==== 9.4 - Kekuatan perlu

==== R9.4 - Kekuatan perlu

==== 9.4.1 Umum

==== 9.4.1.1 Kekuatan perlu harus dihitung
sesuai dengan kombinasi beban yang
diperhitungkan pada Pasal 5.

==== 9.4.1.2 Kekuatan perlu harus sesuai
dengan prosedur analisis pada Pasal 6.

==== 9.4.1.3 Untuk balok prategang, pengaruh
reaksi tumpuan yang ditimbulkan akibat
prategang harus dipertimbangkan sesuai
5.3.11.

==== 9.4.2 Momen terfaktor

==== 9.4.2.1 Untuk balok yang dibangun
menyatu dengan tumpuan, Mu di tumpuan
diperkenankan dihitung pada muka
tumpuan.

==== 9.4.3 Geser terfaktor

==== R9.4.3 Geser terfaktor

==== 9.4.3.1 Untuk balok yang dibangun
menyatu dengan tumpuan, Vu di tumpuan
diperkenankan dihitung pada muka
tumpuan.

==== 9.4.3.2 Penampang antara muka
tumpuan dan penampang kritis yang
terletak sejauh d dari permukaan tumpuan
untuk balok nonprategang atau h/2 dari
muka tumpuan untuk balok prategang
harus dirancang untuk memenuhi Vu pada
penampang kritis jika a) hingga c)
terpenuhi:
a) Reaksi tumpuan, dalam arah geser
yang terjadi, menimbulkan tekan ke
daerah ujung balok
b) Beban diberikan pada atau dekat
permukaan atas balok


Gambar R9.4.3.2a – Diagram free body
dari ujung sebuah balok
Gambar R9.4.3.2b – Lokasi penampang
kritis untuk geser pada sebuah balok
yang dibebani dekat bawah balok
Gambar R9.4.3.2(c), (d), (e), (f) – Tipikal
kondisi-kondisi tumpuan untuk
menentukan lokasi gaya geser terfaktor Vu



==== R9.4.3.2 Retak miring terdekat ke
tumpuan dari balok pada Gambar
R9.4.3.2a akan memanjang ke atas dari
muka tumpuan mencapai daerah tekan
kira-kira sejarak d dari muka tumpuan. Jika
beban dikerjakan di atas balok, sengkang
yang memotong retak ini hanya perlu
memikul gaya geser akibat beban-beban
yang bekerja di luar d (free body sebelah
kanan pada Gambar R9.4.3.2a ). Beban-beban
yang dikerjakan pada balok antara
muka tumpuan dan titik d menjauh dari
muka tumpuan, ditransfer langsung ke
tumpuan melalui tekan pada badan (web)
di atas retak. Dengan demikian, Pasal ini
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 183 dari 695

STANDAR
c) Tidak ada beban terpusat antara muka
tumpuan dan penampang kritis.

PENJELASAN
mengizinkan desain untuk geser terfaktor
maksimum Vu pada jarak d dari tumpuan
untuk balok nonprategang dan jarak h/2
untuk balok prategang.
Pada Gambar R9.4.3.2 b, beban
ditunjukkan di dekat bagian bawah balok.
Dalam hal ini, penampang kritis diambil
pada muka tumpuan. Beban yang bekerja
di dekat tumpuan harus ditransfer
memotong retak miring memanjang ke
arah atas dari muka tumpuan. Gaya geser
yang bekerja pada penampang kritis
tersebut harus mencakup semua beban
yang dikerjakan di bawah potensi retak
miring.
 Tipikal kondisi tumpuan dimana gaya
geser pada jarak d dari tumpuan yang
digunakan termasuk:
a) Balok ditumpu oleh landasan di bagian
bawah balok, seperti ditunjukkan pada
Gambar R9.4.3.2 (c)
b) Balok merangka secara monolit ke
dalam kolom, seperti diilustrasikan
pada Gambar R9.4.3.2 (d)
 Tipikal kondisi tumpuan dimana
penampang kritis diambil di muka tumpuan
termasuk:
a) Balok merangka kedalam komponen
pendukung yang menerima tarik,
seperti ditunjukkan pada Gambar
R9.4.3.2 (e). Geser dalam sambungan
ini juga harus ditinjau dan tulangan
sudut khusus harus disediakan.
b) Balok yang bebannya tidak dikerjakan
pada atau di dekat bagian atas, seperti
yang telah dibahas sebelumnya dan
seperti ditunjukkan pada Gambar
R9.4.3.2b.
c) Balok dibebani sedemikian rupa
sehingga geser pada penampang
antara tumpuan dan sejarak d dari
tumpuan berbeda secara radikal dari
geser pada jarak d. Ini biasanya terjadi
pada korbel dan pada balok dimana
beban terpusat terletak dekat dengan
tumpuan, seperti ditunjukkan pada
Gambar R9.4.3.2 (f).
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 184 dari 695


Gambar R9.4.3.2a – Diagram free body
dari ujung sebuah balok
Gambar R9.4.3.2b – Lokasi penampang
kritis untuk geser pada sebuah balok
yang dibebani dekat bawah balok
Gambar R9.4.3.2(c), (d), (e), (f) – Tipikal
kondisi-kondisi tumpuan untuk
menentukan lokasi gaya geser terfaktor
Vu



==== 9.4.4 Torsi terfaktor

==== R9.4.4 Torsi terfaktor

==== 9.4.4.1 Kecuali ditentukan dengan
analisis yang lebih mendetail, beban torsi
pelat harus diizinkan terdistribusi merata
sepanjang balok.

==== 9.4.4.2 Balok dengan tumpuan, Tu pada
tumpuan harus dihitung pada muka
tumpuan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 185 dari 695

==== 9.4.4.3 Penampang antara muka
tumpuan dan penampang kritis sejarak d
dari muka tumpuan untuk balok
nonprategang atau h/2 dari muka tumpuan
balok prategang Tu harus didesain pada
penampang kritis kecuali suatu momen
torsi terpusat terjadi di jarak ini. Dalam
kasus seperti itu, penampang kritis harus
diambil pada muka tumpuan.

==== R9.4.4.3 Tidak jarang sebuah balok
terhubung kedalam satu sisi sebuah
gelagar dekat tumpuan dari gelagar
tersebut. Dalam kasus seperti itu, geser
dan torsi terpusat dikerjakan pada gelagar
tersebut.

==== 9.4.4.4 Diizinkan untuk mengurangi Tu
sesuai 22.7.3.

==== 9.5 - Kekuatan rencana

==== R9.5 - Kekuatan rencana

==== 9.5.1 Umum

==== R9.5.1 Umum

==== 9.5.1.1 Untuk setiap kombinasi beban
terfaktor yang dipakai, kekuatan desain di
semua penampang harus memenuhi ϕSn ≥
U meliputi a) hingga d). Interaksi antara
pengaruh beban harus diperhitungkan.
a) ϕMn >= Mu
b) ϕVn >= Vu
c) ϕTn >= Tu
d) ϕPn >= Pu

==== R9.5.1.1 Kondisi desain 9.5.1.1 a) hingga
d) mencantumkan gaya dan momen tipikal
perlu dipertimbangkan. Namun, kondisi
umum ϕSn ≥ U menunjukkan bahwa semua
gaya dan momen yang relevan untuk
struktur tertentu perlu dipertimbangkan.

==== 9.5.1.2 ϕ harus ditentukan sesuai
21.2.

==== 9.5.2 Momen

==== R9.5.2 Momen

==== 9.5.2.1 Jika Pu < 0,10.fc'.Ag , Mn harus
dihitung sesuai 22.3.

==== 9.5.2.2 Jika Pu >= 0,10.fc'.Ag , Mn harus
dihitung sesuai 22.4.

==== R9.5.2.2 Balok yang memikul gaya aksial
cukup besar membutuhkan pertimbangan
pengaruh gabungan dari gaya aksial dan
momen. Balok ini tidak perlu untuk
memenuhi ketentuan Pasal 10, tetapi perlu
untuk memenuhi tambahan persyaratan
untuk sengkang atau spiral yang
didefinisikan dalam Tabel 22.4.2.1. Untuk
balok langsing dengan beban aksial cukup
besar, pertimbangan harus diberikan untuk
pengaruh kelangsingan seperti yang
diperlukan untuk kolom di 6.2.6.

