==== 8. PASAL 8 – PELAT DUA ARAH

==== 8.1 - Ruang lingkup

==== 8.1.1 Ketentuan pasal ini berlaku untuk
desain sistem pelat prategang dan
nonprategang yang ditulangi untuk lentur
dua arah, dengan atau tanpa balok di antara
tumpuannya, termasuk a) hingga d):
a) Pelat solid
b) Pelat yang dicor di tempat, lantai baja
nonkomposit
c) Pelat beton komposit yang dicor secara
terpisah yang selanjutnya disambung
sedemikian hingga semua elemen
memikul beban sebagai satu kesatuan
d) Sistem pelat berusuk dua arah sesuai

==== 8.8

==== R8.1 - Ruang lingkup
Metode desain dalam pasal ini
berdasarkan pada analisis hasil pengujian
yang panjang (Burns dan Hemakom 1977;
Gamble et al. 1969; Gerber dan Burns
1971; Guralnick dan LaFraugh 1963;
Hatcher et al. 1965, 1969; Hawkins 1981;
Jirsa et al. 1966; PTI DC10.5; Smith dan
Burns 1974; Scordelis et al. 1959;
Vanderbilt et al. 1969; Xanthakis dan Sozen
1963) dari berbagai berbagai catatan yang
diakui tentang sistem pelat. Prinsip dasar
desain berlaku untuk semua sistem struktur
bidang yang mengalami beban transversal.
Beberapa aturan desain yang spesifik yang
membatasi jenis struktur yang diterapkan
pasal ini. Sistem pelat umum yang didesain
sesuai pasal ini termasuk slab datar (flat
slabs), pelat datar (flat plates), pelat dua
arah, dan slab wafel (waffle slabs). Pelat
berpanel dua arah, balok lebar (wideband),
sistem balok.
Pasal ini tidak membahas pelat di atas
tanah yang tidak menyalurkan beban
vertikal dari bagian lain struktur ke tanah.
Untuk pelat dengan balok, prosedur
desain pada pasal ini hanya berlaku ketika
balok terletak di tepi panel dan ketika balok
ditumpu oleh kolom atau tumpuan lain yang
tidak mengalami lendutan pada tepi panel.
Pelat dua arah dengan balok dalam satu
arah, dengan kedua pelat dan balok yang
ditumpu oleh balok gelagar (girder) pada
arah lainnya, dapat didesain menurut
persyaratan umum pasal ini. Desain
semacam itu harus berbasis pada analisis
yang kompatibel dengan posisi lendutan
balok tumpuan dan balok gelagar.
Untuk pelat yang ditumpu oleh dinding,
prosedur perancangan dalam pasal ini
yaitu mengasumsikan dinding tersebut
sebagai elemen balok yang mempunyai
kekakuan tak terhingga; Oleh karena itu,
setiap dinding harus dapat menumpu
panjang keseluruhan dari tepi panel (lihat

==== 8.4.1.7). Dinding dengan lebar kurang dari
panjang keseluruhan dapat diasumsikan
sebagai elemen kolom.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 132 dari 695


==== 8.2 - Umum

==== 8.2.1 Sistem pelat diizinkan untuk didesain
dengan prosedur yang memenuhi kondisi
kesetimbangan dan kompatibilitas
geometrik, yang memenuhi kekuatan
desain di setiap penampang paling sedikit
sama dengan kekuatan perlu, dan semua
persyaratan kemampuan layan terpenuhi.
Metode desain langsung pada 8.10 atau
metode rangka ekuivalen pada 8.11
diizinkan untuk desain apabila sesuai.

==== R8.2 - Umum

==== R8.2.1 Bagian ini mengizinkan desain
yang didasarkan pada prinsip dasar
mekanika struktur, yang dapat
menunjukkan secara jelas bahwa semua
kriteria kekuatan dan kemampuan layan
dipenuhi. Desain pelat didapatkan melalui
kombinasi penggunaan solusi klasik
berdasarkan prinsip kontinum elastis linier,
metode numerik yang berdasarkan pada
elemen diskrit, atau analisis garis leleh,
termasuk, dalam semua kasus, evaluasi
kondisi tegangan di sekitar tumpuan yang
berhubungan dengan torsi, geser, serta
lentur. Desain sistem pelat melibatkan lebih
dari sekedar analisis; setiap penyimpangan
dalam dimensi fisik pelat dari praktek
umum harus dibuktikan dengan
pengetahuan tentang beban yang akan
terjadi dan keandalan dari perhitungan
tegangan dan deformasi struktur tersebut.
Untuk analisis beban gravitasi sistem
pelat dua arah, dua metode analisis
diberikan pada 8.10 dan 8.11. Ketentuan
khusus dari kedua metode desain tersebut,
dibatasi pada aplikasi rangka ortogonal
yang hanya dikenai beban gravitasi. Kedua
metode ini berlaku untuk pelat dua arah
dengan balok serta slab datar (flat slabs
dan pelat datar (flat plates). Pada kedua
metode, distribusi momen ke bagian kritis
pelat mencerminkan pengaruh
pengurangan kekakuan elemen akibat
retak dan geometri tumpuan.

==== 8.2.2 Pengaruh beban terpusat dan
bukaan harus diperhitungkan dalam desain.

==== 8.2.3 Pelat prategang dengan tegangan
tekan efektif rata-rata kurang dari 0,9 MPa
harus didesain sebagai pelat nonprategang.

==== 8.2.4 Sebuah drop panel pada pelat
nonprategang yang digunakan untuk
mengurangi ketebalan perlu minimum
sesuai 8.3.1.1 atau jumlah tulangan ulir
momen negatif pada tumpuan yang sesuai

==== 8.5.2.2, harus memenuhi a) dan b):
a) Drop panel harus menjorok di bawah
pelat paling sedikit seperempat tebal
pelat bersebelahan.
b) Drop panel harus diteruskan di setiap
arah dari garis pusat tumpuan dengan

==== R8.2.4 dan R8.2.5 Dimensi drop panel
yang ditentukan dalam 8.2.4 diperlukan
untuk mengurangi jumlah tulangan momen
negatif menurut 8.5.2.2 atau untuk
memenuhi ketebalan pelat minimum yang
diizinkan pada 8.3.1.1. Jika dimensi kurang
dari yang ditentukan dalam 8.2.4, proyeksi
dapat digunakan sebagai tambahan kepala
kolom (shear cap) untuk meningkatkan
kekuatan geser pelat. Untuk pelat dengan
perubahan ketebalan, penting untuk
dilakukan pengecekan terhadap kekuatan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 133 dari 695

jarak tidak kurang dari seperenam
panjang bentang yang diukur dari pusat
ke pusat tumpuan dalam arah tersebut.
geser pada beberapa bagian (lihat 22.6.4.1
(b)).

==== 8.2.5 Sebuah kepala kolom, yang
digunakan untuk memperbesar penampang
kritis geser pada joint pelat-kolom, harus
menjorok di bawah pelat dan diteruskan
secara horizontal dari muka kolom sejarak
sekurang-kurangnya sama dengan
ketebalan kepala kolom.

==== 8.2.6 Material

==== 8.2.6.1 Properti desain beton harus dipilih
sesuai Pasal 19.

==== 8.2.6.2 Properti desain tulangan baja
harus dipilih sesuai Pasal 20.

==== 8.2.6.3 Persyaratan material, desain, dan
pendetailan untuk penanaman dalam beton
harus sesuai 20.7.

==== 8.2.7 Sambungan ke komponen struktur
lain

==== R8.2.7 Sambungan ke komponen struktur
lain – Keamanan sistem pelat memerlukan
pertimbangan mengenai penyaluran beban
dari pelat ke kolom yang diakibatkan oleh
lentur, torsi, dan geser.

==== 8.2.7.1 Joint balok-kolom dan pelat-kolom
harus memenuhi Pasal 15.

==== 8.3 - Batasan desain

==== 8.3.1 Ketebalan minimum pelat

==== R8.3 - Batasan desain

==== R8.3.1 Ketebalan minimum pelat –
Ketebalan minimum pelat pada 8.3.1.1 dan

==== 8.3.1.2 tidak tergantung pada pembebanan
dan modulus elastisitas beton, keduanya
memiliki pengaruh signifikan pada
lendutan. Ketebalan minimum ini tidak
berlaku untuk pelat dengan beban
tambahan yang sangat besar atau untuk
beton dengan modulus elastisitas yang
relatif rendah dibandingkan beton normal.
Lendutan harus dihitung untuk situasi
tersebut.

