4, dan 17.4.5.5. ANa adalah
luas pengaruh terproyeksi dari angkur
adhesif tunggal atau kelompok angkur
adhesif yang harus didekati sebagai luas
persegi yang memproyeksi ke arah luar
sejarak cNa dari garis pusat angkur adhesif,
atau dalam kasus kelompok angkur
adhesif, dari garis yang melalui baris
angkur adhesif yang berdekatan. ANa tidak
boleh melebihi nANao, dimana n adalah
jumlah angkur adhesif dalam kelompok
angkur yang menahan beban tarik. ANao
adalah luas pengaruh terproyeksi dari
angkur adhesif tunggal dengan jarak tepi
sama dengan atau lebih besar dari cNa:
ANao = (2cNa)2 (17.4.5.1c)
dimana
6, 7
10
uncr
a Na dC
 (17.4.5.1d)
dan konstanta 7,6 mempunyai satuan MPa.
jebol beton seperti yang diberikan oleh
Pers. (17.4.2.1a) dan (17.4.2.1b)
(Eligehausen et al. 2006a). Pengaruh spasi
angkur dan jarak tepi pada kekuatan
lekatan dan kekuatan terhadap jebol beton
harus dievaluasi untuk angkur adhesif.
Pengaruh spasik angkur dan jarak tepi
pada kekuatan lekatan nominal angkur
adhesif dalam tarik sudah termasuk dalam
faktor modifikasi ANa/ANao dan ed,Na dalam
Pers. (17.4.5.1a) dan (17.4.5.1b).
Pengaruh tepi yang dekat dan angkur
dibebani berdekatan pada kekuatan
lekatan tergantung pada volume beton
yang dimobilisasi oleh angkur tunggal
adhesif. Sebaliknya pada konsep area
kegagalan beton terproyeksi digunakan
dalam Pers. (17.4.2.1a) dan (17.4.2.1b)
untuk menghitung kekuatan jebol dari
angkur adhesif, area yang terpengaruh
berhubungan dengan kekuatan lekatan dari
angkur adhesif yang digunakan dalam
Pers. (17.4.5.1a) dan (17.4.5.1b) bukan
merupakan fungsi dari kedalaman
penanaman, melainkan fungsi dari
diameter angkur dan karakteristik tegangan
lekatan. Jarak kritis cNa diasumsikan sama,
baik beton retak atau tidak retak; untuk
sederhananya, hubungan untuk cNa dalam
Pers. (17.4.5.1d) menggunakan
karakteristik tegangan lekatan dalam beton
tidak retak τuncr. Hal ini telah diverifikasi oleh
studi eksperimental dan numerik
(Eligehausen et al. 2006a). Gambar

==== R17.4.5.1(a) menunjukkan ANao dan
pengembangan Pers. (17.4.5.1c). ANao
adalah luasan pengaruh terproyeksi
terhadap kekuatan lekatan angkur adhesif
tunggal. Gambar R17.4.5.1(b)
menunjukkan contoh luas pengaruh
terproyeksi untuk sekelompok angkur.
Karena, dalam kasus ini, ANa adalah luas
pengaruh terproyeksi untuk sekelompok
angkur, dan ANao adalah luas pengaruh
terproyeksi untuk angkur tunggal, tidak
perlu menyertakan n, jumlah angkur, dalam
Pers. (17.4.5.1b). Jika angkur dalam
kelonpok angkur (angkur dibebani oleh
pelat tumpuan atau perangkat tambahan)
diposisikan sedemikian rupa terhadap luas
pengaruh terproyeksi dari angkur individu
saling tumpang tindih, nilai ANa lebih kecil
dari nANao.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 334 dari 695

Kekuatan tarik angkur adhesif yang
berspasi rapat dengan kekuatan lekatan
yang rendah dapat secara signifikan
melebihi nilai yang diberikan oleh Pers.
(17.4.5.1b). Faktor koreksi diberikan dalam
literatur (Eligehausen et al. 2006a) untuk
mengatasi masalah ini, tetapi untuk
penyederhanaannya, faktor ini tidak
dimasukkan dalam standar.
Gambar R17.4.5.1 – Perhitungan daerah pengaruh ANao dan ANa

==== 17.4.5.2 Kekuatan lekatan dasar angkur
adhesif tunggal dalam tarik pada beton
retak, Nba, tidak boleh melebihi
Nba = a cr da hef (17.4.5.2)

==== R17.4.5.2 Persamaan kekuatan lekatan
dasar angkur adhesif seperti yang diberikan
dalam Pers. (17.4.5.2) menunjukkan model
tegangan lekatan yang seragam yang telah
ditunjukkan untuk memberikan prediksi
terbaik kekuatan lekatan angkur adhesif
melalui studi numerik dan perbandingan
N
Perubahan pola
tegangan sebagai
fungsi kedalaman
Denah
ANao = (2CNa)2
CNa Ca1
Ca2 CNa
S2
CNa CNa
CNa CNa
ANao
N
Bagian kelompok angkur menunjukkan
lintasan tegangan utama
(b) Kelompok empat angkur adhesif terletak
dekat dengan tepi struktur
Potongan bagian angkur
menunjukkan lintasan
tegangan utama
(a) Angkur tunggal adhesif terletak
jauh dari tepi struktur dan angkur
lainnya
Denah
ANa = (CNa + S1 + Ca1) (CNa + S2 + Ca2), jika
Ca1 dan Ca2 < CNa
S1 dan S2 > 2CNa
ANa
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 335 dari 695

Tegangan lekatan karakteristik, cr, harus
diambil sebesar fraktil 5 persen hasil uji
yang dilakukan dan dievaluasi menurut ACI
355.4.
Bila analisis menunjukkan keretakan pada
tingkat beban layan, angkur adhesif harus
berkualifikasi untuk penggunaan dalam
beton retak menurut ACI 355.4.
Untuk angkur adhesif yang terletak dalam
daerah komponen struktur beton dimana
analisis menunjukkan tidak ada retak pada
tingkat beban layan, uncr diizinkan untuk
digunakan sebagai pengganti dari cr dalam
Pers. (17.4.5.2) dan harus diambil sebesar
fraktil 5 persen hasil uji yang dilakukan dan
dievaluasi menurut ACI 355.4.
Diizinkan untuk menggunakan nilai-nilai
tegangan lekatan karakteristik minimum
dalam Tabel 17.4.5.2 asalkan a) hingga e)
dipenuhi:
a) Angkur harus memenuhi persyaratan
ACI 355.4;
b) Angkur harus dipasang dalam lubang
yang dibor dengan bor tumbuk putar
(rotary impact drill) atau bor batu (rock
drill);
c) Beton pada waktu pemasangan angkur
harus mempunyai kekuatan tekan
minimum sebesar 17 MPa;
d) Beton pada waktu pemasangan angkur
harus mempunyai umur minimum 21
hari;
e) Suhu beton pada waktu pemasangan
angkur harus paling sedikit 10°C
Tabel 17.4.5.2 – Tegangan lekatan
karakteristik minimum[1][2]
Lingkungan
pemasangan
dan layan
Kadar
kelembaban
beton pada
waktu
pemasangan
angkur
Suhu layan
puncak
beton, C
τcr,
MPa
τuncr,
MPa
Luar
ruangan
Kering ke
jenuh
sepenuhnya
79 1,4 4,5
Dalam
ruangan
Kering 43 2,1 7,0
[1]Bila desain angkur menyertakan pembebanan tarik tetap,
kalikan nilai τcr dan τuncr dengan 0,4.
[2]Bila desain angkur menyertakan beban gempa untuk
struktur yang ditetapkan sebagai Kategori Desain Seismik
C, D, E, atau F, kalikan nilai τcr dengan 0,8 dan τuncr dengan
0,4.
model yang berbeda dengan basis data
internasional hasil eksperimen (Cook et al.
1998). Kekuatan lekatan dasar berlaku
untuk kegagalan lekatan yang terjadi antara
beton dan bahan adhesif sama seperti
kegagalan antara angkur dan bahan
adhesif.
Karakteristik tegangan lekatan harus
berdasarkan pada pengujian yang
dilakukan sesuai dengan ACI 355.4 dan
harus menggambarkan kombinasi
pemasangan secara khusus dan kondisi
penggunaan yang diantisipasi selama
konstruksi dan selama masa layan angkur.
Untuk kasus-kasus dimana informasi
produk khusus tidak tersedia pada saat
desain, Tabel 17.4.5.2 memberikan nilainilai
standar batas bawah. Karakteristik
tegangan lekatan pada Tabel 17.4.5.2
adalah nilai minimum yang diizinkan untuk
sistem angkur adhesif yang memenuhi
syarat sesuai dengan ACI 355.4 yang
ditabulasi untuk kondisi pemasangan dan
kondisi penggunaannya. Penggunaan nilainilai
ini terbatas hanya pada kombinasi
kondisi spesifik yang terdaftar; nilai untuk
kombinasi lain dari kondisi pemasangan
dan penggunaan tidak boleh diasumsikan.
Bilamana ada beban tetap dan beban
gempa, faktor yang berlaku diberikan
dalam catatan kaki Tabel 17.4.5.2 harus
dikalikan bersamaan. Tabel
mengasumsikan bahwa semua beton
memiliki usia minimum 21 hari dan
kekuatan tekan beton minimum 17 MPa.
Lihat R17.1.2.
Istilah "dalam ruangan" dan "luar
ruangan" seperti yang digunakan dalam
Tabel 17.4.5.2 mengacu pada sebuah
sistem instalasi dan kondisi lingkungan
layan tertentu. Kondisi dalam ruangan
mewakili angkur yang dipasang pada beton
kering dengan bor tumbuk putar (rotary
impact drill) atau bor batu (rock drill) dan
mengalami variasi suhu beton yang
dibatasi selama masa layan angkur.
Kondisi luar ruangan diasumsikan terjadi,
ketika pemasangan angkur, beton yang
terpapar cuaca dan kemungkinan basah.
Angkur yang dipasang pada kondisi di luar
ruangan juga dianggap bergantung pada
variasi suhu beton yang lebih besar seperti
suhu yang dingin dan peningkatan suhu
akibat paparan langsung sinar matahari.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 336 dari 695