==== 9.5.2.3 Untuk balok prategang, tendon
eksternal harus diperhitungkan sebagai
tendon tanpa lekatan dalam menghitung
kekuatan lentur, kecuali tendon eksternal
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 186 dari 695

STANDAR
terlekat secara efektif pada penampang
beton di sepanjang bentang.

==== 9.5.3 Geser

==== 9.5.3.1 Vn harus dihitung sesuai
22.5.

==== 9.5.3.2 Untuk balok beton komposit,
kekuatan geser horizontal Vnh harus
dihitung sesuai 16.4.

==== 9.5.4 Torsi

==== 9.5.4.1 Jika Tu < ϕTth, dimana Tth seperti
22.7, pengaruh torsi harus diabaikan.
Tulangan minimum disyaratkan 9.6.4 dan
persyaratan pendetailan 9.7.5 dan 9.7.6.3
tidak perlu dipenuhi.

==== 9.5.4.2 Tn harus dihitung sesuai
22.7.

==== R9.5.4 Torsi

==== 9.5.4.3 Tulangan transversal dan
longitudinal untuk torsi harus ditambahkan
kebutuhan tulangan akibat Vu, Mu, dan Pu
yang bekerja bersamaan dengan torsi.

==== R9.5.4.3 Persyaratan untuk tulangan
torsi dan geser adalah dijumlahkan dan
sengkang yang disediakan sekurangkurangnya
adalah jumlah total yang
diperlukan. Karena luas tulangan Av untuk
geser didefinisikan sebagai semua kaki
sengkang sedangkan luas tulangan At
untuk torsi didefinisikan sebagai satu kaki
saja, penjumlahan luas tulangan
transversal dihitung sebagai berikut:


Total ((Av+t)/s) = (Av/s + 2 At/s)

... (R9.5.4.3)


Jika sebuah kelompok sengkang
memiliki lebih dari dua kaki untuk geser,
hanya kaki yang berdekatan dengan sisi
balok diikutkan dalam penjumlahan ini
karena kaki bagian dalam tidak efektif
untuk menahan torsi.
Tulangan longitudinal yang dibutuhkan
untuk torsi adalah ditambahkan pada
setiap penampang dengan tulangan
longitudinal diperlukan untuk momen
lentur yang bekerja bersamaan dengan
torsi. Tulangan longitudinal kemudian
dipilih dari penjumlahan ini, tetapi
seharusnya tidak kurang dari jumlah yang
diperlukan untuk momen lentur maksimum
pada bagian itu jika melebihi saat bekerja
bersamaan dengan torsi. Jika momen
lentur maksimum terjadi pada suatu
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 187 dari 695

PENJELASAN
penampang, seperti tengah bentang,
sementara momen torsi maksimum terjadi
di bagian lain, seperti muka tumpuan, total
tulangan longitudinal yang diperlukan
mungkin kurang dari yang diperoleh
dengan menambahkan tulangan lentur
maksimum, ditambah tulangan torsi
maksimum. Dalam kasus seperti itu,
tulangan longitudinal yang dibutuhkan
dievaluasi pada beberapa lokasi.

==== 9.5.4.4 Untuk beton prategang, luas total
tulangan longitudinal, As dan Aps, pada tiap
penampang harus dihitung untuk menahan
Mu, ditambah tulangan tarik longitudinal
konsentrik setara dengan Aℓ.fy, didasarkan
pada Tu pada penampang tersebut.

==== R9.5.4.4 Torsi menyebabkan gaya aksial
tarik pada tulangan longitudinal diimbangi
oleh gaya strut diagonal tekan beton. Pada
balok nonprategang, gaya tarik harus
dipikul oleh tulangan longitudinal yang
memiliki kekuatan aksial tarik sebesar Aℓ.fy.
Tulangan ini adalah tambahan pada
tulangan lentur yang diperlukan dan
didistribusikan secara merata di dalam dan
di sekeliling tulangan sengkang tertutup
sehingga resultan dari Aℓ.fy bekerja
sepanjang sumbu balok.
Pada balok prategang, pendekatan yang
sama (memberikan tambahan tulangan
dengan kekuatan Aℓ.fy) harus diikuti, atau
kelebihan kekuatan dari tulangan
prategang digunakan untuk menahan
beberapa bagian gaya aksial Aℓ.fy.
Tegangan tulangan prategang pada
kekuatan nominal berada di antara fse dan
fps. Sebagian dari gaya Aℓ.fy dapat ditahan
oleh gaya Aps.Δfpt pada tulangan prategang,
dimana Δfpt adalah perbedaan antara
tegangan yang dapat disalurkan pada
strand di penampang yang ditinjau dan
tegangan yang diperlukan untuk menahan
momen lentur pada penampang tersebut,
Mu. Tegangan yang diperlukan untuk
menahan momen lentur bisa dihitung
sebagai Mu/(ϕ0,9dpAps). Untuk strand
prategang, tegangan dapat terjadi di dekat
ujung bebas strand dihitung menggunakan
prosedur yang diilustrasikan pada
Gambar. R25.4.8.3.

==== 9.5.4.5 Diizinkan untuk mengurangi luas
tulangan torsi longitudinal pada daerah
tekan lentur sejumlah yang sama dengan
Mu/(0,9dfy) dimana Mu terjadi
bersamaan dengan Tu pada penampang,
kecuali luas tulangan longitudinal tidak

==== R9.5.4.5 Tarik longitudinal akibat torsi
diimbangi sebagian oleh tekan di daerah
tekan lentur, memungkinkan pengurangan
tulangan longitudinal torsi yang diperlukan
pada daerah tekan tersebut.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 188 dari 695

STANDAR
boleh lebih kecil dari syarat minimum di
9.6.4.

==== 9.5.4.6 Untuk penampang solid dengan
aspek rasio h/bt ≥ 3, harus menggunakan
prosedur desain alternatif, asalkan
kecukupan prosedur telah ditunjukkan oleh
analisis dan secara subtansi sesuai
dengan hasil uji yang komprehensif.
Persyaratan tulangan minimum 9.6.4 tidak
perlu dipenuhi, namun persyaratan
pendetailan 9.7.5 dan 9.7.6.3 digunakan.

==== R9.5.4.6 Contoh dari desain alternatif
yang memenuhi ketentuan ini dapat
ditemukan di Zia dan Hsu (2004), telah
secara luas dan berhasil digunakan untuk
desain pracetak, balok spandrel beton
pracetak dengan h/bt ≥ 3 dan
sengkang tertutup. Edisi ketujuh dari PCI
Design Handbook (PCI MNL-120)
menjelaskan prosedur Zia dan Hsu (2004).
Prosedur ini telah diverifikasi secara
eksperimental oleh tes yang dijelaskan
dalam Klein (1986).

==== 9.5.4.7 Untuk penampang solid pracetak
dengan aspek rasio h/bt ≥ 4,5, harus
menggunakan prosedur desain alternatif
dan sengkang terbuka (open web
reinforcement), asalkan kecukupan
prosedur dan tulangan telah ditunjukkan
oleh analisis dan persetujuan substansial
dengan hasil uji komprehensif.
Persyaratan tulangan minimum 9.6.4 dan
persyaratan pendetailan 9.7.5 dan 9.7.6.3
tidak harus dipenuhi.

==== R9.5.4.7 Hasil eksperimen yang
dijelaskan dalam Lucier et al. (2011a)
menunjukkan bahwa tulangan badan
terbuka yang didesain secara benar
adalah sebuah alternatif yang aman dan
efektif terhadap sengkang tertutup
tradisional untuk spandrel pracetak
dengan h/bt ≥ 4,5. Lucier et al. (2011b)
menyajikan prosedur desain yang
memenuhi ketentuan ini untuk spandrel
langsing dan memaparkan batasan kondisi
dimana prosedur ini berlaku.