==== 8.3.1.1 Untuk pelat nonprategang tanpa
balok interior yang membentang di antara
tumpuan pada semua sisinya yang memiliki
rasio bentang panjang terhadap bentang
pendek maksimum 2, ketebalan pelat
keseluruhan h tidak boleh kurang dari
batasan pada Tabel 8.3.1.1, dan memiliki

==== R8.3.1.1 Ketebalan minimum pada Tabel

==== 8.3.1.1 adalah telah dikembangkan selama
bertahun-tahun.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 134 dari 695

nilai terkecil antara a) atau b), kecuali
batasan lendutan yang dihitung dari 8.3.2
dipenuhi:
a) Pelat tanpa drop panel sesuai

==== 8.2.4…………………………….125 mm
b) Pelat dengan drop panel sesuai 8.2.4
………………………………….100 mm
Tabel 8.3.1.1 – Ketebalan minimum pelat dua arah
nonprategang tanpa balok interior (mm)[1]
fy ,
MPa[2]
Tanpa drop panel[3] Dengan drop panel[3]
Panel eksterior
Panel
interior
Panel eksterior
Panel
interior
Tanpa
balok
tepi
Dengan
balok
tepi[4]
Tanpa
balok
tepi
Dengan
balok
tepi[4]
280 ℓn/33 ℓn/36 ℓn/36 ℓn/36 ℓn/40 ℓn/40
420 ℓn/30 ℓn/33 ℓn/33 ℓn/33 ℓn/36 ℓn/36
520 ℓn/28 ℓn/31 ℓn/31 ℓn/31 ℓn/34 ℓn/34
[1]ℓn adalah jarak bersih ke arah memanjang, diukur dari muka ke muka tumpuan
(mm)
[2]Untuk fy dengan nilai diantara yang diberikan dalam tabel, ketebalan minimum
harus dihitung dengan interpolasi linear
[3]Drop panel sesuai 8.2.4
[4]Pelat dengan balok di antara kolom sepanjang tepi eksterior. Panel eksterior
harus dianggap tanpa balok pinggir jika αf kurang dari 0,8. Nilai αf untuk balok tepi
harus dihitung sesuai 8.10.2.7

==== 8.3.1.2 Untuk pelat nonprategang dengan
balok membentang di antara tumpuan di
semua sisi, ketebalan pelat keseluruhan h
harus memenuhi batasan pada Tabel

==== 8.3.1.2, kecuali batas lendutan yang
dihitung dengan 8.3.2 dipenuhi.

==== R8.3.1.2 Untuk panel yang memiliki rasio
bentang panjang terhadap bentang pendek
lebih besar dari 2, penggunaan persamaan
(b) dan (d) pada Tabel 8.3.1.2, dengan
perbandingan bentang terpanjang, dapat
memberikan hasil yang tidak masuk akal.
Untuk panel tersebut diharuskan
menggunakan aturan yang berlaku untuk
konstruksi satu arah di 7.3.1.
Tabel 8.3.1.2 – Ketebalan minimum pelat
dua arah nonprategang dengan balok di
antara tumpuan pada semua sisinya
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 135 dari 695

αfm
[1] h minimum, mm
αfm ≤ 0,2 8.3.1.1 berlaku (a)
0,2 < αfm ≤ 2,0
Terbesar
dari: 36 5  0 2
1400
0 8
,
,
   
  
 
fm
y
n
f
(b)[2],[3]
125 (c)
αfm > 2,0
Terbesar
dari:  
  
 
9 36
1400
8 0
y
n
f
 ,
(d)[2],[3]
90 (e)

==== 8.3.1.2.1 Pada pelat tepi tidak menerus
yang sesuai 8.3.1.2, harus disediakan balok
tepi dengan αf ≥ 0,80, atau ketebalan
minimum harus memenuhi (b) atau (d) pada
Tabel 8.3.1.2 dan harus diperbesar paling
sedikit 10 persen pada panel tepi yang tidak
menerus.

==== 8.3.1.3 Ketebalan penutup lantai (floor
finish) beton diizinkan untuk dimasukkan ke
dalam nilai h jika pengecoran dilakukan
secara monolit dengan pelat lantai atau jika
penutup lantai dirancang komposit dengan
pelat lantai sesuai 16.4.

==== R8.3.1.3 Standar ini tidak menyebutkan
secara spesifik ketebalan tambahan untuk
permukaan aus yang digunakan untuk
kondisi yang banyak gerusan.
Penambahan ketebalan untuk kondisi yang
banyak gerusan, diserahkan pada
perencana ahli bersertifikat.
Penutup lantai beton dapat
dipertimbangkan untuk tambahan
kerkuatan jika dicor secara monolit dengan
pelat. Penutup lantai beton dengan
pengecoran terpisah diizinkan dimasukkan
ke dalam ketebalan struktur jika aksi
komposit terjadi sesuai 16.4.

==== 8.3.1.4 Jika sengkang kaki tunggal atau
kaki banyak digunakan sebagai tulangan
geser, ketebalan pelat harus cukup untuk
memenuhi persyaratan untuk d sesuai
22.6.7.1.

==== 8.3.2 Perhitungan batas lendutan R8.3.2 Perhitungan batas lendutan

==== 8.3.2.1 Lendutan sesaat dan jangka
panjang harus dihitung sesuai 24.2 dan
tidak boleh melebihi batas dalam 24.2.2
untuk pelat dua arah yang diberikan dalam
a) hingga c):
a) Pelat nonprategang yang tidak
memenuhi 8.3.1

==== R8.3.2.1 Untuk pelat datar prategang
yang kontinu di atas dua atau lebih bentang
pada setiap arah, rasio bentang terhadap
ketebalan umumnya tidak boleh melebihi
42 untuk lantai dan 48 untuk atap; batas ini
dapat ditingkatkan menjadi 48 dan 52, jika
perhitungan membuktikan bahwa baik
lendutan jangka pendek maupun jangka
panjang, lawan lendut (camber), dan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 136 dari 695

b) Pelat nonprategang tanpa balok interior
yang membentang di antara tumpuan
pada semua sisinya dan memiliki rasio
bentang panjang dan bentang pendek
melebihi 2,0
c) Pelat prategang
frekuensi dan amplitudo getaran masih
memenuhi syarat.
Lendutan jangka pendek dan jangka
panjang serta lawan lendut harus dihitung
dan diperiksa terhadap persyaratan
kemampuan layan dari struktur tersebut.

==== 8.3.2.2 Untuk pelat beton komposit
nonprategang yang memenuhi 8.3.1.1 atau

==== 8.3.1.2, lendutan yang terjadi setelah
struktur menjadi komposit tidak perlu
dihitung. Lendutan yang terjadi sebelum
struktur menjadi komposit harus ditinjau,
kecuali ketebalan prakomposit juga
memenuhi 8.3.1.1 atau 8.3.1.2.

==== R8.3.2.2 Jika sebagian elemen struktur
komposit adalah prategang, atau jika
komponen struktur diprategang setelah
pengecoran, ketentuan 8.3.2.1 berlaku dan
lendutan harus dihitung. Untuk komponen
komposit nonprategang, lendutan perlu
dihitung dan dibandingkan dengan nilai
batas pada Tabel 24.2.2, hanya jika
ketebalan elemen struktur pracetak
tersebut kurang dari ketebalan minimum
yang diberikan pada Tabel 8.3.1.1. Dalam
konstruksi tanpa penopang (unshored),
ketebalan bergantung pada apakah
lendutan sebelum atau sesudah aksi
komposit yang efektif di perhitungkan.

==== 8.3.3 Batas regangan tulangan pelat
nonprategang

==== R8.3.3 Batas regangan tulangan pelat
nonprategang

==== 8.3.3.1 Untuk pelat nonprategang, εt
sekurang-kurangnya 0,004.

==== R8.3.3.1 Pengaruh dari batasan ini adalah
untuk membatasi rasio tulangan pada pelat
nonprategang untuk mengurangi perilaku
getas lentur jika terjadi kelebihan beban.
Batasan ini tidak berlaku untuk pelat
prategang.

==== 8.3.4 Batas tegangan pelat prategang

==== 8.3.4.1 Pelat prategang harus didesain
sebagai Kelas U dengan f f ' t c 0,5
Tegangan lain pada pelat prategang sesaat
setelah transfer dan saat beban layan tidak
boleh melebihi tegangan izin pada 24.5.3
dan 24.5.4.

==== 8.4 - Kekuatan perlu

==== 8.4.1 Umum

==== R8.4 - Kekuatan perlu

==== R8.4.1 Umum

==== 8.4.1.1 Kekuatan perlu harus dihitung
sesuai dengan kombinasi beban terfaktor
dalam Pasal 5.