Sementara karakterisasi dalam
ruangan/luar ruangan berguna untuk
banyak aplikasi, seperti situasi dimana
interpretasi yang tepat untuk istilah "dalam
ruanag" dan "luar ruangan" tidak berlaku.
Misalnya, angkur yang dipasang sebelum
penutup bangunan (building envelope)
selesai yang melibatkan pengeboran pada
beton yang jenuh air. Dengan demikian,
karakteristik minimum tegangan lekatan
yang berhubungan dengan kondisi luar
ruangan pada Tabel 17.4.5.2 berlaku,
terlepas dari apakah lingkungan layan nya
"dalam ruangan" atau "luar ruangan". Bor
tumbuk putar dan bor batu menghasilkan
geometri lubang yang tidak seragam yang
umumnya baik untuk lekatan. Pemasangan
angkur adhesif di lubang inti yang dibor
dapat menghasilkan karakteristik tegangan
lekatan yang jauh lebih rendah. Karena
efek ini sangat tergantung pada produk,
desain angkur yang akan dipasang di
lubang inti yang dibor harus mengikuti
karakteristik spesifik produk dari tegangan
lekatan yang ditetapkan melalui pengujian
sesuai dengan ACI 355.4.
Karakteristik tegangan lekatan yang
berhubungan dengan sistem angkur
adhesif yang spesifik bergantung pada
beberapa parameter. Akibatnya, harus
berhati-hati saat memasukkan semua
parameter yang relevan dengan
karakteristik nilai tegangan lekatan yang
digunakan dalam desain. Parameter ini
termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a) Jenis dan durasi pembebanan –
kekuatan lekatan direduksi untuk
pembebanan tarik tetap.
b) Retak beton – kekuatan lekatan lebih
tinggi pada beton yang tidak retak.
c) Ukuran angkur – kekuatan lekatan
umumnya berbanding terbalik dengan
diameter angkur.
d) Metode pengeboran – kekuatan lekatan
mungkin lebih rendah untuk angkur yang
dipasang di lubang-lubang bor inti
e) Tingkat kejenuhan beton pada saat
pengeboran lubang dan instalasi angkur
- kekuatan lekatan dapat direduksi
karena kejenuhan beton.
f) Suhu beton saat pemasangan –
pemasangan angkur dalam kondisi
dingin dapat menyebabkan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 337 dari 695

terhambatnya proses perekatan dan
mengurangi kekuatan lekatan.
g) Umur beton saat pemasangan –
pemasangan pada beton yang terlalu
dini dapat menyebabkan berkurangnya
kekuatan lekatan (lihat R17.1.2)
h) Temperatur beton yang tinggi selama
masa layan angkur – pada kondisi
tertentu (misalnya, angkur pada
komponen beton tipis yang terpapar
langsung sinar matahari), suhu beton
yang tinggi dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan lekatan.
i) Paparan kimia – angkur yang digunakan
pada lingkungan industri dapat terpapar
tingginya zat kontaminan yang dapat
mengurangi kekuatan lekatan dari waktu
ke waktu.
Angkur yang diuji dan dinilai oleh ACI
355.4 mungkin dalam beberapa kasus tidak
memenuhi syarat untuk semua kondisi
instalasi dan lingkungan layan yang diwakili
oleh Tabel 17.4.5.2. Oleh karena itu, ketika
nilai minimum yang diberikan dalam Tabel

==== 17.4.5.2 digunakan untuk desain, kondisi
instalasi dan lingkungan layan yang relevan
harus ditentukan sesuai dengan 17.8.2.1,
dan hanya angkur yang telah memenuhi
syarat oleh ACI 355.4 untuk instalasi dan
lingkungan layan sesuai dengan
karakteristik tegangan lekatan yang diambil
dari Tabel 17.4.5.2 harus disyaratkan.
Karakteristik tegangan lekatan terkait
dengan sistem angkur adhesif terkualifikasi
untuk satu set instalasi dan kondisi
penggunaan tertentu dapat secara
substansial melebihi nilai minimum yang
diberikan pada Tabel 17.4.5.2. Misalnya,
diameter angkur 13 mm hingga 20 mm
yang dipasang di dalam lubang bor pada
beton kering dimana penggunaan dibatasi
untuk kondisi dalam ruangan (Indoor) pada
beton tidak retak seperti yang dijelaskan di
atas dapat menunjukkan karakteristik
tegangan lekatan uncr dalam kisaran 14
hingga 17 MPa.

==== 17.4.5.3 Faktor modifikasi untuk kelompok
angkur adhesif yang dibebani secara
eksentris dalam tarik, ec,Na, harus dihitung
sebesar:

==== R17.4.5.3 Mengacu pada R17.4.2.4.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 338 dari 695

 
 
 
NA c
e N
ec Na
'
1
1
, (17.4.5.3)
tetapi ec,Na tidak boleh diambil lebih besar
dari 1,0.
Jika pembebanan pada kelompok angkur
adhesif adalah sedemikian sehingga hanya
beberapa angkur adhesif dalam kondisi
tarik, hanya angkur adhesif tersebut yang
dalam kondisi tarik harus ditinjau ketika
menentukan eksentrisitas 𝒆𝑵
′ untuk
penggunaan dalam Pers. (17.4.5.3) dan
untuk perhitungan Nag menurut Pers.
(17.4.5.1b).
Dalam kasus dimana pembebanan
eksentris terjadi terhadap dua sumbu
ortogonal, faktor modifikasi, ec,Na, harus
dihitung untuk setiap sumbu secara
individual dan produk faktor-faktor ini yang
digunakan sebagai ec,Na dalam Pers.
(17.4.5.1b).

==== 17.4.5.4 Faktor modifikasi untuk pengaruh
tepi untuk angkur adhesif tunggal atau
kelompok angkur yang dibebani dalam
tarik, ed,Na, harus dihitung sebagai
Jika ca,min ≥ can maka ed,Na = 1,0
(17.4.5.4a)
Jika ca,min < can maka ed,Na = 0,7 + 0,3
Na
a min
c
c ,
(17.4.5.4b)

==== 17.4.5.5 Faktor modifikasi untuk angkur
adhesif yang didesain untuk beton tak retak
sesuai dengan 17.4.5.2 tanpa tulangan
tambahan untuk mengontrol belah beton,
cp,Na, harus dihitung sebagai:
Jika ca,min ≥ cac maka cp,Na = 1,0
(17.4.5.5a)
Jika ca,min < cac maka cp,Na =
ac
a min
c
c ,
(17.4.5.5b)
tetapi cp,Na yang ditentukan oleh Pers.
(17.4.5.5b) tidak boleh diambil kurang dari
cNa/cac, dimana jarak tepi kritis, cac,

==== R17.4.5.4 Jika angkur dipasang di dekat
tepi, kekuatannya jauh berkurang dari
ANA/ANao. Jika jarak selimut sisi terkecil lebih
besar dari atau sama dengan cNa, tidak ada
reduksi (ec,Na = 1). Jika selimut samping
kurang dari cNa, faktor ec,Na
mempertimbangkan efek tepi (Fuchs et al.
1995; Eligehausen et al. 2006a).
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 339 dari 695

didefinisikan dalam 17.7.6. Untuk semua
kasus lainnya, cp,Na harus diambil sebesar
1,0.

==== 17.5 - Persyaratan desain untuk
pembebanan geser

==== 17.5.1 Kekuatan baja angkur dalam
geser

==== R17.5 - Persyaratan desain untuk
pembebanan geser

==== R17.5.1 Kekuatan baja angkur dalam
geser

==== 17.5.1.1 Kekuatan nominal angkur dalam
geser yang dikontrol oleh kekuatan baja,
Vsa, harus dievaluasi dengan perhitungan
berdasarkan pada properti bahan dan
dimensi fisik angkur. Bila jebol beton
merupakan mode kegagalan potensial,
kekuatan geser baja yang disyaratkan
harus konsisten dengan permukaan jebol
yang diasumsi.