==== 9.6 - Batasan tulangan

==== R9.6 - Batasan tulangan

==== 9.6.1 Tulangan lentur minimum pada
balok nonprategang

==== R9.6.1 Tulangan lentur minimum pada
balok nonprategang

==== 9.6.1.1 Luas minimum tulangan lentur
As,min, harus disediakan pada tiap
penampang dimana tulangan tarik
dibutuhkan sesuai analisis.

==== R9.6.1.1 Ketentuan ini dimaksudkan
untuk menghasilkan kekuatan lentur
melebihi kekuatan retak dengan cukup
besar. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan sebuah balok yang mampu
bertahan setelah terjadinya retak lentur,
dengan retak dan lendutan yang terlihat,
dengan demikian memperingatkan
kemungkinan kelebihan beban. Balok
dengan tulangan yang lebih sedikit dapat
terjadi kegagalan secara tiba-tiba dengan
terjadinya retak lentur.
Dalam praktiknya, ketentuan ini hanya
mengontrol desain tulangan balok, untuk
arsitektur atau alasan lain, memiliki
penampang lebih besar daripada yang
diperlukan untuk kekuatan. Dengan
sejumlah kecil tulangan tarik dibutuhkan
untuk kekuatan, kekuatan momen
terhitung dari penampang beton bertulang
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 189 dari 695

PENJELASAN
menggunakan analisis penampang retak
menjadi lebih kecil daripada kekuatan
penampang beton tidak bertulang yang
dihitung dari modulus hancurnya.
Kegagalan seperti kasus ini bisa terjadi
pada retak pertama dan tanpa peringatan.
Untuk mencegah kegagalan seperti itu,
jumlah tulangan tarik minimum diperlukan
baik di daerah momen positif maupun
negatif.

==== 9.6.1.2 As,min harus lebih besar dari a) dan
b), kecuali disediakan 9.6.1.3. Untuk balok
statis tertentu dengan sayap dalam
keadaan tarik, nilai bw harus lebih kecil dari
bf dan 2bw.


a) (0,25 sqrt(fc')/fy).bw.d


b) (1,4/fy).bw.d



==== R9.6.1.2 Jika sayap dari suatu
penampang adalah tertarik, jumlah
tulangan tarik yang diperlukan untuk
membuat kekuatan penampang
bertulangan sama dengan kekuatan
penampang tidak bertulang sekitar dua kali
dari penampang persegi panjang atau
kekuatan penampang bersayap dengan
bagian sayap menerima tekan. Jumlah
tulangan tarik minimum lebih banyak
diperlukan pada kantilever dan balok statis
tertentu lainnya dimana tidak ada
kemungkinan untuk redistribusi momen.

==== 9.6.1.3 Jika As disediakan pada setiap
penampang sekurang-kurangnya
sepertiga lebih besar dari As analisis,
9.6.1.1 dan 9.6.1.2 tidak perlu dipenuhi.

==== 9.6.2 Tulangan lentur minimum pada
balok prategang

==== R9.6.2 Tulangan lentur minimum pada
balok prategang

==== 9.6.2.1 Untuk pelat dengan tulangan
prategang terlekat, jumlah total As dan Aps
harus cukup untuk mengembangkan
beban terfaktor sekurang-kurangnya 1,2
kali beban retak dihitung berdasarkan fr
seperti yang diberikan pada 19.2.3.

==== R9.6.2.1 Tulangan lentur minimum
diperlukan untuk alasan yang sama
dengan balok nonprategang seperti yang
didiskusikan pada R9.6.1.1.
 Kegagalan lentur medadak secara tiba-tiba
setelah retak tidak terjadi bila tulangan
prategang adalah tanpa lekatan (ACI
423.3R); sehingga, persyaratan ini tidak
berlaku untuk komponen struktur dengan
tendon tanpa lekatan.

==== 9.6.2.2 Untuk balok dengan kekuatan
desain lentur dan geser sekurang-kurangnya
dua kali kekuatan perlu, 9.6.2.1
tidak perlu terpenuhi.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 190 dari 695

==== 9.6.2.3 Untuk balok dengan tendon tanpa
lekatan, luas minimum tulangan ulir
longitudinal dengan lekatan As,min harus:


As,min=0,004.Act ... (9.6.2.3)


dimana Act adalah luas penampang yang
berada pada sisi tarik sampai titik berat
penampang bruto.

==== R9.6.2.3 Tulangan terlekat minimum
diperlukan oleh pasal ini pada balok
prategang menggunakan tendon tanpa
lekatan untuk memastikan perilaku lentur
pada kekuatan ultimit balok, daripada
perilaku pelengkung ikat, dan untuk
membatasi lebar dan spasi retak pada
beban layan ketika tegangan tarik beton
melebihi modulus hancur. Tersedianya
tulangan terlekat minimum membantu
memastikan perilaku yang dapat diterima
pada semua tahap pembebanan. Jumlah
minimum tulangan terlekat adalah
berdasarkan penelitian dengan
membandingkan perilaku balok pascatarik
dengan lekatan dan tanpa lekatan
(Mattock et al. 1971). Luas tulangan
terlekat minimum yang dibutuhkan Pers.
(9.6.2.3) tidak bergantung pada fy
tulangan.

==== 9.6.3 Tulangan geser minimum

==== R9.6.3 Tulangan geser minimum

==== 9.6.3.1 Luas minimum tulangan geser
Av,min harus disediakan pada semua
penampang dimana, Vu > 0,5ϕVc kecuali
untuk kasus pada Tabel 9.6.3.1. Untuk
kasus ini, sekurang-kurangnya Av,min harus
dipasang dimana Vu > ϕVc.


Tabel 9.6.3.1 ─ Kasus dimana Av,min
tidak diperlukan jika 0,5.ϕVc < Vu < ϕVc



==== R9.6.3.1 Tulangan geser menahan
perkembangan retak miring sehingga
daktilitas balok ditingkatkan dan
memberikan peringatan kegagalan. Pada
badan balok yang tidak bertulang,
terbentuknya retak miring mungkin
menyebabkan kegagalan langsung tanpa
peringatan. Tulangan seperti itu sangat
bermanfaat jika balok dikenakan gaya tarik
tak terduga atau beban berlebih. Dengan
demikian, luas tulangan geser minimum
tidak kurang dari yang diberikan pada
Tabel 9.6.3.3 diperlukan, dimana Vu lebih
besar dari 0,5ϕVc, atau lebih besar dari ϕVc
untuk kasus-kasus yang ditunjukkan pada
Tabel 9.6.3.1.
 Penelitian (Angelakos et al. 2001; Lubell
et al. 2004; Brown et al. 2006; Becker dan
Buettner 1985; Anderson 1978) telah
menunjukkan bahwa balok tinggi dengan
tulangan sedikit, terutama jika dibuat
dengan beton mutu tinggi atau beton
dengan ukuran agregat kasar yang kecil,
mungkin gagal akibat geser kurang dari Vc
dihitung dari 22.5.5. Balok yang dibebani
terpusat cenderung menunjukan
kerentanan ini. Karena hal ini,
pengecualian untuk jenis balok tertentu
pada Tabel 9.6.3.1 dibatasi untuk kasus
dimana h tidak melebihi 600 mm. Untuk
balok dimana fc' lebih besar dari 48 MPa,
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 191 dari 695