==== 8.4.1.2 Kekuatan perlu harus dihitung
sesuai dengan prosedur analisis yang
diberikan pada Pasal 6. Sebagai alternatif,

==== R8.4.1.2 Penggunaan metode analisis
rangka ekuivalen (lihat 8.11) atau metode
analisis numerik diperlukan untuk
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 137 dari 695

ketentuan-ketentuan dari 8.10 untuk
metode desain langsung diizinkan untuk
analisis pelat nonprategang dan ketentuanketentuan
dari 8.11 untuk metode kerangka
ekuivalen diizinkan untuk analisis pelat
prategang dan nonprategang, kecuali

==== 8.11.6.5 dan 8.11.6.6 tidak berlaku untuk
pelat prategang.
penentuan baik momen layan maupun
momen terfaktor, serta geser pada sistem
pelat prategang. Metode analisis rangka
ekuivalen telah dibuktikan oleh pengujian
model dengan struktur besar untuk
memprediksi momen terfaktor dan geser
pada sistem pelat prategang (Smith and
Burns 1974; Burns and Hemakom 1977;
Hawkins 1981; PTI DC10.5; Gerber and
Burns 1971; Scordelis et al. 1959).
Penelitian terdahulu juga menunjukkan
bahwa analisis dengan menggunakan
penampang prismatik atau perkiraan
kekakuan lainnya dapat memberikan hasil
yang salah dan tidak aman. Pasal 8.11.6.5
tidak diaplikasikan ke sistem pelat
prategang. Redistribusi momen untuk pelat
prategang, dapat diizinkan sesuai 6.6.5.
Pasal 8.11.6.6 tidak berlaku untuk sistem
pelat prategang karena distribusi momen
antara lajur kolom dan lajur tengah yang
dipersyaratkan 8.11.6.6 didasarkan pada
pengujian pelat beton nonprategang.
Metode analisis yang disederhanakan
dengan menggunakan koefisien rata-rata
tidak berlaku untuk sistem pelat beton
prategang. PTI DC20.8 menyediakan
panduan untuk sistem pelat beton
prategang.

==== 8.4.1.3 Untuk pelat prategang, pengaruh
reaksi perletakan akibat prategang harus
diperhitungkan sesuai 5.3.11.

==== 8.4.1.4 Untuk sistem pelat yang ditumpu
oleh kolom atau dinding, dimensi c1, c2, dan
ℓn harus didasarkan pada luas tumpuan
efektif yang didefinisikan oleh perpotongan
bawah pelat, atau drop panel atau kepala
kolom bila ada, dengan kerucut lingkaran
tegak lurus, piramida tegak lurus, atau baji
tirus (tapered wedge) terbesar yang
permukaannya berada dalam kolom dan
kepala kolom (capital) atau bracket dan
diorientasikan tidak lebih besar dari 45
derajat terhadap sumbu kolom.

==== 8.4.1.5 Lajur kolom adalah suatu lajur
desain dengan lebar pada masing-masing
sisi garis pusat kolom sama dengan nilai
terkecil dari 0,25ℓ2 dan 0,25ℓ1. Lajur kolom
harus termasuk balok dalam lajur, bila ada.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 138 dari 695


==== 8.4.1.6 Lajur tengah adalah suatu lajur
desain yang dibatasi oleh dua lajur kolom.

==== 8.4.1.7 Suatu panel dibatasi oleh sumbusumbu
kolom, balok, atau dinding pada
semua sisinya.

==== R8.4.1.7 Sebuah panel mencakup semua
elemen lentur antar garis tengah kolom.
Dengan demikian, lajur kolom mencakup
balok, jika ada.

==== 8.4.1.8 Untuk konstruksi monolit atau
komposit penuh yang menumpu pelat dua
arah, suatu balok mencakup bagian pelat
pada setiap sisi balok yang membentang
dengan jarak yang sama dengan proyeksi
bagian balok di atas atau di bawah pelat
tersebut, diambil yang terbesar, tapi tidak
lebih besar dari empat kali tebal pelat.

==== R8.4.1.8 Untuk konstruksi monolit atau
konstruksi komposit penuh, sebagian dari
pelat sebagai sayap merupakan bagian
dari balok. Dua contoh aturan diberikan
pada Gambar R8.4.1.8.
Gambar R8.4.1.8 – Contoh bagian pelat
yang dimasukkan ke balok sesuai

==== 8.4.1.8.

==== 8.4.1.9 Penggabungan hasil analisis
beban gravitasi dengan hasil analisis beban
lateral diizinkan.

==== 8.4.2 Momen terfaktor R8.4.2 Momen terfaktor

==== 8.4.2.1 Untuk pelat yang dibangun
menyatu dengan tumpuan, Mu pada
tumpuan diizinkan untuk dihitung pada
muka tumpuan, kecuali jika dianalisis sesuai

==== 8.4.2.2.

==== 8.4.2.2 Untuk pelat yang dianalisis dengan
menggunakan metode desain langsung
atau metode rangka ekuivalen, Mu pada
tumpuan harus sesuai 8.10 atau 8.11.

==== 8.4.2.3 Momen pelat terfaktor yang
ditahan oleh kolom

==== R8.4.2.3 Momen pelat terfaktor yang
ditahan oleh kolom

==== 8.4.2.3.1 Jika beban gravitasi, angin,
gempa, atau pengaruh lainnya
menyebabkan transfer momen di antara
pelat dan kolom, fraksi Msc momen pelat
terfaktor ditahan oleh kolom pada joint,
harus ditransfer secara lentur sesuai

==== 8.4.2.3.2 hingga 8.4.2.3.5.

==== R8.4.2.3.1 Bagian ini berkaitan dengan
sistem pelat tanpa balok.
hb
bw bw
hb
hf
hb 4hf
bw + 2hb bw + 8hf
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 139 dari 695


==== 8.4.2.3.2 Besarnya fraksi momen pelat
terfaktor yang ditahan oleh kolom, γfMsc,
harus dianggap untuk disalurkan sebagai
lentur, dimana γf harus dihitung dengan:
2
1
3
2
1
1
b
b
f
  (8.4.2.3.2)

==== 8.4.2.3.3 Lebar efektif pelat bpelat untuk
menahan γfMsc harus selebar kolom atau
kepala kolom ditambah 1,5h dari pelat atau
drop panel pada salah satu sisi kolom atau
kepala kolom.

==== 8.4.2.3.3 Hasil tes dan pengalaman
menunjukkan bahwa, kecuali ada langkah
yang diterapkan untuk menahan tegangan
torsi dan geser, semua tulangan yang
menopang momen yang ditransfer ke
kolom lewat lentur harus ditempatkan
antara garis satu setengah tebal pelat atau
drop panel, 1,5h pada kedua sisi kolom.

==== 8.4.2.3.4 Untuk pelat nonprategang,
dimana batasan pada vug dan εt pada Tabel

==== 8.4.2.3.4 terpenuhi, γf diizinkan untuk
dinaikkan ke nilai termodifikasi maksimum
seperti pada Tabel 8.4.2.3.4, di mana vc
dihitung sesuai 22.6.5, dan vug adalah
tegangan geser terfaktor pada penampang
kritis pelat untuk aksi dua arah akibat beban
gravitasi tanpa transfer momen.
Tabel 8.4.2.3.4 – Nilai termodifikasi
maksimum γf untuk pelat dua arah
nonprategang
Letak
kolom
Arah
bentang
vug
εt
(termasuk
bpelat)
Modifikasi
γf
maksimum
Kolom
sudut
Salah
satu
arah
≤0,5ϕvc ≥0,004 1,0
Kolom
tepi
Tegak
lurus
tepi
≤0,75ϕvc ≥0,004 1,0
Sejajar
tepi
≤0,4ϕvc ≥0,010
1 0
3
2
1
1 25
2
1
,
,
 