==== R17.5.1.1 Beban geser yang
diaplikasikan ke setiap angkur dalam suatu
kelompok dapat bervariasi tergantung pada
asumsi untuk permukaan jebol beton dan
redistribusi beban (lihat R17.5.2.1).

==== 17.5.1.2 Kekuatan nominal angkur dalam
kondisi geser, Vsa, tidak boleh melebihi a)
hingga c):
a) Untuk angkur stud berkepala dicor di
tempat
Vsa = Ase,V futa (17.5.1.2a)
dimana Ase,V adalah luas penampang
efektif angkur dalam geser, mm2, dan futa
tidak boleh diambil lebih besar dari yang
terkecil dari 1,9fya dan 860 MPa.
b) Untuk angkur baut berkepala dan baut
berkait dicor di tempat dan untuk angkur
tanam pascacor dimana selongsong
(sleeves) tidak menerus melalui bidang
geser
Vsa = 0,6Ase,V futa (17.5.1.2b)
dimana Ase,V adalah luas penampang
efektif angkur tunggal dalam kondisi
geser, mm2, dan futa tidak boleh diambil
lebih besar dari terlebih kecil dari 1,9fya
dan 860 MPa.
c) Untuk angkur tanam pascacor dimana
selongsong (sleeves) menerus melalui
bidang geser, Vsa harus didasarkan pada
hasil uji yang dilakukan dan dievaluasi
menurut ACI 355.2. Sebagai alternatif,
Pers. (17.5.1.2b) diizinkan untuk
digunakan.

==== R17.5.1.2 Kekuatan geser nominal
angkur paling baik direpresentasikan
sebagai fungsi futa daripada fya karena
sebagian besar bahan angkur tidak
menunjukkan titik leleh yang jelas. Stud
yang dilas mempunyai kekuatan geser baja
yang lebih tinggi dari angkur berkepala
karena penjepitan oleh las antara stud dan
pelat dasar. Penggunaan Pers. (17.5.1.2a)
dan (17.5.1.2b) dengan faktor beban dalam
5.3 dan faktor-ϕ dari 17.3.3 memberikan
kekuatan desain yang konsisten dengan
AISC 360.
Pembatasan 1,9fya pada futa adalah untuk
memastikan bahwa dalam kondisi beban
layan, tegangan angkur tidak melebihi fya.
Batas pada futa dari 1,9fya ditentukan dengan
mengubah ketentuan LRFD ke kondisi
tingkat layan yang sesuai, sebagaimana
dibahas dalam R17.4.1.2.
Untuk angkur tanam pascacor yang
memiliki luas penampang yang tereduksi
sepanjang angkur, luas penampang angkur
yang efektif harus disediakan oleh
pabrikan. Untuk batang berdrat dan baut
berkepala, ASME B1.1 mendefinisikan Ase,V
sebagai
t
se V a
n
A d
0,9743
4
2
,
dimana nt adalah jumlah drat per inci.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 340 dari 695


==== 17.5.1.3 Bila angkur digunakan dengan
bantalan grouting (grout pads) yang sudah
terbuat (built-up), kekuatan nominal dari

==== 17.5.1.2 harus dikalikan dengan faktor 0,80.

==== 17.5.2 Kekuatan jebol (breakout) beton
angkur dalam geser

==== R17.5.2 Kekuatan jebol (breakout) beton
angkur dalam geser

==== 17.5.2.1 Kekuatan jebol beton nominal
dalam kondisi geser, Vcb untuk angkur
tunggal atau Vcbg untuk kelompok angkur,
tidak boleh melebihi:
a) Untuk gaya geser yang tegak lurus
terhadap tepi pada angkur tunggal
ed V c V h V b
Vco
Vc
cb V
A
A
V   ,  ,  , (17.5.2.1a)
b) Untuk gaya geser yang tegak lurus
terhadap tepi pada kelompok angkur
ec V ed V c V h V b
Vco
Vc
cbg V
A
A
V   ,  ,  ,  , (17.5.2.1b)
c) Untuk gaya geser yang sejajar terhadap
tepi, Vcb atau Vcbg diizinkan sebesar dua
kali nilai gaya geser ditentukan berturutturut
oleh Pers. (17.5.2.1a) atau
(17.5.2.1b), dengan gaya geser yang
diasumsikan bekerja tegak lurus
terhadap tepi dan dengan ed,V diambil
sama dengan 1,0.
d) Untuk angkur yang terletak di sudut,
batas kekuatan jebol beton nominal
harus ditentukan untuk setiap tepi, dan
nilai minimum harus digunakan.
Faktor-faktor ec,V, ed,V, c,V, dan h,V
didefinisikan berturut-turut dalam 17.5.2.5,

==== 17.5.2.6, 17.5.2.7, dan 17.5.2.8. Vb adalah
nilai kekuatan jebol beton dasar untuk
angkur tunggal. AVc adalah luas terproyeksi
permukaan kegagalan pada sisi komponen
struktur beton pada tepinya untuk angkur
tunggal atau kelompok angkur. Diizinkan
untuk mengevaluasi AVc sebagai dasar
piramida setengah terpancung yang
terproyeksi pada muka samping komponen
struktur dimana sisi atas setengah piramida
diberikan oleh sumbu baris angkur yang
dipilih sebagai yang kritis. Nilai ca1 harus
diambil sebagai jarak dari tepi ke sumbu ini.
AVc tidak boleh melebihi nAVco, dimana n

==== R17.5.2.1 Persamaan kekuatan geser
dikembangkan dari Metode CCD (lihat

==== R17.3.2). Mereka mengasumsikan sudut
kerucut jebol (breakout cone) sekitar 35
derajat (lihat Gambar R17.3.2b) dan
mempertimbangkan teori mekanika fraktur.
Pengaruh angkur majemuk, spasi angkur,
jarak ke tepi, dan ketebalan komponen
beton pada kekuatan jebol beton nominal
dalam geser disertakan dengan
menerapkan faktor reduksi AVc/AVco dalam
Pers. (17.5.2.1a) dan (17.5.2.1b), dan ψec,V
dalam Pers. (17.5.2.1b). Untuk angkur yang
jauh dari tepi, 17.5.2 biasanya tidak akan
menentukan. Untuk kasus-kasus seperti
ini, 17.5.1 dan 17.5.3 sering menentukan.
Gambar R17.5.2.1a menunjukkan AVco
dan pengembangan Pers. (17.5.2.1c). AVco
adalah luas terproyeksi maksimum untuk
angkur tunggal yang mendekati luas
permukaan penuh prisma atau kerucut
jebol untuk angkur yang tidak terpengaruh
oleh jarak ke tepi, spasi, atau kedalaman
angkur. Gambar R17.5.2.1b menunjukkan
contoh daerah yang diproyeksikan untuk
berbagai pengaturan angkur tunggal dan
majemuk. AVc memperkirakan luas
permukaan penuh dari kerucut jebol untuk
pengaturan angkur tertentu. Karena AVc
adalah luas total yang terproyeksi untuk
sekelompok angkur, dan AVco adalah luas
untuk angkur tunggal, maka tidak perlu
menyertakan jumlah angkur dalam
persamaan.
Seperti yang ditunjukkan contoh pada
Gambar R17.5.2.1b dari dua kelompok
yang dibebani geser, saat menggunakan
Pers. (17.5.2.1b) untuk kasus dimana spasi
angkur lebih besar dari jarak ke tepi ke
angkur dekat tepi ca1,1, kedua asumsi untuk
distribusi beban yang digambarkan dalam
Kasus 1 dan 2 harus dipertimbangkan. Ini
karena angkur yang terdekat dengan tepi
bisa menjadi yang pertama mengalami
kegagalan atau seluruh kelompok bisa
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 341 dari 695