PENJELASAN
pertimbangan harus diberikan untuk
menyediakan tulangan geser minimum jika
h lebih besar dari 450 mm dan Vu lebih
besar dari 0,5ϕVc.
Pengecualian untuk balok yang dibuat
menggunakan beton serat baja sebagai
alternatif desain untuk penggunaan
tulangan geser, sebagaimana didefinisikan
dalam 22.5.10.5, untuk balok dengan
tulangan longitudinal lentur dimana Vu
tidak melebihi 0,17.sqrt(fc').bw.d . Pasal 26
menentukan informasi desain dan
persyaratan penerimaan perlu dimasukkan
ke dalam dokumen konstruksi ketika beton
serat baja digunakan untuk keperluan ini.
Balok beton serat dengan dengan serat
baja berkait atau berlekuk, dalam dosis
seperti dipersyaratkan 26.4.2.2 d), telah
ditunjukkan melalui uji laboratorium
menghasilkan kekuatan geser lebih besar
dari 0,29.sqrt(fc').bw.d (Parra-Montesinos 2006).
Belum ada data untuk penggunaan serat
baja sebagai tulangan geser balok beton
yang terpapar klorida dari zat kimia,
garam, air asin, air payau, air laut, atau
semprotan dari sumber-sumber ini.
Bilamana serat baja digunakan sebagai
tulangan geser di lingkungan korosif,
perlindungan korosi seharusnya
dipertimbangkan.
 Pelat berusuk tidak disertakan dari
persyaratan tulangan geser minimum
untuk 0,5ϕVc < Vu ≤ ϕVc karena ada
kemungkinan pembagian beban antara
daerah lemah dan kuat.
 Bahkan ketika Vu kurang dari 0,5ϕVc,
penggunaan tulangan badan dianjurkan
pada semua balok dengan badan tipis,
komponen pascatarik seperti pelat
berusuk, pelat wafel, balok, dan balok-T,
untuk manahan gaya tarik pada badan
yang dihasilkan dari penyimpangan profil
desain tendon dan untuk menyediakan
pendukung tendon pada profil desain
selama konstruksi. Jika tumpuan yang
memadai tidak disediakan, goyangan
lateral dan penyimpangan lokal dari profil
tendon parabola yang diasumsikan dalam
desain mungkin terjadi selama pegecoran
beton. Dalam kasus seperti itu,
penyimpangan pada tendon cenderung
menjadi lurus saat tendon ditarik. Proses
ini dapat mengakibatkan tegangan tarik
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 192 dari 695

PENJELASAN
yang besar pada badan, dan keretakan
parah dapat terjadi jika tidak disediakan
tulangan badan. Kelengkungan tidak
diinginkan pada tendon, dan tegangan
tarik pada badan, mungkin dapat
diminimalkan dengan mengikat tendon
secara aman ke sengkang ditahan dengan
kaku oleh kerangka komponen tulangan
lainnya. Jarak maksimum sengkang yang
direkomendasikan untuk tujuan ini adalah
nilai terkecil dari 1,5h atau 1,2 m. Jika
berlaku, ketentuan tulangan geser 9.6.3
dan 9.7.6.2.2 akan membutuhkan jarak
sengkang yang lebih dekat.
 Untuk balok dengan beban berulang,
kemungkinan terbentuknya retak tarik
diagonal miring akibat tegangan yang jauh
lebih kecil daripada akibat beban statis
harus diperhitungkan dalam desain. Dalam
hal ini, gunakan setidaknya tulangan geser
minimum disarankan seperti yang
dinyatakan 9.6.3.3 meskipun pengujian
atau perhitungan berdasarkan beban statis
menunjukan bahwa tulangan geser tidak
diperlukan.

==== 9.6.3.2 Jika ditunjukkan dalam pengujian
bahwa Mn dan Vn yang dibutuhkan dapat
terpenuhi, 9.6.3.1 tidak perlu dipenuhi.
Pengujian harus mensimulasikan
pengaruh dari beda penurunan, rangkak,
susut, dan perubahan suhu, berdasarkan
perkiraan realistis terhadap pengaruh yang
terjadi dalam masa layan.

==== R9.6.3.2 Ketika balok diuji untuk
menunjukkan bahwa kekuatan geser dan
lenturnya memadai, dimensi aktual balok
dan kekuatan materialnya telah diketahui.
Oleh karena itu, kekuatan hasil pengujian
dianggap sebagai kekuatan nominal Vn
dan Mn. Mempertimbangkan kekuatan ini
sebagai nilai nominal memastikan bahwa
jika kekuatan material yang sebenarnya di
lapangan kurang dari ditentukan, atau
dimensi balok tidak tepat sehingga
menghasilkan kekuatan balok yang
berkurang, keamanan struktur dapat
dipertahankan karena faktor reduksi
kekuatan ϕ.

==== 9.6.3.3 Jika tulangan geser diperlukan
dan pengaruh torsional dapat diabaikan
sesuai dengan 9.5.4.1, Av,min harus sesuai
dengan Tabel 9.6.3.3.


Tabel 9.6.3.3 – Kebutuhan Av,min



==== R9.6.3.3 Pengujian (Roller dan Russell
1990) telah menunjukan perlunya
meningkatkan luas tulangan geser
minimum dengan meningkatnya kekuatan
beton untuk mencegah kegagalan geser
tiba-tiba ketika retak miring muncul
sehingga persamaan (a) dan (c) pada
Tabel 9.6.3.3 menyediakan peningkatan
luas tulangan transversal minimum secara
bertahap dengan peningkatan kekuatan
beton. Persamaan (b) dan (d) pada Tabel
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 193 dari 695

PENJELASAN
9.6.3.3 menyediakan luas tulangan
transversal minimum terlepas dari
kekuatan beton dan memenuhi untuk
kekuatan beton kurang dari 30 MPa.
Pengujian (Olesen et al. 1967) dari balok
prategang dengan tulangan badan
minimum berdasarkan 9.6.3.3
menunjukkan bahwa nilai terendah dari
Av,min dari persamaan (c) dan (e) sudah
cukup untuk menghasilkan perilaku
daktail. Persamaan (e) dibahas dalam
Olesen et al. (1967).

==== 9.6.4 Tulangan torsi minimum

==== R9.6.4 Tulangan torsi minimum

==== 9.6.4.1 Luas minimum tulangan torsi
harus disediakan di seluruh daerah
dimana 𝑻𝑢 ≥ ɸ𝑻𝒕𝒉 sesuai 22.7.

==== 9.6.4.2 Jika tulangan torsi diperlukan,
tulangan transversal minimum
(Av + 2.At)min/s harus lebih besar dari a) atau
b):


a) 0,062.sqrt(fc').bw/fyt


b) 0,35.bw/fyt



==== R9.6.4.2 Perbedaan dalam definisi Av dan
At perlu diperhatikan: Av adalah luas dua
kaki sengkang tertutup, sedangkan At
adalah luas satu kaki sengkang tertutup.
Jika sebuah kelompok sengkang memiliki
lebih dari dua kaki, hanya kaki yang
berdekatan ke sisi balok diperhitungkan,
seperti yang dibahas dalam R9.5.4.3.
 Pengujian (Roller dan Russell 1990)
balok beton bertulang mutu tinggi telah
menunjukkan bahwa kebutuhan luas
tulangan geser minimum meningkat untuk
mencegah kegagalan geser saat retak
miring terjadi. Meski ada pengujian
terbatas balok beton berkekuatan tinggi
dalam torsi, persamaan untuk luas
minimum sengkang tertutup melintang
telah dibuat konsisten dengan perhitungan
tulangan geser minimum yang diperlukan.

==== 9.6.4.3 Jika tulangan torsi diperlukan,
tulangan longitudinal minimum At,min harus
lebih kecil dari a) dan b):


a) 0,42.sqrt(fc').Acp/fyt - (At/s).ph.fyt/fy


b) 0,42.sqrt(fc').Acp/fyt - (0,175.bw/fyt).ph.fyt/fy


 

==== R9.6.4.3 Akibat kombinasi torsi dan geser,
momen torsi retak menurun dengan
bekerjanya geser, mengarahkan pada
pengurangan tulangan torsi yang
diperlukan untuk mencegah keruntuhan
getas secara tiba-tiba segera setelah
keretakan. Bila dikenakan torsi murni,
spesimen balok beton bertulang dengan
tulangan torsi kurang dari 1% berdasarkan
volume mengalami kegagalan pada retak
torsi pertama (MacGregor dan Ghoneim
1995). Pers. 9.6.4.3 (a) didasarkan pada
rasio 2:1 tegangan torsi terhadap
tegangan geser dan menghasilkan rasio
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 194 dari 695

PENJELASAN
volumetrik tulangan torsi sekitar 0,5 %
(Hsu 1968). Pengujian balok beton
prategang telah menunjukkan bahwa
jumlah yang sama diperlukan untuk
tulangan longitudinal.