b
b
Kolom
interior
Salah
satu
arah
≤0,4ϕvc ≥0,010
1 0
3
2
1
1 25
2
1
,
,
 

b
b

==== R8.4.2.3.4 Pengujian mengindikasikan
bahwa pendistribusian Msc yang disalurkan
oleh geser dan lentur pada kolom eksterior
dan interior cukup fleksibel. Kolom interior,
eksterior, dan kolom sudut mengacu pada
sambungan pelat-kolom yang mana keliling
kritis untuk kolom persegi panjang memiliki
empat, tiga, atau dua sisi.
Pada kolom eksterior, untuk Msc yang
menahan sumbu yang sejajar dengan
tepinya, bagian momen yang disalurkan
oleh eksentrisitas geser γvMsc dapat
dikurangi, asalkan geser terfaktor yang
diperhitungkan pada kolom (tidak termasuk
geser yang dihasilkan akibat penyaluran
momen) tidak melebihi 75 persen kekuatan
geser ϕvc sebagaimana didefinisikan dalam
22.6.5.1 untuk kolom tepi, atau 50 persen
untuk kolom sudut. Pengujian (Moehle
1988; ACI 352.1R) mengindikasikan bahwa
tidak ada interaksi yang signifikan antara
geser dan Msc pada kolom eksterior untuk
kasus tersebut. Perhatikan bahwa sebagai
γvMsc menurun, γfMsc akan meningkat.
Evaluasi pengujian kolom interior
menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam
mendistribusikan Msc yang disalurkan
melalui geser dan lentur dimungkinkan,
namun dengan lebih terbatas daripada
kolom eksterior. Untuk kolom interior, Msc
yang disalurkan dengan lentur diizinkan
untuk ditingkatkan hingga 25 persen,
asalkan geser terfaktor yang
diperhitungkan (tidak termasuk geser yang
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 140 dari 695

disebabkan oleh perpindahan momen)
pada kolom interior tidak melebihi 40
persen dari kekuatan geser ϕvc
sebagaimana didefinisikan dalam 22.6.5.1.
Jika geser terfaktor untuk sambungan
kolom-pelat cukup besar, sambungan
kolom-pelat tidak selalu bisa menyalurkan
semua tulangan dengan lebar efektif.
Modifikasi sambungan kolom-pelat interior
dalam ketentuan ini hanya diizinkan untuk
tulangan yang diperlukan untuk
mengembangkan γfMsc pada lebar efektif
yang memiliki tegangan tarik bersih εt tidak
kurang dari 0,010. Penggunaan Pers.
(8.4.2.3.2) tanpa modifikasi yang diizinkan
dalam ketentuan ini umumnya akan
menunjukkan kondisi kelebihan tegangan
pada joint. Ketentuan ini dimaksudkan
untuk meningkatkan perilaku daktail pada
sambungan pelat-kolom. Jika momen yang
berlawanan terjadi pada sisi lainnya pada
kolom interior, rasio tulangan atas dan
bawah harus dipusatkan pada lebar efektif.
Rasio tulangan atas dan bawah sebesar 2
sudah cukup seperti ditunjukkan oleh
pengamatan.

==== 8.4.2.3.5 Konsentrasi tulangan pada
kolom dengan spasi yang lebih rapat atau
tulangan tambahan harus digunakan untuk
menahan momen pada lebar efektif pelat
sesuai 8.4.2.3.2 dan 8.4.2.3.3.

==== 8.4.2.3.6 Fraksi Msc yang tidak menahan
lentur harus dianggap ditahan oleh
eksentrisitas geser sesuai 8.4.4.2.

==== 8.4.3 Geser satu arah terfaktor

==== 8.4.3.1 Untuk pelat yang dibangun
menyatu dengan tumpuan, Vu pada
tumpuan harus dihitung pada muka
tumpuan.

==== 8.4.3.2 Penampang antara muka tumpuan
dan penampang kritis yang terletak sejauh d
dari permukaan tumpuan untuk pelat
nonprategang atau h/2 dari muka tumpuan
untuk pelat prategang harus dirancang
untuk memenuhi Vu pada penampang kritis
jika a) hingga c) terpenuhi:
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 141 dari 695

a) Reaksi perletakan, dalam arah geser
yang terjadi, menimbulkan tekan ke
daerah ujung pelat
b) Beban diberikan pada atau dekat bagian
atas permukaan pelat
c) Tidak ada beban terpusat antara muka
tumpuan dan penampang kritis

==== 8.4.4 Geser dua arah terfaktor R8.4.4 Geser dua arah terfaktor –
Tegangan geser yang dihitung di pelat di
sekitar kolom harus sesuai dengan
persyaratan 22.6.

==== 8.4.4.1 Penampang kritis

==== 8.4.4.1.1 Pelat harus dievaluasi untuk
geser dua arah di dekat kolom, beban
terpusat, dan daerah reaksi pada
penampang kritis sesuai 22.6.4.

==== 8.4.4.1.2 Pelat yang ditulangi dengan
sengkang atau tulangan geser berkepala
(headed shear stud) harus dievaluasi untuk
geser dua arah pada penampang kritis
sesuai 22.6.4.2.

==== 8.4.4.1.3 Pelat yang diperkuat dengan
kepala geser (shear heads) harus
dievaluasi untuk geser dua arah pada
penampang kritis sesuai 22.6.9.8.

==== 8.4.4.2 Tegangan geser dua arah terfaktor
akibat geser dan momen pelat terfaktor
yang ditahan oleh kolom

==== R8.4.4.2 Tegangan geser dua arah
terfaktor akibat geser dan momen pelat
terfaktor yang ditahan oleh kolom

==== 8.4.4.2.1 Untuk geser dua arah dengan
momen pelat terfaktor yang ditahan oleh
kolom, tegangan geser terfaktor vu harus
dihitung pada penampang kritis sesuai

==== 8.4.4.1. Tegangan geser terfaktor vu sesuai
kombinasi vug dan tegangan geser yang
dihasilkan oleh γvMsc, di mana γv diberikan
pada 8.4.4.2.2 dan Msc diberikan pada

==== 8.4.2.3.1.

==== 8.4.4.2.2 Fraksi Msc yang ditransfer oleh
eksentrisitas geser, γvMs, harus diterapkan
pada pusat penampang kritis sesuai 8.4.4.1,
di mana:
γv 1 γf (8.4.4.2.2)

==== R8.4.4.2.2 Hanson dan Hanson (1968)
menemukan bahwa saat momen
disalurkan antara kolom dan pelat, 60
persen momen harus dipertimbangkan
untuk disalurkan oleh lentur melewati
keliling kritis yang didefinisikan dalam
22.6.4.1, dan 40 persen oleh eksentrisitas
geser dari pusat penampang kritis. Untuk
kolom persegi panjang, bagian momen
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 142 dari 695

yang ditransfer oleh lentur meningkat
seiring dengan lebar kritis dari muka kolom
yang menahan momen meningkat, seperti
yang diberikan oleh Pers. (8.4.2.3.2).
Sebagian besar data di Hanson dan
Hanson (1968) diperoleh dari pengujian
kolom persegi. Informasi terbatas tersedia
untuk kolom lingkaran; Namun, ini dapat
diperkirakan sebagai kolom persegi
menurut 8.10.1.3.

==== 8.4.4.2.3 Tegangan geser terfaktor yang
dihasilkan dari γvMsc dianggap bervariasi
linear terhadap pusat penampang kritis
sesuai 8.4.4.1

==== R8.4.4.2.3 Distribusi tegangan
diilustrasikan pada Gambar R8.4.4.2.3
untuk kolom interior atau eksterior. Keliling
pada penampang kritis, ABCD, ditentukan
sesuai 22.6.4.1. Tegangan geser terfaktor
vug dan momen pelat terfaktor yang ditahan
oleh kolom Msc ditentukan pada sumbu c-c
dari penampang kritis. Tegangan geser
terfaktor maksimum bisa dihitung dari :
c
v sc AB
u AB ug J
M c
v v
  ,
atau
c
v sc CD
u CD ug J
M c
v v
  ,
dimana γv diberikan oleh Pers. (8.4.4.2.2).
Untuk kolom interior, Jc dapat dihitung
dengan:
Jc = bagian dari penampang kritis
diasumsikan dengan momen polar inersia
       3 3 2
1 1 2 1
6 6 2
d c  d c  d d d c  d c  d
  
Persamaan serupa dapat
dikembangkan untuk Jc untuk kolom yang
terletak di tepi atau sudut pelat.
Bagian Msc yang tidak disalurkan oleh
eksentrisitas geser seharusnya disalurkan
oleh lentur sesuai 8.4.2.3. Metode
konservatif memberikan bagian yang
disalurkan oleh lentur pada lebar pelat
efektif yang didefinisikan dalam 8.4.2.3.3.
Seringkali, lajur tulangan kolom
dikonsentrasikan di dekat kolom untuk
mengakomodasi Msc. Data uji yang ada
(Hanson dan Hanson 1968) nampaknya
menunjukkan bahwa praktik ini tidak
meningkatkan kekuatan geser namun
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 143 dari 695

mungkin diperlukan untuk meningkatkan
kekakuan pada pertemuan kolom-pelat.
Data uji (Hawkins 1981) menunjukkan
bahwa kekuatan momen perpindahan dari
sambungan pelat ke kolom prategang
dapat dihitung dengan menggunakan
prosedur 8.4.2.3 dan 8.4.4.2.
Ketika tulangan geser telah digunakan,
penampang kritis di luar tulangan geser
umumnya memiliki bentuk poligonal
(Gambar R8.7.6d dan e). Persamaan untuk
menghitung tegangan geser pada bagian
tersebut diberikan pada ACI 421.1R.
Gambar R8.4.2.3 – Asumsi distribusi
tegangan geser