adalah jumlah angkur dalam kelompok
angkur.
AVco adalah luas terproyeksi untuk angkur
tunggal pada komponen struktur tinggi
dengan jarak dari tepi sama atau lebih
besar dari 1,5ca1 dalam arah tegak lurus
terhadap gaya geser. Diizinkan untuk
mengevaluasi AVco sebagai dasar setengah
piramida dengan panjang sisi paralel
terhadap tepi sebesar 3ca1 dan tinggi
sebesar 1,5ca1
AVco = 4,5(ca1)2 (17.5.2.1c)
Bila angkur ditempatkan pada jarak yang
bervariasi dari tepi dan angkur dilas ke
perangkat penyambung sedemikian untuk
mendistribusikan gaya ke semua angkur,
diizinkan untuk mengevaluasi kekuatannya
berdasarkan pada jarak ke baris terjauh
angkur dari tepi. Dalam kasus ini, diizinkan
untuk mendasarkan nilai ca1 pada jarak dari
tepi ke sumbu baris angkur terjauh yang
dipilih sebagai yang kritis, dan semua geser
harus diasumsikan untuk dipikul oleh baris
angkur kritis ini sendiri.
gagal secara bersamaan dengan
permukaan kegagalan yang berasal dari
angkur yang terjauh dari tepi. Untuk Kasus
1, kekuatan geser baja disediakan oleh
kedua angkur. Untuk Kasus 2, kekuatan
geser baja disediakan sepenuhnya oleh
angkur yang terjauh dari tepi. Kontribusi
angkur yang terdekat dengan tepi tidak
diperhitungkan. Selain itu, inspeksi angkur
yang paling dekat dengan tepi untuk jebol
beton akibat beban layan disarankan untuk
mencegah retak yang tidak diinginkan pada
kondisi layan. Jika spasi angkur s kurang
dari jarak tepi ke angkur yang terdekat
dengan tepi, maka permukaan kegagalan
dapat menyatu (Eligehausen et al. 2006b)
dan Kasus 3 pada Gambar R17.5.2.1b
dapat diambil sebagai pendekatan
konservatif.
Jika angkur dilas ke pelat biasa (terlepas
dari spasi angkur s), ketika angkur yang
terdekat dengan tepi depan mulai
membentuk kegagalan kerucut, beban
geser disalurkan ke angkur di belakang
yang lebih kaku dan kuat. Untuk alasan ini,
hanya Kasus 2 yang perlu
dipertimbangkan, yang konsisten dengan
6.5.5 dari PCI Design Handbook (PCI MNL
120). Untuk penentuan kekuatan geser
baja, adalah konservatif hanya
mempertimbangkan angkur yang terjauh
dari tepi. Namun, untuk angkur yang
memiliki rasio s/ca1,1 kurang dari 0,6, angkur
depan dan belakang dapat diasumsikan
untuk menahan geser (Anderson dan
Meinheit 2007). Untuk rasio s/ca1,1 lebih
besar dari 1, disarankan untuk memeriksa
jebol beton dari angkur yang terdekat
dengan tepi untuk mencegah retak yang
tidak diinginkan pada kondisi layan.
Pembahasan lebih lanjut tentang desain
angkur majemuk diberikan dalam
Primavera et al. (1997).
Untuk kasus angkur di dekat sudut yang
dikenai gaya geser dengan komponen
tegak lurus ke setiap sisi, solusinya adalah
memeriksa sambungan secara terpisah
untuk setiap komponen gaya geser. Kasus
khusus lainnya, seperti tahanan geser dari
kelompok-kelompok angkur di mana
semua angkur tidak memiliki jarak ke tepi
yang sama, dibahas di Eligehausen et al.
(2006a).
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 342 dari 695

Ketentuan terperinci 17.5.2.1(a) berlaku
untuk kasus gaya geser yang diarahkan ke
tepi. Ketika gaya geser diarahkan menjauh
dari tepi, kekuatan biasanya akan
ditentukan oleh 17.5.1 atau 17.5.3.
Kasus gaya geser sejajar dengan tepi
ditunjukkan pada Gambar R17.5.2.1c.
Gaya geser maksimum yang dapat
diaplikasikan sejajar dengan tepi, V||,
seperti yang dikontrol oleh jebol beton,
adalah dua kali gaya geser maksimum
yang dapat diaplikasikan tegak lurus ke
tepi, V┴. Kasus khusus dapat muncul
dengan gaya geser sejajar dengan tepi di
dekat sudut. Dalam contoh angkur tunggal
di dekat sudut (lihat Gambar R17.5.2.1d),
ketentuan untuk gaya geser yang
diaplikasikan tegak lurus ke tepi harus
diperiksa sebagai tambahan pada
ketentuan untuk gaya geser yang
diaplikasikan sejajar dengan tepi.
.
Gambar R17.5.2.1a – Perhitungan AVco
Ca1
Ca1
hef
1,5 Ca1 1,5 Ca1
1,5Ca1
V
Pusat angkur
yang memotong
permukaan bebas
V
1,5 Ca1
1,5 Ca1
Tepi beton
Jarak tepi kritis untuk
stud berkepala, baut
berkepala, angkur
ekspansi, dan angkur
ujung diperlebar
adalah 1,5Ca1
Denah
AVco = 2(1,5Ca1) x (1,5 Ca1)
= 4,5 Ca1
2
Potongan melintang
Potongan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 343 dari 695

Gambar R17.5.2.1b – Perhitungan AVc untuk
angkur tunggal dan kelompok angkur
Jika ha < 1,5ca1 dan s1 < 3ca1
Kasus 1 : Salah satu asumsi
distribusi gaya adalah bahwa
setengah dari tegangan geser pada
bidang depan dan bidang proyeksi
berada pada ambang kritis. Dalam
perhitungan keruntuhan beton maka
ca1 diambil sebagai ca1,1
Kasus 2 : Asumsi lain tentang
distribusi gaya adalah bahwa gaya
geser akan kritis di belakang angkur
dan bidang proyeksinya. Asumsi ini
hanya diperhitungkan bila angkur di
las pada pelat dan tidak tergantung
s. Dalam perhitungan keruntuhan
beton maka, ca1 diambil sebagai ca1,2
Catatan : Untuk s ca1,1, Kasus 1
dan 2 harus dievaluasi untuk
menentukan kriteria perencanaan,
kecuali pada keadaan dimana
angkur di las pada pelat
Avc = 2(1,5ca1)ha
Kasus 3 : Bila s < ca1,1, Seluruh gaya
geser V dianggap bekerja pada
angkur terdepan. Kasus ini tidak
berlaku bagi angkur yang di las pada
pelat. Dalam perhitungan
keruntuhan beton maka ca1 diambil
sebagai ca1,1
Avc
ha
1,5ca1 1,5ca1
Jika ha < 1,5ca1
ha
Avc
s ca1,1
1,5ca1,1 1,5ca1,1
Avc = 2 (1,5ca1,1)ha
Jika ha < 1,5ca1
Avc
1,5ca1
ca2 1,5 ca1
Avc = 1,5ca1(1,5ca1+ca2)
Avc
ca1,1
1,5ca1,2 1,5 ca1,2
ha
s ca1,1
Avc = 2 (1,5ca1,2) ha
jika ha < 1,5ca1
ha
A V vc
1,5ca1 s1 1,5ca1
Avc = [2(1,5ca1) + s1]ha
s < ca1,1
Avc
ha
1,5ca1,1 1,5ca1,1
Avc = 2(1,5ca1,1)ha
Jika ha < 1,5 ca1
Jika ca2 < 1,5ca1
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 344 dari 695

Gambar R17.5.2.1c – Gaya geser sejajar
dengan sisi tepi
Gambar R17.5.2.1d – Gaya geser dekat
sudut

==== 17.5.2.2 Kekuatan jebol beton dasar
dalam geser untuk angkur tunggal pada
beton retak, Vb, harus yang lebih kecil dari
a) dan b):
a)   1
1,5
0,2
0,6 a a c ' a
a
e
b c
d
V d  f
 
 
(17.5.2.2a)
dimana e adalah panjang tumpuan beban
angkur untuk geser:
e = hef untuk angkur dengan kekakuan
konstan sepanjang panjang penuh
penampang tertanam, seperti stud
berkepala dan angkur tanam pascacor
dengan sebuah cangkang tabung
sepanjang panjang penuh dalam
penanaman;
e = 2da untuk angkur ekspansi yang
terkendali torsi dengan selongsong (sleeve)
jarak yang dipisahkan dari selongsong
ekspansi, dan e  8da dalam semua kasus.
b)   1
1,5
3,7 ' a c Vb  a fc
(17.5.2.2b)

==== R17.5.2.2 Seperti kekuatan tarik jebol
beton, kekuatan geser jebol (beton tidak
meningkat dengan permukaan kegagalan,
yang proporsional terhadap (ca1)2.
Sebaliknya, kekuatan meningkat secara
proporsional terhadap (ca1)1,5 karena
pengaruh ukuran. Kekuatan juga
dipengaruhi oleh kekakuan dan diameter
angkur (Fuchs et al. 1995; Eligehausen and
Balogh 1995; Eligehausen et al. 1987/1988,
2006b). Pengaruh kekakuan dan diameter
angkur tidak jelas dalam angkur
berdiameter besar (Lee et al. 2010),
menghasilkan pembatasan pada kekuatan
geser jebol beton yang diberikan oleh Pers.
(17.5.2.2b).
Konstanta, 7, dalam persamaan kekuatan
geser ditentukan dari data uji yang
dilaporkan dalam Fuchs et al. (1995) pada
fraktil 5 persen yang disesuaikan dengan
keretakan.
V|| = 2V
V
ca1
Tepi
V
V||
ca1
ca2 ca1
ca2
Angkur A Angkur A
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 345 dari 695


==== 17.5.2.3 Untuk stud berkepala, baut
berkepala, atau baut berkait yang dicor di
tempat yang secara menerus dilas ke
perangkat penyambung baja yang
mempunyai tebal minimum sama dengan
yang terbesar dari 10 mm dan setengah
diameter angkur, kekuatan jebol beton
dasar dalam kondisi geser dari angkur
tunggal pada beton retak, Vb, harus yang
lebih kecil dari Pers. (17.5.2.2b) dan Pers.
(17.5.2.3)
  1
1,5
0,2
0,66 a λa c ' a
a
e
b d f c
d
V
 
 
(17.5.2.3)
dimana e didefinisikan dalam 17.5.2.2
bahwa:
a) untuk kelompok angkur, kekuatan
ditentukan berdasarkan pada kekuatan
baris angkur yang terjauh dari tepi;
b) spasi angkur, s, tidak kurang dari 65 mm;
dan
c) tulangan disediakan pada sudut-sudut
jika ca2  1,5hef.