==== 9.7 - Pendetailan penulangan

==== R9.7 - Pendetailan penulangan

==== 9.7.1 Umum

==== 9.7.1.1 Selimut beton untuk penulangan
harus sesuai 20.6.1.

==== 9.7.1.2 Panjang penyaluran tulangan ulir
dan tulangan prategang harus sesuai 25.4.

==== 9.7.1.3 Sambungan lewatan tulangan ulir
harus memenuhi sesuai 25.5.

==== 9.7.1.4 Tulangan bundel harus sesuai
dengan 25.6.

==== 9.7.2 Spasi tulangan

==== R9.7.2 Spasi tulangan

==== 9.7.2.1 Spasi minimum s harus sesuai
25.2.

==== 9.7.2.2 Untuk balok nonprategang dan
prategang Kelas C, spasi tulangan
longitudinal terlekat yang terdekat dengan
muka tarik tidak boleh melebihi s sesuai
dengan 24.3.

==== 9.7.2.3 Untuk balok nonprategang dan
prategang kelas C, dengan h melebihi 900
mm, tulangan longitudinal samping harus
didistribusikan merata pada kedua muka
samping balok sejarak h/2 dari muka tarik.
Spasi tulangan longitudinal terlekat tidak
boleh melebihi s yang diberikan dalam
24.3.2, dimana cc adalah selimut bersih
dari muka tulangan samping ke muka
samping balok. Diizinkan untuk
mengikutsertakan tulangan samping pada
perhitungan kekuatan jika analisis
kompatibilitas regangan dilakukan.

==== R9.7.2.3 Untuk balok yang relatif tinggi,
beberapa tulangan harus ditempatkan
dekat dengan sisi tegak dari daerah tarik
untuk mengontrol retak pada badan
(Frantz and Breen 1980; Frosch 2002),
seperti tampak pada Gambar R9.7.2.3.
Tanpa tulangan bantu tersebut, lebar retak
pada badan akan melampaui tingkat lebar
retak pada tulangan lentur tarik.
 Ukuran dari tulangan longitudinal
samping (skin reinforcement) tidak
ditentukan secara khusus; penelitian
menunjukkan bahwa spasi tulangan lebih
penting dibandingkan dengan ukuran
tulangan (Frosch 2002). Batang tulangan
ukuran D10 hingga D16, atau kawat
tulangan yang dilas dengan luas minimum
210 mm2 per meter tinggi, biasanya
disediakan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 195 dari 695


Gambar R9.7.2.3 – Tulangan
longitudinal samping (skin
reinforcement) untuk balok dan pelat
berusuk dengan h > 900 mm



==== 9.7.3 Tulangan lentur pada balok
nonprategang

==== R9.7.3 Tulangan lentur pada balok
nonprategang

==== 9.7.3.1 Gaya tarik atau tekan terhitung
pada tulangan di setiap penampang pelat
harus disediakan pada tiap sisi dari
penampang.

==== 9.7.3.2 Lokasi kritis penyaluran tulangan
adalah titik-titik tegangan maksimum dan
titik-titik di sepanjang bentang dimana
tulangan tarik yang dibengkokan atau
diputus tidak diperlukan lagi untuk
menahan lentur.

==== R9.7.3.2 Pada standar ACI sebelum
tahun 2014, salah satu penampang kritis
didefinisikan sebagai lokasi dimana
tulangan yang berdekatan berhenti atau
dibengkokkan. Pada standar ACI tahun
2014, penampang kritis ini didefinisikan
ulang, “dimana bengkokan atau
pemutusan tulangan tarik tidak lagi
diperlukan untuk menahan lentur.”
 Penampang kritis untuk balok menerus
yang tipikal diindikasikan dengan huruf “c”
untuk titik dengan tegangan maksimum
atau huruf “x” untuk titik dimana bengkokan
atau pemutusan tulangan tarik tidak lagi
diperlukan untuk menahan lentur (Gambar
R.9.7.3.2). Untuk beban merata, tulangan
positif diteruskan sampai ke tumpuan lebih
ditentukan oleh persyaratan 9.7.3.8.1 atau
9.7.3.8.3 daripada oleh panjang
penyaluran yang diukur dari titik momen
maksimum atau pemutusan tulangan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 196 dari 695


Gambar R9.7.3.2 – Penyaluran
tulangan lentur dalam balok menerus
yang tipikal



==== 9.7.3.3 Tulangan harus diteruskan
melewati titik dimana tulangan tersebut
tidak lagi diperlukan untuk menahan lentur
dengan jarak setidaknya yang terbesar
dari d dan 12db, kecuali pada tumpuan
sederhana dan kantilever.

==== R9.7.3.3 Diagram momen yang biasanya
digunakan dalam desain adalah
pendekatan, beberapa pergeseran lokasi
momen maksimum dapat terjadi karena
perubahan pembebanan, penurunan
tumpuan, beban lateral, atau penyebab
lainnya. Retak tarik diagonal dalam
komponen lentur tanpa sengkang mungkin
menggeser lokasi tegangan tarik yang
dihitung sekitar jarak d menuju titik momen
nol. Jika sengkang disediakan, pengaruh
ini berkurang, meskipun masih ada sampai
batas tertentu.
 Untuk menyediakan pergeseran di lokasi
momen maksimum, Pasal ini
mensyaratkan perpanjangan penulangan
sejarak d atau 12db di luar titik hitung
dimana tidak lagi diperlukan untuk
menahan lentur, kecuali sebagaimana
seperti diatur dalam peraturan. Titik potong
tulangan untuk memenuhi persyaratan ini
diilustrasikan pada Gambar R9.7.3.2. Jika
ukuran tulangan digunakan berbeda,
perpanjangan harus sesuai dengan
diameter batang tulangan yang dihentikan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 197 dari 695

==== 9.7.3.4 Penyaluran tulangan tarik lentur
harus memiliki panjang penyaluran paling
sedikit ℓd melewati titik dimana tulangan
tarik yang dibengkokan atau diputus tidak
diperlukan lagi untuk menahan lentur.

==== R9.7.3.4 Tegangan puncak lokal ada di
tulangan yang tersisa di mana tulangan
berdekatan diputus di daerah tarik. Pada
Gambar R9.7.3.2, huruf "x" digunakan
untuk menunjukkan titik di mana
pemutusan tulangan tarik tidak lagi
diperlukan untuk menahan lentur. Jika
tulangan terputus di lokasi ini (lokasi
pemotongan yang diperlukan berada di
luar titik ini sesuai dengan 9.7.3.3),
tegangan puncak di batang tulangan yang
menerus akan mencapai fy di "x". Oleh
karena itu, tulangan menerus diperlukan
untuk mendapatkan perpanjangan 𝓵𝒅
penuh seperti yang ditunjukkan.

==== 9.7.3.5 Tulangan tarik lentur tidak boleh
dihentikan pada area tarik kecuali a), b),
atau c) terpenuhi:


a) Vu ≤ (2/3)ϕVn pada titik putus (cutoff)
b) Untuk tulangan D36 atau yang lebih
kecil, luas tulangan yang diteruskan dua
kali lipat dari luas yang dibutuhkan
untuk lentur pada titik putus dan Vu ≤
(3/4) ϕVn.
c) Luas sengkang berlebih yang
diperlukan untuk geser disediakan di
sepanjang pemutusan tulangan atau
kawat sejarak 3/4d dari titik pemutusan
tulangan. Luas sengkang berlebih
harus tidak boleh kurang dari 0,41bws/fyt.
Spasi s tidak boleh melebihi d/(8βb).



==== R9.7.3.5 Pengurangan kekuatan geser
dan hilangnya daktilitas ketika tulangan
terpotong di daerah tarik, seperti pada
Gambar R9.7.3.2, telah dilaporkan. Pasal
ini tidak mengizinkan penulangan lentur
untuk dihentikan di daerah tarik kecuali
kondisi tambahan dipenuhi. Retak lentur
cenderung terbuka pada tingkat beban
rendah di mana setiap penulangan
diputuskan di daerah tarik. Jika tegangan
dalam penulangan menerus dan kekuatan
geser dekat dengan nilai-nilai yang
membatasi, retak tarik diagonal cenderung
berkembang sebelum waktunya dari
retakan lentur ini. Retak diagonal
cenderung tidak terbentuk jika tegangan
geser rendah ( 9.7.3.5 (a)) atau tegangan
tulangan lentur rendah ( 9.7.3.5 (b)). Retak
diagonal dapat dikekang oleh spasi
sengkang yang rapat ( 9.7.3.5 (c)).
Persyaratan ini tidak dimaksudkan untuk
diterapkan pada sambungan tarik yang
tercakup oleh 25.5.