==== 8.5 - Kekuatan desain

==== 8.5.1 Umum

==== R8.5 - Kekuatan desain

==== R8.5.1 Umum

==== 8.5.1.1 Untuk setiap beban kombinasi
terfaktor yang berlaku, kekuatan desain
harus memenuhi ϕSn ≥ U, dan mencakup a)
hingga d). Hubungan antara pengaruh
beban harus dipertimbangkan.
a) ϕMn ≥ Mu di semua penampang
sepanjang bentang pada setiap arah
b) ϕMn ≥ γfMsc dalam bpelat seperti yang
didefinisikan pada 8.4.2.3.3
c) ϕVn ≥ Vu di semua penampang
sepanjang bentang pada setiap arah
untuk geser satu arah
d) ϕvn ≥ vu pada penampang kritis yang
didefinisikan pada 8.4.4.1 untuk geser
dua arah

==== R8.5.1.1 Lihat R9.5.1.1.
C1 + d/2
C2 + d
D c A
c
CAB
Penampang
kritis
CCD C B
CCol.
Tegangan
geser
Vug
Vu ,AB
Vu ,CD
V
Vu ,CD
Vu ,AB
Vug
Tegangan
geser
V
C1 + d CCol.
C2 + d
CCD
Penampang
kritis
CAB
D A
C B
c
c
(b) Kolom eksterior
(a) Kolom interior
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 144 dari 695


==== 8.5.1.2 ϕ harus sesuai 21.2.

==== 8.5.1.3 Jika kepala geser digunakan,
22.6.9 dan 8.5.1.1 a) harus dipenuhi untuk
daerah di dekat kolom. Di luar masingmasing
lengan kepala geser, 8.5.1.1 a)
hingga d) harus diterapkan.

==== 8.5.2 Momen

==== 8.5.2.1 Mn harus dihitung sesuai 22.3.

==== 8.5.2.2 Dalam menghitung Mn untuk pelat
nonprategang dengan drop panel,
ketebalan drop panel di bawah pelat tidak
boleh dianggap lebih besar dari seperempat
jarak tepi drop panel ke muka kolom atau
kepala kolom (column capital).

==== 8.5.2.3 Dalam menghitung Mn untuk pelat
prategang, tendon eksternal harus
dipertimbangkan sebagai tendon tanpa
lekatan kecuali jika tendon eksternal terlekat
efektif pada pelat di sepanjang bentang.

==== 8.5.3 Geser R8.5.3 Geser

==== 8.5.3.1 Kekuatan geser desain pelat di
area dekat kolom, beban terpusat, atau
daerah reaksi tumpuan harus diambil yang
lebih besar dari 8.5.3.1.1 dan 8.5.3.1.2.

==== R8.5.3.1 Harus dibedakan antara pelat
panjang dan ramping dan pelat yang
memiliki aksi dua arah dimana kegagalan
bisa terjadi karena punching di sepanjang
kerucut terpancung (truncated cone) atau
piramid di sekitar beban terpusat atau
daerah tumpuan.

==== 8.5.3.1.1 Untuk geser satu arah, setiap
penampang kritis yang dihitung mencakup
lebar seluruh bidang pelat, Vn harus dihitung
sesuai 22.5.

==== 8.5.3.1.2 Untuk geser dua arah, Vn
dihitung sesuai 22.6.

==== 8.5.3.2 Untuk pelat beton komposit,
kekuatan geser horizontal Vnh harus
dihitung sesuai 16.4.

==== 8.5.4 Bukaan pada sistem pelat

==== 8.5.4.1 Bukaan dengan berbagai ukuran
diizinkan pada sistem pelat bila ditunjukkan
oleh analisis bahwa persyaratan kekuatan
dan kemampuan layan, termasuk batas
lendutan dipenuhi.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 145 dari 695


==== 8.5.4.2 Sebagai alternatif 8.5.4.1, bukaan
diizinkan pada sistem pelat tanpa balok
sesuai a) hingga d).
a) Bukaan dengan berbagai ukuran
diizinkan pada daerah yang umum terjadi
di perpotongan lajur-lajur tengah, namun
jumlah tulangan total pada panel harus
paling sedikit sama dengan yang
diperlukan untuk panel tanpa bukaan.
b) Pada perpotongan dua lajur kolom, tidak
lebih dari seperdelapan lebar lajur kolom
pada masing-masing bentang terpotong
oleh bukaan. Jumlah tulangan sekurangkurangnya
sama dengan tulangan yang
terpotong oleh bukaan harus
ditambahkan pada sisi-sisi bukaan.
c) Pada perpotongan satu lajur kolom dan
satu lajur tengah, tidak lebih dari
seperempat tulangan pada masingmasing
lajur terpotong oleh bukaan.
Jumlah tulangan sekurang-kurangnya
sama dengan tulangan yang terpotong
oleh bukaan harus ditambahkan pada
sisi-sisi bukaan.
d) Jika bukaan terletak di dalam lajur kolom
atau daerah yang lebih dekat 10h dari
beban terpusat atau daerah reaksi
tumpuan, 22.6.4.3 untuk pelat tanpa
kepala geser atau 22.6.9.9 untuk pelat
dengan kepala geser harus dipenuhi.

==== 8.6 - Batasan tulangan

==== 8.6.1 Tulangan lentur minimum pelat
nonprategang

==== R8.6 - Batasan tulangan

==== R8.6.1 Tulangan lentur minimum pelat
nonprategang

==== 8.6.1.1 Luas minimum tulangan lentur,
As,min, harus disediakan di dekat muka tarik
pada arah bentang yang ditinjau sesuai
Tabel 8.6.1.1.
Tabel 8.6.1.1 – As,min untuk pelat dua arah
nonprategang
Jenis
Tulangan
fy, MPa As,min, mm2
Batang
ulir
< 420 0,0020Ag
Batang
ulir atau
kawat las
≥ 420
Terbesar
dari:
g
y
A
f
0,0018420
0,0014Ag

==== R8.6.1.1 Persyaratan luas tulangan ulir
atau tulangan kawat ulir yang dilas
digunakan sebagai tulangan lentur
minimum adalah sama seperti yang
disyaratkan untuk susut dan suhu pada
24.4.3.2. Namun, pengaruh susut dan suhu
pada tulangan diizinkan untuk
didistribusikan pada dua muka pelat jika
dianggap telah sesuai pada kondisi
tertentu, tulangan lentur minimum harus
diletakkan sedekat mungkin dengan muka
beton tertarik akibat pembebanan.
Gambar R8.6.1.1 mengilustrasikan
susunan tulangan minimum yang
dibutuhkan pada bagian atas pelat dua
arah yang menumpu beban gravitasi
merata. Titik pemutusan pada tulangan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 146 dari 695

didasarkan pada persyaratan yang
ditunjukkan pada Gambar 8.7.4.1.3a.
Untuk meningkatkan kontrol retak dan
untuk mencegah potensi retak akibat geser
punching (punching shear), Perencana ahli
bersertifikat sebaiknya mempertimbangkan
untuk menempatkan tulangan menerus di
setiap arah di dekat permukaan pelat dua
arah, seperti pelat transfer, pelat podium,
dan pondasi rakit. Lihat juga R8.7.4.1.3.
Gambar R8.6.1.1 – Pengaturan tulangan
minimum dekat bagian atas pelat dua
arah

==== 8.6.2 Tulangan lentur minimum pelat
prategang

==== R8.6.2 Tulangan lentur minimum pelat
prategang

==== 8.6.2.1 Untuk pelat prategang, gaya
prategang efektif Apsfse harus memberikan
tegangan tekan rata-rata minimum 0,9 MPa
pada tributari penampang pelat untuk
tendon atau kelompok tendon. Untuk pelat
dengan penampang bervariasi sepanjang
bentang pelat, baik sejajar atau tegak lurus
terhadap tendon atau kelompok tendon,
tegangan prategang efektif rata-rata
minimum 0,9 MPa disyaratkan pada setiap
tributari penampang tendon atau kelompok
tendon sepanjang bentang.