==== R17.5.2.3 Untuk kasus baut berkepala
dicor di tempat yang secara menerus dilas
ke perangkat penyambung, data uji (Shaikh
and Yi 1985) menunjukkan bahwa terlihat
kekuatan geser yang lebih tinggi, mungkin
karena sambungan las kaku yang menjepit
angkur lebih efektif daripada perangkat
penyambung dengan anchor gap.
Karenanya, nilai geser dasar untuk angkur
tersebut meningkat tetapi dikenakan batas
atas dalam Pers. (17.5.2.2b) karena
pengujian pada angkur berdiameter besar
yang dilas ke perangkat penyambung baja
tidak tersedia untuk membuktikankan nilai
yang lebih tinggi daripada Pers. (17.5.2.2b).
Desain tulangan tambahan dibahas dalam
CEB (1997), Eligehausen et al.
(1997/1998), dan Eligehausen and Fuchs
(1988).

==== 17.5.2.4 Bila angkur dipasang pada
penampang sempit dengan ketebalan
terbatas sehingga baik jarak tepi ca2
maupun tebal ha kurang dari 1,5ca1, nilai ca1
yang digunakan dalam perhitungan AVc
sesuai dengan 17.5.2.1 demikian juga
dalam Pers. (17.5.2.1) hingga (17.5.2.8)
tidak boleh melebihi yang terbesar dari:
a) ca2/1,5, dimana ca2 adalah jarak tepi yang
terbesar;
b) ha/1,5; dan
c) s/3, dimana s adalah spasi maksimum
tegak lurus terhadap arah geser, antara
angkur-angkur dalam kelompok angkur.

==== R17.5.2.4 Untuk kasus angkur yang
dilpasang pada penampang sempit dengan
ketebalan terbatas di mana jarak tepi tegak
lurus terhadap arah beban dan ketebalan
komponen kurang dari 1,5ca1, kekuatan
geser jebol beton yang dihitung dengan
Metode CCD dasar (lihat R17.3.2) terlalu
konservatif. Kasus-kasus ini dipelajari
dalam Metode Kappa (Eligehausen and
Fuchs 1988) dan masalahnya ditunjukkan
oleh Lutz (1995). Serupa dengan
pendekatan yang digunakan untuk
kekuatan jebol beton dalam kondisi tarik di

==== 17.4.2.3, kekuatan jebol beton dalam
kondisi geser untuk kasus ini dievaluasi
secara lebih akurat jika nilai ca1 digunakan
dalam persamaan di 17.5.2.1 hingga

==== 17.5.2.8 dan dalam perhitungan AVc
dibatasi pada maksimum dari dua pertiga
dari yang lebih besar dari dua jarak tepi
tegak lurus terhadap arah geser, dua
pertiga dari ketebalan komponen, dan
sepertiga dari spasi angkur maksimum
dalam kelompok angkur, diukur tegak lurus
terhadap arah geser. Batas ca1 pada
setidaknya sepertiga dari jarak antar
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 346 dari 695

angkur maksimum dalam kelompok angkur
mencegah penggunaan kekuatan yang
dihitung berdasarkan prisma jebol
(breakout prisms) individu untuk konfigurasi
kelompok angkur.
Pendekatan ini diilustrasikan pada
Gambar R17.5.2.4. Dalam contoh ini, nilai
pembatas ca1 dilambangkan sebagai c’a1
dan digunakan untuk perhitungan AVc, AVco,
ψed,V, dan ψh,V serta untuk Vb (tidak
ditampilkan). Persyaratan 17.5.2.4 dapat
digambarkan dengan memindahkan
permukaan jebol beton aktual yang berasal
dari ca1 aktual ke permukaan beton pada
arah beban geser yang diterapkan. Nilai ca1
yang digunakan untuk perhitungan AVc dan
dalam persamaan di 17.5.2.1 hingga

==== 17.5.2.8 ditentukan ketika: (a) batas luar
dari permukaan kegagalan pertama kali
berpotongan dengan permukaan beton;
atau (b) perpotongan permukaan jebol
antara angkur dalam kelompok
berpotongan pertama kali dengan
permukaan beton. Untuk contoh yang
ditunjukkan pada Gambar R17.5.2.4, Titik A
menunjukkan perpotongan dari permukaan
kegagalan yang diasumsikan untuk
membatasi ca1 dengan permukaan beton.
1. Aktual ca1 = 300 𝑚𝑚
2. Jarak antara dua tepi terluar ca2 dan 𝒉𝒂 kurang dari 1,5𝒄𝒂𝟏
3. Batasan nilai 𝒄𝒂𝟏 (pada gambar disimbolkan sebagai 𝒄𝒂𝟏
′ )
untuk digunakan di dalam perhitungan 𝑨𝑽𝒄 dan di dalam pers.

==== 17.5.2.1 hingga 17.5.2.8 ditentukan sebagai nilai terbesar dari:
 
1,5
ca2, max
a.
 
1,5
ca2, max
=
1,5
175
= 117 mm
V
1,5
s = 230 mm
ca2,1 = 175 mm
Asumsi bidang
keruntuhan untuk
pembatasan ca1
Bidang
keruntuhan
sesungguhnya
ca1 = 300 mm
ca2,2 = 125 mm
Denah
1
V
c a1
ha=200 mm
Bidang
keruntuhan
sesungguhnya
Asumsi bidang
keruntuhan untuk
pembatasan ca1
Titik A
Potongan Melintang
1 c a1
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 347 dari 695

b.
 
5,1
ah
=
5,1
200
= 133 mm (menentukan)
c.
3
s
=
3
1
(230)=75 mm
4. Untuk kasus ini, AVc, AVco, ψed,V
, dan ψh,V
ditentukan sebagai berikut:
a.𝑨𝑽𝒄 =
125+230+175
1,5×133
= 105,735 mm2
b.AVco = 4,5(133)2 = 79,600 mm2
c. ψed,V = 0,7 +
0,3(125)
133
=0,98
ψh,V = 1,0 karena ca1=(ha)/1,5. Titik A menunjukkan
perpotongan dari permukaan keruntuhan yang
diasumsikan dengan permukaan beton yang akan
menentukan nilai batas dari ca1.
Gambar R17.5.2.4 – Contoh gaya geser dimana angkur berada pada
komponen yang sempit dan tebal yang terbatas

==== 17.5.2.5 Faktor modifikasi untuk kelompok
angkur yang dibebani secara eksentris
dalam kondisi geser, ec,V, harus dihitung
sebagai

 
 
3 1
2
1
1
'
,
a
V
c
e
ec V (17.5.2.5)
tetapi ec,V tidak boleh diambil lebih besar
dari 1,0.
Jika pembebanan pada kelompok angkur
sedemikian sehingga hanya beberapa
angkur dibebani geser dalam arah yang
sama, hanya angkur-angkur tersebut yang
dibebani geser dalam arah yang sama yang
harus ditinjau ketika menentukan
eksentrisitas e’V untuk penggunaan dalam
Pers. (17.5.2.5) dan untuk perhitungan Vcbg
menurut Pers. (17.5.2.1b).

==== R17.5.2.5 Pasal ini memberikan faktor
modifikasi untuk gaya geser eksentris
menuju tepi pada sekelompok angkur. Jika
gaya geser bersumber di atas bidang
permukaan beton, gaya geser terlebih dulu
harus diselesaikan sebagai gaya geser di
bidang permukaan beton, dengan momen
yang mungkin menyebabkan tarik pada
angkur, tergantung pada gaya normal.
Gambar R17.5.2.5 mendefinisikan istilah
e’V untuk menghitung faktor modifikasi ψec,V
yang memperhitungkan fakta bahwa lebih
banyak gaya geser bekerja pada satu
angkur daripada angkur yang lain,
cenderung membelah beton di dekat tepi.
Gambar R17.5.2.5 – Definisi e’V untuk
kelompok angkur
s/2
s/2
V e'v
Denah
Garis tepi
beton
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 348 dari 695


==== 17.5.2.6 Faktor modifikasi untuk pengaruh
tepi untuk angkur tunggal atau kelompok
angkur yang dibebani gaya geser, ed,V,
harus dihitung sebagai berikut
menggunakan nilai ca2 yang lebih kecil.
Jika ca2  1,5ca1,maka ed,V = 1,0
(17.5.2.6a)
Jika ca2 < 1,5ca1, maka ed,V = 0,7 + 0,3
1
2
5,1 a
a
c
c
(17.5.2.6b)

==== 17.5.2.7 Untuk angkur yang terletak di
daerah komponen struktur beton dimana
analisis menunjukkan tidak ada retak saat
beban layan, faktor modifikasi berikut
diizinkan
c,V = 1,4
Untuk angkur yang terletak di daerah
komponen struktur beton dimana analisis
menunjukkan retak pada tingkat beban
layan, faktor modifikasi berikut diizinkan:
c,V = 1,0 untuk angkur pada beton retak
tanpa tulangan tambahan atau dengan
tulangan tepi yang lebih kecil dari batang
tulangan S13;
c,V = 1,2 untuk angkur pada beton retak
dengan tulangan dari batang tulangan S13
atau lebih besar antara angkur dan tepi;
dan
c,V = 1,4 untuk angkur pada beton retak
dengan tulangan dari batang tulangan S13
atau lebih besar antara angkur dan tepi,
dan dengan tulangan yang dilingkupi
dengan sengkang dengan spasi tidak lebih
dari 100 mm.