==== 9.7.3.6 Pengangkuran yang cukup harus
disediakan untuk tulangan tarik dimana
tegangan tulangan tidak proporsional
dengan momen, seperti pada pelat miring,
pelat berundak, pelat tirus, atau dimana
tulangan tarik tidak sejajar dengan
permukaan tekan.

==== 9.7.3.7 Penyaluran tulangan tarik akibat
lentur sepanjang badan diangkur atau
dibuat menerus dengan tulangan pada sisi
balok yang berlawanan harus diizinkan.

==== R9.7.3.7 Sebuah tulangan ditekuk ke sisi
luar balok dan menerus boleh dianggap
efektif dalam mencapai 9.7.3.3 hingga titik
di mana tulangan melewati tengah dari
tinggi komponen.

==== 9.7.3.8 Pemutusan tulangan

==== R9.7.3.8 Pemutusan tulangan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 198 dari 695

==== 9.7.3.8.1 Pada tumpuan sederhana,
setidaknya sepertiga dari tulangan momen
positif maksimum harus diteruskan
sepanjang bawah balok sampai ke
tumpuan, kecuali untuk balok pracetak
dimana tulangan tersebut harus diteruskan
sekurang-kurangnya sampai pusat
panjang landasan.

==== R9.7.3.8.1 Penulangan momen positif
diperpanjang ke dalam tumpuan untuk
menangani pergeseran momen karena
perubahan pembebanan, penurunan
tumpuan, dan beban lateral. Hal ini juga
meningkatkan integritas struktur.
Untuk balok pracetak, toleransi dan
selimut beton harus dipertimbangkan
untuk menghindari tertumpu pada beton
polos di mana tulangan telah dihentikan.

==== 9.7.3.8.2 Pada tumpuan lain, sedikitnya
seperempat dari tulangan momen positif
maksimum harus diteruskan sepanjang
bawah balok ke tumpuan sekurangkurangnya
150 mm dan, jika balok
merupakan bagian dari sistem penahan
beban lateral utama, harus diangkur untuk
menghasilkan fy pada sisi tumpuan.

==== R9.7.3.8.2 Penyaluran tulangan momen
positif pada tumpuan diperlukan untuk
balok yang merupakan bagian dari sistem
penahan beban lateral utama untuk
memberikan daktilitas dalam hal momen
bolak-balik.

==== 9.7.3.8.3 Pada tumpuan sederhana dan
titik balik, db untuk tulangan tarik momen
positif harus dibatasi sedemikian rupa
sehingga ℓd dapat memenuhi a) atau b).
Jika tulangan terputus melewati garis
tengah tumpuan dengan ujung kait standar
atau pengangkuran mekanis yang
setidaknya setara dengan kait standar, a)
atau b) tidak perlu dipenuhi.


a) 𝓵𝒅 ≤ (1,3Mn/Vu + 𝓵a ) jika ujung tulangan
dikekang oleh reaksi tekan
b) 𝓵𝒅 ≤ (𝑴𝒏 ⁄ 𝑽𝒖 + 𝓵𝒂) jika ujung tulangan
tidak dikekang oleh reaksi tekan


 Mn dihitung dengan asumsi semua
tegangan tulangan pada penampang
mencapai fy dan Vu dihitung pada
penampang tersebut. Pada tumpuan, ℓa
adalah panjang penyaluran yang melewati
pusat tumpuan. Pada titik balik, ℓa adalah
panjang penyaluran yang melewati titik
balik, dibatasi dengan nilai terbesar dari d
atau 12db.

==== R9.7.3.8.3 Diameter tulangan tarik
momen positif dibatasi untuk menjaga
bahwa tulangan dapat disalurkan
sependek mungkin sehingga kapasitas
momen adalah lebih besar daripada
momen yang bekerja sepanjang bentang
balok. Sebagaimana diilustrasikan dalam
diagram momen Gambar R9.7.3.8.3 (a),
kemiringan dari diagram momen adalah
Vu, sedangkan kemiringan penyaluran
momen adalah Mn / 𝓵𝒅, dimana Mn adalah
kekuatan lentur nominal penampang.
Dengan mengukur penulangan
sedemikian rupa sehingga kapasitas
kemiringan Mn / 𝓵𝒅 sama atau melebihi
tingkat kemiringan yang diperlukan Vu,
penyaluran yang tepat akan terpenuhi.
Oleh karena itu, Mn/Vu menunjukkan
panjang penyaluran yang tersedia. Pada
kondisi tumpuan menguntungkan,
peningkatan 30 persen untuk Mn/Vu
diizinkan ketika ujung tulangan dikekang
oleh reaksi tekan.
 Penerapan dari ketentuan ini
diilustrasikan pada Gambar. R9.7.3.8.3 (b)
untuk tumpuan sederhana dan pada
Gambar. R9.7.3.8.3 (c) untuk titik belok
(inflection). Sebagai contoh, ukuran
tulangan disediakan pada tumpuan
sederhana terpenuhi hanya jika batang
tulangan yang bersesuaian, ℓd, dihitung
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 199 dari 695

PENJELASAN
sesuai dengan 25.4.2, tidak melebihi
1,3Mn/Vu + 𝓵𝒂.
Besaran ℓd digunakan pada titik belok
dibatasi oleh tinggi efektif dari komponen d
atau 12 kali diameter tulangan (12db),
dipilih yang terbesar. Pembatasan 𝓵𝒂
ditentukan karena data hasil uji tidak
tersedia untuk menunjukkan bahwa
panjang penjangkaran ujung akan
sepenuhnya efektif dalam menyalurkan
tulangan yang memiliki jarak yang pendek
antara titik infleksi dan titik tegangan
maksimum.


Gambar R9.7.3.8.3 – Penentuan
ukuran batang maksimum sesuai
dengan 9.7.3.8.3.



==== 9.7.3.8.4 Setidaknya sepertiga dari
tulangan momen negatif pada tumpuan
harus memiliki panjang penyaluran
melewati titik balik sekurang-kurangnya
terbesar dari d, 12db, dan ℓn/16.

==== 9.7.4 Tulangan lentur pada balok
prategang

==== R9.7.4 Tulangan lentur pada balok
prategang
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 200 dari 695

==== 9.7.4.1 Tendon eksternal harus
dilekatkan pada komponen struktur
sehingga mampu mempertahankan
eksentrisitas yang ditetapkan antara
tendon dan titik berat beton pada semua
rentang lendutan komponen struktur yang
diantisipasi.

==== R9.7.4.1 Tendon eksternal sering
dipasang pada balok beton di berbagai
lokasi di antara pengangkuran, seperti
tengah bentang, titik perempatan, atau titik
pertigaan, untuk pengaruh keseimbangan
beban yang diharapkan, untuk tempat
kedudukan tendon, atau untuk mengatasi
perihal getaran tendon. Pertimbangan
harus diberikan pada pengaruh yang
disebabkan oleh pergeseran profil tendon
dalam hubungan dengan titik berat beton
ketika komponen mengalami deformasi
akibat pengaruh beban prategang dan
beban yang dikerjakan.

==== 9.7.4.2 Jika tulangan nonprategang
diperlukan untuk kekuatan lentur,
persyaratan pendetailan 9.7.3 harus
dipenuhi.

==== R9.7.4.2 Penulangan nonprategang
harus disalurkan untuk mencapai gaya
beban terfaktor. Persyaratan 9.7.3
menentukan bahwa penulangan dengan
lekatan diperlukan untuk kekuatan lentur
akibat beban terfaktor tersalurkan untuk
mencapai gaya tarik atau tekan.