==== R8.6.2.1 Gaya prategang efektif minimum
rata-rata 0,9 MPa digunakan pada uji pelat
dua arah pada awal tahun 1970 untuk
mengatasi masalah geser punching
(punching shear) pada pelat bertulangan
ringan. Untuk alasan ini, gaya prategang
efektif minimum diberikan pada semua
penampang.
Jika ketebalan pelat bervariasi sepanjang
bentang pelat atau tegak lurus terhadap
bentang pelat, sehingga menghasilkan
penampang pelat yang bervariasi, gaya
prategang efektif minimum 0,9 MPa dan
jarak tendon maksimum yang diperlukan
pada setiap penampang tributari terhadap
tendon atau kelompok tendon sepanjang
bentang, untuk kedua ketebalan baik yang
tipis maupun yang tebal. Hal ini dapat
menghasilkan fpc minimum yang lebih tinggi
Garis sumbu tengah
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 147 dari 695

pada penampang melintang yang lebih
tipis, dan jarak tendon kurang dari nilai
maksimum pada bagian penampang yang
lebih tebal disepanjang bentang dengan
ketebalan yang bervariasi, akibat aspek
praktis dalam pemasangan tendon di
lapangan.

==== 8.6.2.2 Untuk pelat dengan tulangan
prategang terlekat, jumlah As dan Aps harus
memadai untuk mengembangkan beban
terfaktor paling sedikit 1,2 kali beban retak
yang dihitung berdasarkan fr yang
didefinisikan pada 19.2.3.

==== 8.6.2.2.1 Untuk pelat dengan kekuatan
lentur dan geser desain paling sedikit dua
kali kekuatan perlu, 8.6.2.2 tidak perlu
dipenuhi.

==== R8.6.2.2 Ketentuan ini merupakan
tindakan pencegahan terhadap kegagalan
lentur tiba-tiba setelah terjadinya retak.
Elemen struktur lentur didesain sesuai
ketentuan peraturan, memerlukan
tambahan beban yang besar yang
melewati batas retak sampai mencapai
batas kuat lenturnya. Dengan demikian,
lendutan yang cukup besar akan memberi
peringatan bahwa kekuatan elemen
struktur hampir mendekati batasnya. Jika
kekuatan lentur tercapai sesaat setelah
retak, peringatan lendutan tidak akan
terjadi. Pemindahan gaya antara beton dan
baja prategang, dan kegagalan lentur
mendadak terjadi segera setelah retak,
tidak akan terjadi bila baja prategang tidak
terlekat (ACI 423.3R); Oleh karena itu,
persyaratan ini tidak berlaku bagi elemen
struktur dengan tendon tanpa lekatan.

==== 8.6.2.3 Untuk pelat prategang, luas
minimum tulangan ulir longitudinal terlekat,
As,min, harus disediakan pada daerah tarik
yang semula tertekan dalam arah bentang
yang ditinjau sesuai Tabel 8.6.2.3.
Tabel 8.6.2.3 – Tulangan ulir longitudinal
terlekat As,min, pada pelat dua arah
dengan tendon terlekat atau tanpa
lekatan
Daerah
ft terhitung setelah
semua kehilangan
prategang, MPa
As,min, mm2
Momen
positif
ft  0,17 fc '
Tidak
disyaratkan
(a)
0,17 ' 0,50 ' c t c f  f  f
y
c
f
N
0,5 (b)
[1],[2],[4]
Momen
negatif
kolom
0,5 ' t c f  f 0,00075Acf (c)
[3],[4]
[1]
Nilai fy tidak boleh melebihi 420 MPa.
[2]
Nc adalah gaya tarik resultan yang bekerja pada bagian
penampang beton yang dikenai tegangan tarik akibat
pengaruh kombinasi beban layan dan gaya prategang
efektif.

==== 8.6.2.3 Beberapa tulangan terlekat
diperlukan oleh standar ini pada pelat
prategang untuk membatasi lebar dan
spasi retak pada beban layan bila tegangan
tarik beton melebihi modulus keruntuhan
dan untuk pelat dengan tendon tanpa
lekatan, untuk memastikan kinerja lentur
pada kekuatan nominal, bukan kinerja
sebagai pelengkung. Adanya tulangan
terlekat minimum sebagaimana diatur
dalam ketentuan ini membantu
memastikan kinerja yang memadai.
Jumlah minimum tulangan terlekat pada
sistem pelat datar dua arah didasarkan
pada laporan Joint ACI-ASCE Committee
423 (1958) dan ACI 423.3R. Penelitian
terbatas yang tersedia untuk pelat datar
dua arah dengan penebalan pelat (drop
panel) (Odello dan Mehta 1967)
menunjukkan bahwa perilaku sistem ini
mirip dengan perilaku pelat datar.
Untuk beban dan panjang bentang yang
umum, uji pelat datar dirangkum dalam
Joint ACI-ASCE Committee 423 (1958) dan
pengalaman sejak standar 1963
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 148 dari 695

[3]
Acf adalah luas penampang bruto terbesar pada lajur-lajur
pelat-balok dari dua rangka ekuivalen tegak lurus yang
berpotongan pada kolom pelat dua arah.
[4]
Untuk pelat dengan tendon terlekat, diperbolehkan untuk
mereduksi As,min dengan luas tulangan prategang terlekat
terletak pada area yang digunakan untuk menentukan Nc
untuk momen positif, atau di dalam lebar pelat yang
didefinisikan 8.7.5.3(a) untuk momen negatif.
menunjukkan pemenuhan kinerja tanpa
tulangan terlekat pada momen positif
bilamana ' 17, 0c t f f  . Di daerah momen
positif bilamana ' ' c c 0,17   0,50 t f f f ,
diperlukan tulangan terlekat minimum
proporsional untuk menahan Nc menurut
Pers. (8.6.2.3 (b)). Gaya tarik Nc dihitung
pada beban layan saat tidak terjadi retak
atau penampang homogen.
Penelitian pada pelat datar dua arah
metode sistem pascatarik tanpa lekatan
(Joint ACI-ASCE Committee 423 1958,
1974; ACI 423.3R; Odello dan Mehta 1967)
menunjukkan bahwa tulangan terlekat di
daerah momen negatif, setara dengan
0,075 persen luas penampang lajur pelatbalok,
menyediakan daktilitas yang cukup
dan mengurangi lebar dan spasi retak.
Luas tulangan terlekat yang sama
diperlukan pada pelat dengan tendon
terlekat atau tanpa lekatan. Luas tulangan
terlekat minimum yang dibutuhkan oleh
Pers. (8.6.2.3 (c)) adalah luas minimum
yang tidak terkait dengan mutu tulangan
atau kuat leleh desain tulangan. Untuk
memperhitungkan perbedaan pada
bentang tributari yang berdekatan,
persamaan ini diberikan atas dasar rangka
ekuivalen seperti didefinisikan dalam

==== 8.11.2 dan digambarkan pada Gambar.

==== R8.11.2. Untuk panel pelat persegi empat,
persamaan ini konservatif berdasarkan
luas penampang yang lebih besar dari dua
lajur pelat-balok rangka ekuivalen yang
berpotongan di kolom. Hal ini untuk
memastikan bahwa persentase minimum
tulangan yang direkomendasikan oleh
penelitian tersedia pada kedua arah.
Pemusatan tulangan ini pada bagian atas
pelat langsung melewati dan di sebelah
kolom sangat penting. Penelitian juga
menunjukkan bahwa di mana tegangan
tarik rendah terjadi pada beban layan,
perilaku yang memuaskan dicapai pada
beban terfaktor tanpa tulangan terlekat.
Namun, aturan ini memerlukan tulangan
terlekat minimum tanpa memperhatikan
tingkat tegangan beban layan untuk
memastikan perilaku daktail dan lentur
yang kontinu, dan untuk membatasi lebar
dan spasi retak akibat beban lebih, suhu,
atau susut. Penelitian tentang sambungan
pelat datar ke kolom pascatarik dilaporkan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 149 dari 695

dalam Smith dan Burns (1974), Burns and
Hemakom (1977), Hawkins (1981), PTI
TAB.1, dan Foutch et al. (1990).
Penelitian menunjukkan bahwa
komponen strukur pascatarik tanpa lekatan
tidak memberikan disipasi energi yang
besar akibat beban gempa yang kuat
karena respons elemen struktur bersifat
elastis. Untuk alasan ini, elemen struktur
pascatarik tanpa lekatan yang ditulangi
sesuai dengan ketentuan pasal ini harus
dianggap hanya menahan beban vertikal
dan bertindak sebagai diafragma horizontal
antara elemen disipasi energi akibat beban
gempa sebesar yang ditentukan dalam
18.2.1.