==== 17.5.2.8 Faktor modifikasi untuk angkur
yang terletak pada komponen struktur
beton dimana ha<1,5ca1, h,V harus dihitung
sebagai
a
a
h
h
c
v
1
,
1,5
 
(17.5.2.8)
tetapi h,V tidak boleh diambil kurang dari
1,0.

==== R17.5.2.8 Untuk angkur yang terletak di
komponen beton di mana ha < 1,5ca1,
pengujian (CEB 1997; Eligehausen et al.
2006b) telah menunjukkan bahwa
kekuatan jebol beton dalam kondisi geser
tidak berbanding lurus dengan ketebalan
komponen ha. Faktor h,V
memperhitungkan pengaruh ini.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 349 dari 695


==== 17.5.2.9 Bila tulangan angkur baik
disalurkan sesuai dengan Pasal 25 pada
kedua sisi permukaan jebol, atau
melingkupi angkur dan disalurkan melewati
permukaan jebol, kekuatan desain tulangan
angkur diizinkan untuk digunakan sebagai
pengganti dari kekuatan jebol beton dalam
menentukan ɸVn. Faktor reduksi kekuatan
sebesar 0,75 harus digunakan dalam
desain tulangan angkur.

==== R17.5.2.9 Untuk kondisi di mana gaya
geser terfaktor melebihi kekuatan jebol
beton untuk angkur dalam kondisi geser,
atau dimana kekuatan jebol tidak
dievaluasi, kekuatan nominal dapat berupa
tulangan angkur yang dipasang dengan
tepat, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar R17.5.2.9a dan Gambar

==== R17.5.2.9b. Untuk memastikan pelelehan
tulangan angkur, tulangan angkur pada
Gambar R17.5.2.9a harus melingkupi
angkur dan ditempatkan sedekat mungkin
dengan permukaan beton. Penelitian
(Eligehausen et al. 2006b) di mana
ketentuan untuk tulangan angkur (lihat
Gambar R17.5.2.9a) terbatas pada
tulangan angkur dengan diameter
maksimum serupa dengan batang tulangan
D16. Radius lengkung yang lebih besar
berkaitan dengan diameter tulangan yang
lebih besar dapat secara signifikan
mengurangi efektivitas tulangan angkur
dan, oleh karena itu, tulangan angkur
dengan diameter yang lebih besar dari
batang tulangan D19 tidak disarankan.
Tulangan angkur bisa juga terdiri dari
sengkang dan sengkang ikat (termasuk
hairpin) yang menjadi tulangan tepi yang
tertanam dalam kerucut jebol dan
ditempatkan sedekat mungkin dengan
angkur selama masih bisa dilaksanakan
(lihat Gambar R17.5.2.9b). Umumnya jarak
antar tulangan kurang dari yang lebih kecil
dari 0,5ca1 dan 0,3ca2 dari titik tengah angkur
harus disertakan sebagai tulangan angkur.
Dalam hal ini, tulangan angkur harus
dikembangkan di kedua sisi permukaan
jebol. Untuk alasan kesetimbangan, harus
ada tulangan tepi. Penelitian di mana
ketentuan-ketentuan ini mengacu terbatas
pada tulangan angkur dengan diameter
maksimum serupa dengan batang tulangan
D19. Model strut and tie juga dapat
digunakan untuk merancang tulangan
angkur.
Karena tulangan angkur ditempatkan di
bawah dimana gaya geser bekerja (lihat
Gambar R17.5.2.9b), gaya di tulangan
angkur akan lebih besar dari gaya
gesernya. Dalam menentukan ukuran
tulangan angkur, penggunaan faktor
reduksi kekuatan ɸ sama dengan 0,75
direkomendasikan untuk geser dan untuk
model strut and tie. Untuk alasan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 350 dari 695

kepraktisan, penggunaan tulangan angkur
umumnya dibatasi pada angkur tanam cor
ditempat.
Gambar R17.5.2.9a – Tulangan angkur
hairpin untuk gaya geser
A A
d
Kelompok
angkur
Tulangan
angkur
Denah
35°
V
Kelompok
angkur
Tulangan
angkur
V
Sekecil mungkin
menyesuaikan
syarat selimut
beton
Potongan A-A
35°
A A
Denah
Kelompok
angkur
V
Tulangan
angkur
35°
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 351 dari 695

Gambar R17.5.2.9b – Tulangan tepi dan
tulangan angkur dalam kondisi geser

==== 17.5.3 Kekuatan jungkit (pryout) beton
angkur dalam geser

==== R17.5.3 Kekuatan jungkit (pryout) beton
angkur dalam geser

==== 17.5.3.1 Kekuatan jungkit (pryout)
nominal, Vcp untuk angkur tunggal atau Vcpg
untuk kelompok angkur, tidak boleh
melebihi:
a) Untuk angkur tunggal
Vcp = kcpNcp (17.5.3.1a)
Untuk angkur tanam cor ditempat,
angkur ekspansi, dan angkur ujung
diperlebar, Ncp harus diambil sebesar Ncb
yang ditentukan oleh Pers. (17.4.2.1a),
dan untuk angkur adhesif, Ncp harus
yang lebih kecil dari Na yang ditentukan
oleh Pers. (17.4.5.1a) dan Ncb yang
ditentukan oleh Pers. (17.4.2.1a).

==== R17.5.3.1 Fuchs et al. (1995)
menunjukkan bahwa tahanan geser jungkit
(pryout) dapat diperkirakan satu hingga dua
kali tahanan tarik angkur dengan nilai lebih
rendah yang sesuai untuk hef kurang dari 65
mm. Karena ada kemungkinan bahwa
kekuatan lekatan angkur adhesif bisa lebih
kecil dari kekuatan jebol beton, perlu untuk
mempertimbangkan baik 17.4.2.1 dan

==== 17.4.5.1 untuk penentuan kekuatan jungkit.
0,5 Ca1 dan
0,3 Ca2
dh d
Ca1
Ca2
B B
Penulangan
berfungsi
sebagai angkur
Denah
°
V
Kelompok
angkur
Tulangan
tepi
Tulangan
angkur
Potongan B-B
°
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 352 dari 695

b) Untuk kelompok angkur
Vcpg = kcpNcpg (17.5.3.1b)
Untuk angkur tanam cor di tempat,
angkur ekspansi, dan angkur ujung
diperlebar, Ncpg harus diambil sebesar
Ncbg yang ditentukan dari Pers.
(17.4.2.1b), dan untuk angkur adhesif,
Ncpg harus yang lebih kecil dari Nag yang
ditentukan oleh Pers. (17.4.5.1b) dan
Ncbg yang ditentukan oleh Pers.
(17.4.2.1b).
Dalam Pers. (17.5.3.1a) dan (17.5.3.1b),
kcp = 1,0 untuk hef < 2,5 mm; dan kcp = 2,0
untuk hef  2,5 mm.

==== 17.6 - Interaksi gaya tarik dan geser R17.6 - Interaksi gaya tarik dan geser
Kecuali jika ditentukan sesuai dengan

==== 17.3.1.3, angkur atau kelompok angkur
yang dikenai beban geser dan aksial harus
didesain untuk memenuhi persyaratan

==== 17.6.1 hingga 17.6.3. Nilai ϕNn dan ϕVn
merupakan kekuatan perlu yang harus
ditentukan oleh 17.3.1.1 atau 17.2.3.

==== 17.6.1 Jika Vua/( ϕVn)  0,2 untuk kekuatan
yang mengendalikan dalam kondisi geser,
maka kekuatan penuh dalam tarik diizinkan:
ϕNn  Nua.

==== 17.6.2 Jika Nua/(ϕNn)  0,2 untuk kekuatan
yang mengendalikan dalam kondisi tarik,
maka kekuatan penuh dalam geser
diizinkan: ϕVn  Vua.