==== 9.7.4.3 Pemutusan tulangan prategang

==== 9.7.4.3.1 Daerah pengakuran pascatarik
harus didesain dan didetailkan sesuai
25.9.

==== 9.7.4.3.2 Angkur pascatarik dan kopler
(coupler) harus didesain dan didetailkan
sesuai 25.8.

==== 9.7.4.4 Pemutusan tulangan ulir balok
dengan tendon tanpa lekatan

==== R9.7.4.4 Pemutusan tulangan ulir pada
balok dengan tendon tanpa lekatan

==== 9.7.4.4.1 Panjang tulangan ulir yang
diperlukan 7.6.2.3 harus sesuai a) dan b):
a) Sekurang-kurangnya ℓn/3 di area
momen positif dan dipusatkan di daerah
tersebut
b) Sekurang-kurangnya ℓn/6 di setiap sisi
muka tumpuan

==== R9.7.4.4.1 Panjang minimum untuk
penulangan dengan lekatan disyaratkan
9.6.2.3. Penelitian (Odello dan Mehta
1967) pada bentang menerus
menunjukkan bahwa panjang minimum ini
memberikan perilaku memuaskan akibat
beban layan dan kondisi beban berfaktor.

==== 9.7.5 Tulangan torsi longitudinal

==== R9.7.5 Tulangan torsi longitudinal

==== 9.7.5.1 Jika tulangan torsi diperlukan,
tulangan torsi longitudinal harus
didistribusikan di sekeliling sisi sengkang
tertutup yang memenuhi 25.7.1.6 atau
sengkang pengekang dengan spasi tidak
lebih dari 300 mm. Tulangan longitudinal
harus berada di dalam sengkang atau

==== R9.7.5.1 Tulangan longitudinal
diperlukan untuk menahan jumlah gaya
tarik longitudinal akibat torsi. Karena gaya
bekerja sepanjang titik berat dari
penampang, titik berat dari penulangan
longitudinal tambahan untuk torsi harus
bertemu dengan titik berat dari
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 201 dari 695

STANDAR
sengkang pengekang, dan sekurangkurangnya
satu tulangan longitudinal atau
tendon harus ditempatkan di setiap sudut.

PENJELASAN
penampang tersebut. Pasal ini
mensyaratkan tulangan longitudinal
didistribusikan di sekeliling sengkang
tertutup. Tulangan longitudial atau tendon
diperlukan di setiap sudut sengkang untuk
menyediakan pengangkuran bagi kaki
sengkang. Tulangan sudut juga ditemukan
efektif dalam menyalurkan kekuatan
torsional dan mengendalikan retak.

==== 9.7.5.2 Tulangan torsi longitudinal harus
memiliki diameter sekurang-kurangnya
0,042 kali spasi tulangan transversal, tapi
tidak kurang dari 10 mm.

==== 9.7.5.3 Tulangan torsi longitudinal harus
diteruskan sejarak sekurang-kurangnya
(bt + d)melewati titik yang disyaratkan oleh
analisis.

==== R9.7.5.3 Jarak (bt + d) di luar titik di mana
tulangan torsi longitudinal dihitung tidak
lagi diperlukan adalah lebih besar dari
jarak yang digunakan untuk tulangan
geser dan lentur karena retak tarik
diagonal torsi berkembang dalam bentuk
heliks. Jarak yang sama diperlukan
9.7.6.3.2 untuk tulangan torsi transversal.

==== 9.7.5.4 Tulangan torsi longitudinal harus
disalurkan pada muka tumpuan pada
kedua ujung balok.

==== R9.7.5.4 Penulangan torsi longitudinal
yang diperlukan pada tumpuan harus
diangkur memadai ke tumpuan. Panjang
penanaman yang cukup harus disediakan
di luar muka bagian dalam dari tumpuan
untuk menyalurkan gaya tarik yang
diperlukan pada batang tulangan atau
tendon. Untuk batang tulangan, ini
mungkin memerlukan tulangan kait atau
tulangan horizontal bentuk U yang
dilewatkan dengan tulangan longitudinal
torsi.

==== 9.7.6 Tulangan transversal

==== R9.7.6 Tulangan transversal

==== 9.7.6.1 Umum

==== 9.7.6.1.1 Tulangan transversal harus
sesuai pasal ini. Syarat yang paling ketat
harus diterapkan.

==== 9.7.6.1.2 Pendetailan tulangan
transversal harus sesuai 25.7.

==== 9.7.6.2 Geser

==== 9.7.6.2.1 Jika diperlukan, tulangan geser
harus disediakan menggunakan
sengkang, sengkang tertutup, atau
tulangan longitudinal yang dibengkokkan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 202 dari 695

==== 9.7.6.2.2 Spasi maksimum tulangan
geser harus sesuai dengan Tabel
9.7.6.2.2.


Tabel 9.7.6.2.2 – Spasi maksimum
tulangan geser



==== 9.7.6.2.3 Sengkang miring dan tulangan
longitudinal yang dibengkokkan
difungsikan sebagai tulangan geser harus
memiliki spasi sehingga setiap garis 45-
derajat, menerus d ⁄ 2 ke arah reaksi dari
setengah tinggi komponen ke tulangan
tarik longitudinal, harus disilang sekurangkurangnya
satu garis tulangan geser.

==== 9.7.6.2.4 Tulangan longitudinal
dibengkokkan difungsikan sebagai
tulangan geser, jika diteruskan ke daerah
tarik, harus menerus dengan tulangan
longitudinal dan, jika diteruskan ke daerah
tekan, harus diangkur d ⁄ 2 melewati
setengah tinggi komponen.

==== 9.7.6.3 Torsi

==== R9.7.6.3 Torsi

==== 9.7.6.3.1 Jika diperlukan, tulangan torsi
transversal harus berupa sengkang
tertutup memenuhi 25.7.1.6 atau
sengkang pengekang tertutup.

==== R9.7.6.3.1 Sengkang harus berupa
sengkang tertutup karena retak miring
akibat torsi dapat terjadi pada semua sisi
suatu komponen.
 Dalam kasus suatu penampang beban
utamanya adalah torsi, selimut beton luar
yang menyelimuti sengkang terlepas pada
gaya torsi yang tinggi (Mitchell and Collins
1976). Hal ini membuat sambungan
lewatan sengkang tidak efektif,
menyebabkan keruntuhan torsi yang
prematur (Behera and Rajagopalan 1969).
Maka dari itu, sengkang tertutup tidak
boleh dibuat dari sepasang sengkang-U
yang dirangkai satu sama lain.

==== 9.7.6.3.2 Tulangan torsi longitudinal
harus diteruskan sejarak sekurang-

==== R9.7.6.3.2 Jarak (bt + d) di luar titik yang
mana tulangan torsi transversal dihitung
tidak diperlukan lagi lebih besar dari yang
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 203 dari 695

STANDAR
kurangnya (bt + d) melewati titik yang
disyaratkan oleh analisis.

PENJELASAN
digunakan untuk geser dan tulangan lentur
karena retak tarik diagonal akibat torsi
terjadi dalam bentuk melingkar. Jarak yang
sama diperlukan 9.7.5.3 untuk tulangan
torsi longitudinal.

==== 9.7.6.3.3 Spasi tulangan torsi transversal
tidak boleh melebihi ph ⁄ 8 dan 300 mm.

==== R9.7.6.3.3 Spasi tulangan torsi
transversal dibatasi untuk memastikan
penyaluran kekuatan torsi pada balok,
mencegah kehilangan kekakuan torsional
yang besar setelah retak, dan mengontrol
lebar retak. Untuk penampang persegi,
batasan ph ⁄ 8 membutuhkan sengkang
kurang lebih d ⁄ 2, terkait dengan 9.7.6.2.

==== 9.7.6.3.4 Untuk penampang berlubang,
jarak dari garis pusat tulangan torsi
transversal ke dalam muka dinding
penampang berlubang harus sekurang-kurangnya
0,5.A0h/ph .