==== 8.7 - Pendetailan tulangan

==== 8.7.1 Umum

==== R8.7 - Pendetailan tulangan

==== 8.7.1.1 Selimut beton untuk tulangan
harus sesuai 20.6.1.

==== 8.7.1.2 Panjang penyaluran tulangan ulir
dan prategang harus sesuai 25.4.

==== 8.7.1.3 Panjang sambungan tulangan ulir
sesuai 25.5.

==== 8.7.1.4 Tulangan bundel harus didetailkan
sesuai 25.6.

==== 8.7.2 Spasi tulangan lentur R8.7.2 Spasi tulangan lentur

==== 8.7.2.1 Spasi minimum s harus sesuai
25.2.

==== 8.7.2.2 Untuk pelat solid nonprategang,
spasi maksimum s tulangan ulir longitudinal
harus yang terkecil dari 2h dan 450 mm
pada penampang kritis, dan yang terkecil
dari 3h dan 450 mm pada penampang
lainnya.

==== R8.7.2.2 Persyaratan bahwa jarak
tengah-ke-tengah tulangan tidak lebih dari
dua kali ketebalan pelat hanya berlaku
pada tulangan pelat solid, dan bukan untuk
tulangan pada pelat berusuk atau pelat
waffle. Batasan ini untuk memastikan
reaksi pelat, pengendalian retak, dan
memberikan kemungkinan beban
terkonsentrasi pada luas pelat yang kecil.
Lihat ke R24.3.

==== 8.7.2.3 Untuk pelat prategang dengan
beban merata, spasi maksimum s tendon
atau kelompok tendon setidaknya dalam
satu arah harus yang terkecil dari 8h dan 1,5
m.

==== R8.7.2.3 Bagian ini memberikan panduan
spesifik mengenai distribusi grup tendon
yang diizinkan dalam satu arah. Metode
distribusi tendon ini terbukti menunjukkan
kinerja yang memuaskan melalui penelitian
struktural (Burns dan Hemakom 1977).
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 150 dari 695


==== 8.7.2.4 Beban terpusat dan bukaan harus
dipertimbangkan dalam penentuan spasi
tendon.

==== 8.7.3 Tahanan sudut pelat R8.7.3 Tahanan sudut pelat

==== 8.7.3.1 Pada sudut pelat eksterior yang
ditumpu oleh dinding tepi atau bila satu atau
lebih balok tepi yang memiliki αf lebih besar
dari 1,0, tulangan atas dan bawah pelat
harus didesain untuk menahan Mu per
satuan lebar akibat pengaruh sudut yang
sama dengan momen maksimum positif Mu
per satuan lebar pada panel pelat.

==== R8.7.3.1 Ujung pelat yang tidak dikekang
pada sudut pelat dua arah cenderung
terangkat saat diberi beban. Jika
pengangkatan ini ditahan oleh tepi dinding
atau balok, momen lentur akan terjadi pada
pelat. Penampang ini membutuhkan
tulangan untuk menahan momen ini agar
dapat mengendalikan retak. Tulangan
diberikan agar lentur pada arah utama
dapat digunakan untuk memenuhi
persyaratan ini. Lihat Gambar R8.7.3.1.

==== 8.7.3.1.1 Momen terfaktor akibat pengaruh
ujung sudut pelat, Mu, dapat dianggap tegak
lurus terhadap sumbu diagonal dari ujung
sudut pelat bagian atas dan dianggap
sejajar terhadap sumbu diagonal dari ujung
sudut pelat bagian bawah.
Gambar R8.7.3.1 – Tulangan pelat sudut

==== 8.7.3.1.2 Tulangan harus disediakan pada
jarak di masing-masing arah dari sudut
sama dengan seperlima bentang
terpanjang.
2. Jarak tulangan maksimum2h, dimana h = ketebalan
pelat
B-1
As berdasarkan

==== 8.7.3
atas dan bawah
Lpanjang
(Lpanjang)/5
B-2
(Lpanjang)/5
Lpendek
B-1
Lpanjang
(Lpanjang)/5
B-2
(Lpanjang)/5
Lpendek
OPSI 1
OPSI 2
Notes:
1. Berlaku untuk B-1 atau bila B-2 memiliki αf > 1,0
As atas menurut 8.7.3
As bawah menurut 8.7.3
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 151 dari 695


==== 8.7.3.1.3 Tulangan harus dipasang sejajar
sumbu diagonal pada pelat bagian atas dan
tegak lurus terhadap sumbu diagonal pelat
bagian bawah. Sebagai alternatif, tulangan
harus dipasang dalam dua lapis sejajar sisisisi
pelat pada bagian atas dan bawah pelat.

==== 8.7.4 Tulangan lentur pelat nonprategang R8.7.4 Tulangan lentur pelat
nonprategang

==== 8.7.4.1 Pemutusan tulangan R8.7.4.1 Pemutusan tulangan

==== 8.7.4.1.1 Bila pelat tidak ditumpu oleh
balok tepi (spandrel), kolom, atau dinding,
pengangkuran tulangan tegak lurus
terhadap sisi diskontinu harus memenuhi a)
dan b):
a) Tulangan momen positif harus menerus
ke tepi pelat dan mempunyai
penanaman, lurus atau kait, paling
sedikit 150 mm ke dalam balok tepi,
kolom, atau dinding.
b) Tulangan momen negatif harus
dibengkokkan, dikait, atau diangkur ke
dalam balok tepi, kolom, atau dinding,
dan harus diteruskan pada muka
tumpuan.

==== R8.7.4.1.1 dan R8.7.4.1.2 Momen lentur
pada pelat pada balok tepi dapat berbedabeda
cukup besar. Jika balok tepi dibangun
menyatu dengan dinding, pelat mencapai
terjepit penuh. Tanpa dinding yang
menyatu, pelat hanya bisa sebagai
tumpuan sederhana, tergantung pada
kekakuan torsi dari balok tepi atau tepi
pelat. Persyaratan ini menyediakan untuk
kondisi-kondisi yang tidak terduga yang
biasanya terjadi pada struktur.

==== 8.7.4.1.2 Bila pelat tidak ditumpu oleh
balok tepi atau dinding pada tepi diskontinu
atau bilamana pelat kantilever melewati
tumpuan, pengangkuran tulangan diizinkan
dalam pelat tersebut.

==== 8.7.4.1.3 Untuk pelat tanpa balok,
penyaluran tulangan harus sesuai a) hingga
c):
a) Panjang tulangan harus sekurangkurangnya
sesuai dengan Gambar

==== 8.7.4.1.3a, dan jika pelat berfungsi
sebagai komponen struktur utama yang
menahan beban lateral, panjang
tulangan harus sekurang-kurangnya
sesuai dengan hasil analisis.
b) Jika bentang yang bersebelahan tidak
sama panjang, pernyaluran tulangan
momen negatif yang melewati muka
tumpuan sesuai Gambar 8.7.4.1.3a
harus berdasar pada bentang
terpanjang.
c) Pembengkokan tulangan diizinkan
hanya bila rasio tinggi terhadap bentang

==== R8.7.4.1.3 Panjang minimum dan
penyaluran tulangan ditunjukkan pada
Gambar 8.7.4.1.3a diterapkan untuk pelat
dengan proporsi normal yang dapat
menahan beban gravitasi. Panjang
minimum dan penyaluran ini mungkin tidak
cukup untuk pelat tebal dua arah seperti
transfer pelat, pelat podium, dan pondasi
rakit. Seperti yang diilustrasikan pada
Gambar R8.7.4.1.3b, retak punching, yang
dapat terjadi pada sudut sekitar 20 derajat,
mungkin tidak ditahan oleh tulangan tarik,
yang secara substansial mengurangi
kekuatan geser punching. Adanya tulangan
menerus atau panjang minimum
penyaluran tulangan pada Gambar