==== 17.6.3 Jika Vua/(ϕVn) > 0,2 untuk kekuatan
yang mengendalikan dalam kondisi geser
dan Nua/(ϕNn) > 0,2 untuk kekuatan yang
mengendalikan dalam kondisi tarik, maka
 1,2
n
ua
n
ua
V
V
N
N
φ φ
(17.6.3)
Ekspresi interaksi geser-tarik secara
tradisional telah dinyatakan sebagai
 1,0
 
 
n
ua
n
ua
V
V
N
N
dimana ς bervariasi antara 1 hingga 2.
Rekomendasi trilinear saat ini adalah
penyederhanaan ekspresi di mana ς = 5/3
(Gambar R17.6). Batasannya dipilih untuk
menghilangkan persyaratan untuk
perhitungan efek interaksi dimana terdapat
nilai-nilai yang sangat kecil dari kekuatan
kedua. Ekspresi interaksi lainnya yang
terverifikasi oleh data pengujian,
bagaimanapun, dapat digunakan untuk
memenuhi 17.3.1.3.
Gambar R17.6 – Persamaan interaksi
beban geser dan tarik
Nn
ϕNn
0,2ϕNn
0,2ϕVn ϕVn
Vn
(
Nua
ɸNn
)
5
3
+(
Vua
ɸVn
)
5
3
=1
Pendekatan
interaksi
trilinier
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 353 dari 695


==== 17.7 – Persyaratan jarak tepi, spasi, dan
tebal perlu untuk mencegah kegagalan
belah (splitting)
Spasi dan jarak tepi minimum untuk
angkur dan tebal minimum komponen
struktur harus memenuhi 17.7.1 hingga

==== 17.7.6, kecuali bila tulangan tambahan
disediakan untuk mengontrol pembelahan
beton. Nilai yang lebih rendah dari uji
spesifik produk yang diadakan sesuai
dengan ACI 355.2 atau ACI 355.4 diizinkan.

==== 17.7.1 Kecuali bila ditentukan sesuai

==== 17.7.4, spasi minimum pusat ke pusat
angkur harus sebesar 4da untuk angkur
yang dicor di tempat yang tidak akan
terpuntir, dan 6da untuk angkur yang dicor di
tempat dengan torsi dan angkur tanam
pascacor.

==== R17.7 – Persyaratan jarak tepi, spasi,
dan tebal perlu untuk mencegah
kegagalan belah (splitting)
Spasi minimum, jarak tepi, dan ketebalan
sangat bergantung pada karakteristik
angkur. Gaya saat pemasangan dan torsi
pada angkur tanam pascacor dapat
menyebabkan pembelahan beton di
sekitarnya. Pembelahan beton seperti itu
juga dapat terjadi saat pengencangan baut
setelahnya selama penyambungan dari
perangkat penyambung ke angkur
termasuk angkur yang dicor di tempat.
Sumber utama nilai untuk spasi minimum,
jarak tepi, dan ketebalan angkur tanam
pascacor beton harus merupakan hasil uji
spesifik produk ACI 355.2 dan ACI 355.4.
Namun dalam beberapa kasus, produk
tertentu tidak dikenal di tahap desain. Nilai
perkiraan diberikan untuk digunakan dalam
desain.

==== 17.7.2 Kecuali bila ditentukan sesuai
dengan 17.7.4, jarak tepi minimum untuk
angkur dicor di tempat yang tidak akan
terpuntir harus didasarkan pada
persyaratan selimut yang ditetapkan untuk
tulangan di 20.6.1. Untuk angkur tanam
dicor di tempat yang akan terpuntir, jarak
tepi minimum harus sebesar 6da.

==== R17.7.2 Karena selimut tepi beton yang
menutupi penanaman angkur dekat
dengan tepi dapat memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kekuatan ambrol sisi
samping (side-face blowout) dalam 17.4.4,
selain persyaratan selimut beton normal,
mungkin akan lebih baik penggunaan
selimut beton yang lebih tebal untuk
meningkatkan kekuatan ambrol sisi
samping.

==== 17.7.3 Kecuali bila ditentukan sesuai
dengan 17.7.4, jarak tepi minimum untuk
angkur tanam pascacor harus didasarkan
pada yang lebih besar dari persyaratan
selimut yang ditetapkan untuk tulangan di
20.6.1, atau persyaratan jarak tepi
minimum untuk produk-produk seperti yang
ditentukan oleh uji sesuai dengan ACI
355.2 atau ACI 355.4, dan tidak boleh
kurang dari 2,0 kali ukuran agregat
maksimum. Dengan tidak adanya informasi
uji ACI 355.2 atau ACI 355.4 spesifik
produk, jarak tepi minimum harus diambil
sebesar tidak kurang dari:
Angkur adhesif ...................................... 6da
Angkur ujung diperlebar ........................ 6da
Angkur terkontrol torsi ........................... 8da
Angkur terkontrol perpindahan ............ 10da

==== R17.7.3 Lubang bor untuk angkur tanam
pascacor dapat menyebabkan retak mikro
(microcracking). Persyaratan minimum
jarak ke tepi sebesar dua kali ukuran
agregat terbesar adalah untuk
meminimalkan pengaruh retak mikro
tersebut.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 354 dari 695


==== 17.7.4 Untuk angkur bilamana
pemasangan tidak mengakibatkan gaya
belah beton dan yang tidak akan terpuntir,
jika jarak tepi atau spasi kurang dari yang
ditetapkan dalam 17.7.1 hingga 17.7.3,
perhitungan harus dilakukan dengan
mensubstitusikan untuk da suatu nilai yang
lebih kecil da
' yang memenuhi persyaratan

==== 17.7.1 hingga 17.7.3. Gaya yang dihitung
yang diterapkan pada angkur harus dibatasi
sampai nilai yang terkait dengan angkur
yang mempunyai diameter sebesar da
' .

==== R17.7.4 Dalam beberapa kasus, mungkin
lebih baik menggunakan diameter angkur
yang lebih besar daripada persyaratan
yang ditentukan oleh 17.7.1 hingga 17.7.3.
Dalam kasus ini, dimungkinkan untuk
menggunakan diameter angkur yang lebih
besar, asalkan kekuatan desain angkur
didasarkan pada asumsi diameter angkur
yang lebih kecil da
' .

==== 17.7.5 Kecuali jika ditentukan oleh
pengujian sesuai dengan ACI 355.2, nilai hef
untuk angkur tanam pascacor ekspansi
atau angkur ujung diperlebar tidak boleh
melebihi yang terbesar dari 2/3 tebal
komponen struktur, ha, dan tebal komponen
struktur dikurangi 100 mm.

==== R17.7.5 Kegagalan belah (splitting)
disebabkan oleh penyaluran beban antara
baut dan beton. Batasan pada nilai hef tidak
berlaku untuk angkur tanam cor ditempat
dan angkur adhesif karena gaya
pembelahan yang berkaitan dengan jenis
angkur ini kurang daripada untuk angkur
ekspansi dan angkur ujung diperlebar.
Untuk semua angkur tanam pascacor,
kedalaman penanaman maksimum untuk
ketebalan komponen tertentu harus
dibatasi seperti yang diperlukan untuk
menghindari ambrol sisi belakang (backface
blowout) di sisi berlawanan dari
komponen beton selama pengeboran
lubang dan pengaturan angkur. Hal ini
tergantung pada banyak variabel, seperti
jenis angkur, metode pengeboran, teknik
pengeboran, jenis dan ukuran peralatan
pengeboran, keberadaan tulangan, dan
kekuatan dan kondisi beton.

==== 17.7.6 Kecuali bila ditentukan oleh uji tarik
sesuai dengan ACI 355.2 atau ACI 355.4,
jarak tepi kritis, cac, tidak boleh diambil
kurang dari:
Angkur adhesif ..................................... 2hef
Angkur ujung diperlebar .....................2,5hef
Angkur ekspansi terkontrol torsi ........... 4hef
Angkur ekspansi terkontrol
perpindahan......................................... 4hef

==== R17.7.6 Jarak tepi kritis cac ditentukan oleh
corner test pada ACI 355.2 atau ACI 355.4,
dan hanya berlaku untuk desain beton tidak
retak. Untuk mengizinkan desain angkurangkur
jenis ini ketika informasi spesifikasi
produk angkur tidak tersedia, diberikan nilai
standar konservatif untuk cac. Penelitian
telah menunjukkan bahwa persyaratan
corner test tidak memenuhi ca, min = 1,5hef
untuk beberapa angkur ekspansi dan
angkur ujung diperlebar karena
pemasangan jenis angkur ini menghasilkan
tegangan tarik yang menyebabkan
pembelahan (splitting) di beton yang
meningkat selama dibebani, berpotensi
menghasilkan kegagalan belah prematur
(premature splitting failure). Demikian pula,
angkur adhesif yang memenuhi
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 355 dari 695

persyaratan kedalaman penanaman
maksimum dalam 17.7.5 mungkin tidak
memenuhi persyaratan corner test dengan
ca,min = cNa akibat tegangan lentur tambahan
yang diinduksi pada komponen struktur
oleh angkur.

==== 17.7.7 Dokumen perencanaan harus
menetapkan penggunaan angkur dengan
jarak tepi minimum seperti yang
diasumsikan dalam desain.

==== 17.8 - Pemasangan dan inspeksi angkur

==== 17.8.1 Angkur harus dipasang oleh
personil yang terkualifikasi sesuai dengan
dokumen perencanaan. Dokumen
perencanaan harus mensyaratkan
pemasangan angkur tanam pascacor
sesuai dengan Instruksi pabrikan yang
terkait. Pemasangan angkur adhesif harus
dilakukan oleh personil yang dilatih untuk
memasang angkur adhesif.