==== R9.7.6.3.4 Tulangan torsi transversal
dalam penampang berlubang harus
ditempatkan pada setengah tebal luar
dinding yang efektif untuk torsi dimana
ketebalan dinding dapat diambil sebesar
𝑨𝒐𝒉 ⁄ 𝒑𝒉 .

==== 9.7.6.4 Dukungan lateral tulangan tekan

==== R9.7.6.4 Dukungan lateral tulangan
tekan

==== 9.7.6.4.1 Tulangan transversal harus
disediakan sepanjang bentang dimana
tulangan tekan longitudinal diperlukan.
Dukungan lateral tulangan tekan
longitudinal harus disediakan sengkang
tertutup atau sengkang tertutup sesuai
9.7.6.4.2 hingga 9.7.6.4.4.

==== R9.7.6.4.1 Tulangan tekan pada balok
harus dilingkupi dengan tulangan
transversal untuk mencegah tekuk.

==== 9.7.6.4.2 Ukuran tulangan transversal
harus sekurang-kurangnya a) atau b).
Kawat ulir atau jaring kawat las dengan
luasan yang sama diperbolehkan.
a) D10 untuk tulangan longitudinal dengan
diameter D32 atau lebih kecil
b) D13 untuk tulangan longitudinal dengan
diameter D36 dan lebih besar dan untuk
bundel tulangan longitudinal.

==== 9.7.6.4.3 Spasi tulangan transversal
harus tidak melebihi sekurang-kurangnya
a) hingga c):
a) 16db tulangan longitudinal
b) 48db tulangan transversal
c) Dimensi terkecil balok

==== 9.7.6.4.4 Tulangan tekan longitudinal
harus diatur sedemikian hingga tiap sudut
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 204 dari 695
dan tulangan tekan bergantian harus
dikelilingi oleh sudut tulangan transversal
dengan sudut tekuk tidak lebih dari 135
derajat, dan jarak bersih antar tulangan
sengkang tidak boleh melebihi 150 mm.

==== 9.7.7 Tulangan integritas struktur pada
balok dicor di tempat.

==== R9.7.7 Tulangan integritas struktur pada
balok dicor di tempat – Pengalaman telah
menunjukkan bahwa integritas
keseluruhan struktur dapat ditingkatkan
cukup besar dengan perubahan kecil pada
pendetailan tulangan dan sambungan.
Inilah tujuan dari bagian ini untuk
meningkatkan kekuatan dan daktilitas
struktur sehingga saat terjadinya
kerusakan pada komponen pendukung
utama atau kejadian pembebanan
abnormal, kerusakan yang terjadi dapat
dilokalisir dan struktur memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk menjaga
kestabilan secara menyeluruh.
 Dengan rusaknya tumpuan, tulangan
atas menerus melewati tumpuan, namun
tidak terkekang oleh sengkang, akan
cenderung lepas dari beton dan tidak akan
memberikan aksi catenary yang diperlukan
sebagai rantai pengikat pada tumpuan
yang rusak. Dengan membuat sebagian
dari tulangan bawah menerus, aksi
catenary dapat diberikan.
 Jika tinggi dari suatu balok menerus
berubah pada suatu tumpuan, tulangan
bawah dalam komponen yang lebih tinggi
harus dihentikan ke dalam tumpuan
dengan sebuah bengkokan standar atau
tulangan berkepala dan tulangan bawah di
dalam komponen yang lebih rendah harus
diteruskan ke dalam dan tersalurkan
sepenuhnya di dalam komponen yang
lebih tinggi.

==== 9.7.7.1 Untuk balok sepanjang keliling
struktur, tulangan integritas struktur harus
sesuai a) hingga c):
a) Sekurang-kurangnya seperempat dari
tulangan maksimum momen positif,
namun tidak kurang dari dua tulangan
atau strand, harus menerus.
b) Sekurang-kurangnya seperenam
tulangan momen negatif tumpuan,
namun tidak kurang dari dua tulangan
atau strand, harus menerus.

==== R9.7.7.1 Tersedianya tulangan atas dan
bawah yang menerus di sekeliling balok
atau tepi balok memberikan ikatan
menerus di sekeliling struktur. Hal ini
bukan bertujuan untuk memberikan suatu
ikatan tarik tulangan menerus dengan
ukuran tetap disekitar keseluruhan keliling
suatu struktur, namun lebih pada
keperluan dimana setengah dari tulangan
lentur atas diperlukan untuk diperpanjang
melewati titik belok oleh 9.7.3.8.4 untuk
lebih diperpanjang dan ditekuk pada atau
dekat tengah bentang seperti disyaratkan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 205 dari 695
c) Tulangan longitudinal integritas struktur
harus dikelilingi oleh sengkang tertutup
sesuai 25.7.1.6 atau sengkang tertutup
sepanjang bentang bersih balok.

PENJELASAN
9.7.7.5. Demikian juga halnya, tulangan
bawah perlu diperpanjang ke tumpuan
seperti pada 9.7.3.8.2 harus dibuat
menerus atau disambung dengan tulangan
bawah dari bentang terdekat. Pada
tumpuan tidak menerus, tulangan
longitudinal diangkur seperti disyaratkan
9.7.7.4.
 Gambar R9.7.7.1 memperlihatkan
sebuah contoh dari sengkang ganda yang
memenuhi persyaratan 9.7.7.1 c) dan
9.7.7.2 b). Kait 90-derajat dari sengkang
tutup ditempatkan pada sisi pelat sehingga
terkekang dengan baik. Sepasang
sengkang-U yang berlewatan satu sama
lain seperti didefinisikan 25.7.1.7 tidak
diizinkan pada balok berangkai atau balok
tepi. Dalam kejadian rusaknya sisi selimut
beton, tulangan longitudinal atas
cenderung untuk lepas dari beton dan
tidak akan cukup terkekang oleh
sambungan lewatan sengkang yang
terbuka. Maka dari itu, tulangan
longitudinal tidak akan memberikan aksi
catenary untuk menjembatani daerah yang
runtuh. Lebih jauh, sambungan sengkang-
U tidak akan efektif pada torsi tinggi seperti
yang didiskusikan pada R9.7.6.3.1.


Gambar R9.7.7.1 – Contoh dari
sengkang terdiri atas dua bagian yang
memenuhi persyaratan 9.7.7.1c) dan
9.7.7.2b)



==== 9.7.7.2 Selain balok perimeter, tulangan
integritas struktur harus sesuai a) atau b):
a) Sekurang-kurangnya seperempat dari
tulangan maksimum momen positif,
namun tidak kurang dari dua tulangan
atau strand, harus menerus.
b) Tulangan longitudinal harus dikelilingi
oleh sengkang tertutup sesuai 25.7.1.6

==== R9.7.7.2 Pada tumpuan tidak menerus,
tulangan longitudinal diangkur seperti
disyaratkan 9.7.7.4
 R9.7.7.1 menyediakan contoh
sengkang dua-bagian yang memenuhi
9.7.7.2b).
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 206 dari 695

STANDAR
atau sengkang tertutup sepanjang
bentang bersih balok.

==== 9.7.7.3 Tulangan integritas struktur
longitudinal harus melewati daerah yang
dibatasi oleh tulangan longitudinal kolom.

==== R9.7.7.3 Dalam kasus dimana dinding
menyediakan dukungan vertikal, tulangan
longitudinal harus melewati atau diangkur
ke dalam dinding.

==== 9.7.7.4 Tulangan integritas struktur
longitudinal pada tumpuan tidak menerus
harus diangkur untuk menyalurkan fy pada
muka tumpuan.

==== 9.7.7.5 Jika sambungan diperlukan
tulangan menerus integritas struktur,
tulangan harus disambung sesuai a) dan
b):
a) Tulangan momen positif harus
disambung pada atau dekat tumpuan.
b) Tulangan momen negatif harus
disambung pada atau dekat tengah
bentang.

==== 9.7.7.6 Sambungan harus berupa
mekanis penuh, las penuh, atau
sambungan lewatan tarik Kelas B.


[ Lanjut Ke 9.8 - Sistem pelat berusuk satu arah
nonprategang
... ]






Kembali ke Daftar Isi
Jelajah ke Daftar Gambar
Jelajah ke Daftar Tabel