==== R17.8 - Pemasangan dan inspeksi
angkur

==== R17.8.1 Banyak karakteristik kinerja
angkur bergantung pada pemasangan
angkur yang benar. Pemasangan angkur
adhesif harus dilakukan oleh personil yang
terkualifikasi untuk sistem angkur adhesif
dan prosedur pemasangan yang
digunakan. Personil konstruksi dapat
menetapkan kualifikasi dengan menjadi
personil konstruksi yang bersertifikasi
melalui program sertifikasi. Untuk angkur
tanam cor ditempat, harus diperhatikan
bahwa angkur berada di posisi yang benar
dalam bekisting dan sudah sesuai dengan
dokumen perencanaan. Selanjutnya, harus
dipastikan bahwa beton di sekitar angkur
dipadatkan dengan benar. Inspeksi
sangatlah penting untuk angkur tanam
pascacor untuk memastikan prosedur
pemasangan yang direkomendasikan
pabrikan, dalam kasus angkur adhesif,
Instruksi pabrikan yang terkait, sudah
diikuti. Untuk angkur adhesif, pemantauan
secara terus menerus saat proses
pemasangan oleh inspektur yang
terkualifikasi dianjurkan untuk memastikan
prosedur pemasangan yang diperlukan
sudah diikuti. Kekuatan dan kapasitas
deformasi angkur tanam pascacor dinilai
dengan pengujian berdasarkan ACI 355.2
atau ACI 355.4. Pengujian ini dilakukan
dengan asumsi pemasangan sesuai
dengan prosedur yang direkomendasikan
pabrikan (dalam hal angkur adhesif,
Instruksi pabrikan yang terkait). Beberapa
jenis angkur sensitif terhadap variasi
diameter lubang, kondisi kebersihan,
orientasi sumbu, besarnya torsi
pemasangan, lebar retak, dan variabel
lainnya. Beberapa variabel ini secara tidak
langsung sudah diperhitungkan dalam nilai
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 356 dari 695

ɸ untuk jenis angkur yang berbeda, yang
sebagian bergantung pada hasil tes
keamanan pemasangan. Deviasi bruto dari
hasil pengujian ACI 355.2 atau ACI 355.4
dapat terjadi jika komponen angkur diubah,
atau jika kriteria atau prosedur
pemasangan angkur berbeda dari yang
ditentukan.

==== 17.8.2 Pemasangan angkur harus
diinspeksi sesuai dengan 1.9 dan peraturan
umum gedung. Angkur adhesif harus
dikenakan persyaratan 17.8.2.1 hingga

==== 17.8.2.4.

==== 17.8.2.1 Untuk angkur adhesif, dokumen
perencanaan harus menetapkan proof
loading bilamana disyaratkan sesuai
dengan ACI 355.4. Dokumen perencanaan
harus juga menetapkan semua parameter
yang berhubungan dengan tegangan
lekatan karakteristik yang digunakan untuk
perancangan menurut 17.4.5 termasuk
umur minimum beton; rentang suhu beton;
kondisi kelembaban beton saat
pemasangan; tipe beton ringan, bilamana
sesuai; dan persyaratan-persyaratan untuk
pengeboran lubang dan persiapan.

==== R17.8.2.1 Karena sensitivitas dari
kekuatan lekatan untuk pemasangan,
maka kontrol kualitas di lokasi pemasangan
sangat penting untuk angkur adhesif.
Apabila diperlukan, program proof loading
harus disertakan dalam dokumen
perencanaan. Untuk angkur adhesif,
dokumen perencanaan juga harus
menyediakan semua parameter yang
berhubungan dengan tegangan lekatan
karakteristik yang digunakan dalam
perancangan. Parameter-parameter di
bawah ini mungkin termasuk, tetapi tidak
terbatas pada:
a) Lingkungan pemasangan angkur yang
dapat diterima (beton kering atau jenuh;
rentang suhu beton)
b) Metode pengeboran yang dapat diterima
c) Prosedur pembersihan lubang yang
diperlukan
d) Jenis dan rentang ukuran angkur
(batang berdrat atau batang tulangan).
Pembersihan lubang dimaksudkan untuk
memastikan bahwa puing-puing dan debu
pengeboran tidak mengganggu kekuatan
lekatan. Tergantung pada kondisi di
lapangan, pembersihan lubang mungkin
melibatkan pekerjaan untuk
menghilangkan sisa-sisa pengeboran dari
lubang dengan alat vakum atau udara yang
terkompresi, menyikat dinding lubang untuk
menghilangkan debu pada permukaan, dan
langkah terakhir biasanya dengan udara
yang terkompresi. Bilamana pengeboran
basah (wet core drilling) digunakan, lubang
mungkin dibilas dengan air dan kemudian
dikeringkan dengan udara yang
terkompresi. Jika angkur dipasang di lokasi
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 357 dari 695

di mana betonnya jenuh air (misalnya,
lokasi luar ruangan yang terkena hujan),
lumpur pengeboran yang dihasilkan harus
dibuang dengan cara lain. Dalam semua
kasus, prosedur yang digunakan harus
diuraikan dengan jelas oleh pabrikan dalam
instruksi pemasangan yang tercetak
bersama dengan produk. Instruksi
pemasangan yang tercetak ini, yang juga
mendeskripsikan batas suhu beton dan
keberadaan air selama pemasangan serta
prosedur yang diperlukan untuk injeksi
bahan adhesif tanpa rongga dan
persyaratan perawatan adhesif,
merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari sistem angkur adhesif dan merupakan
bagian dari penilaian yang dilakukan sesuai
dengan ACI 355.4.

==== 17.8.2.2 Pemasangan angkur adhesif
arah horizontal atau miring ke atas untuk
menumpu beban tarik tetap harus dilakukan
oleh personil yang disertifikasi oleh
program sertifikasi yang sesuai. Sertifikasi
harus menyertakan ujian tertulis dan ujian
kinerja menurut program Sertifikasi
Pemasangan Angkur Adhesif ACI/CRSI
(ACI/CRSI Adhesive Anchor Installation
Certification) atau yang setara.

==== R17.8.2.2 Sensitivitas angkur adhesif
untuk arah pemasangan yang
dikombinasikan dengan pembebanan tarik
tetap memerlukan sertifikasi pemasang.
Sertifikasi mungkin juga sesuai untuk
aplikasi terkait keamanan lainnya.
Sertifikasi ditetapkan melalui penilaian
independen seperti Program Sertifikasi
Pemasangan Angkur Adhesif ACI/CRSI
(ACI/CRSI Adhesive Anchor Installation
Certification) atau program serupa dengan
persyaratan yang setara. Selain itu,
pemasang harus mendapatkan
pengarahan melalui pelatihan khusus untuk
produk yang ditawarkan oleh pabrikan
sistem angkur adhesif yang terkualifikasi.

==== 17.8.2.3 Penerimaan sertifikasi selain dari
Sertifikasi Pemasangan Angkur Adhesif
ACI/CRSI (ACI/CRSI Adhesive Anchor
Installation Certification) harus merupakan
tanggung jawab perencana ahli
bersertifikat.

==== R17.8.2.3 Untuk memenuhi 17.8.2.3,
program untuk mensertifikasi pemasang
yang setara harus menguji pengetahuan
dan keterampilan pemasang angkur
adhesif oleh panitia penilai yang obyektif
dan tidak bias serta penilaian ujian tertulis
dan kinerja. Program harus
menggambarkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk
memasang sistem angkur komersial yang
tersedia. Efektivitas ujian tertulis harus
diverifikasi melalui analisis statistik dari
pertanyaan dan jawaban. Program yang
setara harus memberikan mekanisme yang
responsif dan akurat untuk memverifikasi
kredensial, yang diperbarui secara berkala.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 358 dari 695


==== 17.8.2.4 Angkur adhesif yang dipasang
dalam orientasi horizontal atau miring ke
atas untuk menahan beban tarik tetap
harus secara menerus diinspeksi selama
masa pemasangan oleh inspektor yang
secara khusus disetujui untuk tujuan
tersebut oleh pihak yang berwenang.
Inspektor khusus harus melengkapi laporan
untuk perencana ahli bersertifikat dan pihak
yang berwenang bahwa pekerjaan yang
dicakup oleh laporan tersebut telah
dilakukan dan bahwa material yang
digunakan dan prosedur pemasangan yang
digunakan memenuhi dokumen
perencanaan yang disetujui dan Instruksi
pabrikan yang terkait.

==== R17.8.2.4 Model Code (IBC 2012)
mewajibkan inspeksi khusus untuk semua
angkur tanam pascacor. Pemasangan
angkur adhesif dalam orientasi horizontal
atau miring ke atas menimbulkan tantangan
khusus untuk pemasang dan
membutuhkan perhatian khusus pada
kualitas pelaksanaan serta pengawasan.
Diharapkan pemasangan angkur ini
diperiksa oleh inspektur khusus
bersertifikat yang terus hadir kapan dan
dimana pemasangan sedang dilakukan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 359 dari 695



[ Lanjut Ke PASAL 18 - STRUKTUR TAHAN GEMPA ... ]






Kembali ke Daftar Isi
Jelajah ke Daftar Gambar
Jelajah ke Daftar Tabel