==== 8.7.4.1.3a harus dipertimbangkan untuk
pelat dengan rasio ℓn/h kurang dari 15.
Kemudian, untuk momen yang dihasilkan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 152 dari 695

memungkinkan pemakaian bengkokan
45 derajat atau kurang.
dari gabungan beban lateral dan gravitasi,
panjang dan penyaluran minimum tulangan
pada Gambar 8.7.4.1.3a mungkin tidak
cukup.
Tulangan yang dibengkokkan kadang
digunakan dan sulit dipasang dengan
benar. Tulangan yang dibengkokkan
diizinkan jika memenuhi 8.7.4.1.3(c).
Panduan lebih lanjut mengenai
penggunaan sistem tulangan yang
dibengkokkan dapat dilihat pada 13.4.8 dari
ACI 318-1983.
Gambar 8.7.4.1.3a – Panjang penyaluran minimum tulangan ulir pada pelat dua-arah
tanpa balok
LOKASI
AS MINIMUM
PADA
PENAMPANG
TANPA DROP PANEL
SISA
50 %
100%
ATAS 100%
BAWAH
SISA
50%
C C C
Pendukung eksterior
(Pelat berhenti)
Pendukung interior
(Pelat menerus)
Pendukung eksterior
(Pelat berhenti)
0,30 n 0,30 n 0,33 n 0,33 n
0,20 n 0,20 n 0,20 n 0,20 n
150 mm 150 mm
Paling sedikit dua
batang tulangan
harus memenuhi

==== 8.7.4.2
Sambungan lewatan
diizinkan di daerah ini
Batang
tulangan
menerus
0,22 n 0,22 n 0,22 n 0,22 n
150 mm
150 mm
150 mm Maks. 0,15 n Maks. 0,15 n
c1 Bentang bersih - c1 c1 n Bentang bersih - n
Muka pendukung Muka pendukung
Jarak sumbu Jarak sumbu
ATAS
BAWAH
LAJUR
KOLOM
LAJUR
LAJUR
TENGAH
DENGAN DROP PANEL
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 153 dari 695

Gambar R8.7.4.1.3b – Retak geser
punching pada pelat dengan penyaluran
tulangan sesuai 8.7.4.1.3a

==== 8.7.4.2 Integritas struktur R8.7.4.2 Integritas struktur

==== 8.7.4.2.1 Semua batang ulir atau kawat ulir
bawah di dalam lajur kolom, pada masingmasing
arah, harus menerus atau
disambung dengan sambungan mekanis
penuh, dilas penuh, atau sambungan tarik
kelas B. Sambungan harus dipasang sesuai
dengan Gambar 8.7.4.1.3a.

==== 8.7.4.2.2 Paling sedikit dua batang
tulangan atau kawat bawah lajur kolom
pada masing-masing arah harus melewati di
dalam daerah yang dibatasi oleh tulangan
longitudinal kolom dan harus diangkur pada
tumpuan eksterior.

==== R8.7.4.2.1 dan R8.7.4.2.2 Tulangan
bawah lajur kolom menerus memberikan
pelat sisa kemampuan untuk membentang
ke tumpuan yang berdekatan jika ada satu
tumpuan yang rusak. Dua tulangan bawah
lajur kolom menerus atau kawat yang
melalui kolom dapat disebut "tulangan
integritas," dan disediakan untuk memberi
pelat kekuatan setelah kegagalan geser
punching tunggal (single punching shear)
pada sebuah tumpuan tunggal (Mitchell
dan Cook 1984). Joint ACI-ASCE
Committee 352 (ACI 352.1R) memberikan
panduan lebih lanjut mengenai desain
tulangan integritas dalam sambungan
pelat-kolom. Ketentuan serupa untuk pelat
dengan tendon tanpa lekatan disediakan
pada 8.7.5.6.

==== 8.7.4.2.3 Pada pelat dengan kepala geser
bilamana tidak praktis untuk meneruskan
batang tulangan bawah yang disyaratkan
oleh 8.7.4.2.2 melalui kolom, paling sedikit
dua batang tulangan atau kawat bawah
pada masing-masing arah harus melewati
kepala geser sedekat mungkin ke kolom
dan menerus, atau disambung dengan
sambungan mekanis penuh, dilas penuh,
atau sambungan tarik kelas B. Pada kolom
eksterior, tulangan atau kawat harus
diangkur pada kepala geser.

==== R8.7.4.2.3 Ketentuan ini memerlukan
tulangan integritas yang sama seperti untuk
pelat dua arah tanpa balok lainnya untuk
mencegah terjadinya kegagalan geser
punching pada tumpuan. Dalam beberapa
kasus, harus ada jarak bersih yang
memadai sehingga tulangan bawah
terlekat bisa melewati kepala geser dan
melalui kolom. Ketika jarak kepala geser
tidak memadai, tulangan bawah harus
melewati lubang di lengan kepala geser
atau di sekeliling perimeter gelang angkat
(lifting collar). Kepala geser harus dijaga
serendah mungkin di pelat untuk
0,3 n
Retak geser pons
tertahan oleh
tulangan atas
(a) Pelat dengan perbandingan ukuran
normal
(b) Pelat tebal
Retak geser pons
tidak tertahan oleh
tulangan atas
0,3 n
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 154 dari 695

meningkatkan efektivitas kepala geser
tersebut.

==== 8.7.5 Tulangan lentur pelat prategang R8.7.5 Tulangan lentur pelat prategang

==== 8.7.5.1 Tendon eksternal harus dilekatkan
pada komponen struktur sehingga mampu
mempertahankan eksentrisitas yang
ditetapkan antara tendon dan titik berat
beton pada semua rentang lendutan
komponen struktur yang diantisipasi.

==== 8.7.5.2 Jika tulangan ulir longitudinal
terlekat diperlukan untuk memenuhi
kekuatan lentur atau untuk kondisi tegangan
tarik sesuai dengan Pers. (8.6.2.3 (b)),
syarat pendetailan pada 7.7.3 harus
dipenuhi.

==== R8.7.5.2 Tulangan terlekat harus diangkur
secukupnya untuk mengembangkan
kekuatan yang dibutuhkan untuk menahan
beban terfaktor. Persyaratan 7.7.3
dimaksudkan untuk memberikan
pengangkuran untuk kekuatan tarik atau
tekan yang terjadi pada tulangan terlekat
oleh lentur akibat beban terfaktor sesuai
22.3.2, atau dengan tegangan tarik pada
beban layan sesuai Pers. (8.6.2.3 (b)).

==== 8.7.5.3 Tulangan longitudinal terlekat yang
diperlukan oleh Pers. (8.6.2.3 (c)) harus
dipasang di bagian atas pelat, dan harus
sesuai a) hingga c):
a) Tulangan harus didistribusikan sejarak
1,5h di luar muka tumpuan kolom yang
berseberangan.
b) Paling tidak empat tulangan ulir, kawat
ulir, atau strand terlekat harus disediakan
di setiap arah.
c) Spasi maksimum s antara tulangan
longitudinal terlekat tidak boleh melebihi
300 mm.

==== 8.7.5.4 Pemutusan tulangan prategang

==== 8.7.5.4.1 Area pengangkuran pascatarik
harus didesain dan didetailkan sesuai 25.9.

==== 8.7.5.4.2 Angkur dan coupler pascatarik
harus didesain dan didetailkan sesuai 25.8.

==== 8.7.5.5 Pemutusan tulangan ulir pelat
dengan tendon tanpa lekatan

==== R8.7.5.5 Pemutusan tulangan ulir pelat
dengan tendon tanpa lekatan

==== 8.7.5.5.1 Panjang tulangan ulir yang
disyaratkan oleh 8.6.2.3 harus sesuai a) dan
b):

==== R8.7.5.5.1 Panjang minimum yang
diberikan untuk tulangan terlekat yang
disyaratkan sesuai 8.6.2.3, tetapi tidak
diperlukan untuk kekuatan lentur sesuai
22.3.2. Penelitian (Odello dan Mehta 1967)
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 155 dari 695

a) Di area momen positif, panjang tulangan
harus sekurang-kurangnya ℓn/3 dan
dipusatkan di area tersebut.
b) Di area momen negatif, tulangan harus
menerus sekurang-kurangnya ℓn/6 pada
setiap sisi muka tumpuan.
pada bentangan menerus menunjukkan
panjang minimum ini menunjukkan perilaku
yang cukup baik pada beban layan dan
kondisi beban terfaktor.

==== 8.7.5.6 Integritas struktur R8.7.5.6 Integritas struktur

==== 8.7.5.6.1 Kecuali diizinkan dalam

==== 8.7.5.6.3, paling sedikit dua tendon dengan
diameter 12,7 mm atau strand yang lebih
besar harus dipasang di setiap arah kolom
sesuai a) atau b):
a) Tendon harus melewati daerah yang
dibatasi oleh tulangan longitudinal
kolom.
b) Tendon harus diangkur dalam daerah
yang dibatasi oleh tulangan longitudinal
kolom, dan angkur harus dipasang
melewati pusat kolom dan diluar daerah
angkur.

==== R8.7.5.6.1 Tendon prategang yang
melewati joint pelat-kolom di lokasi
manapun di ketebalan pelat akan
menyebabkan pelat tersebut tergantung
setelah kegagalan punching shear, bila
tendon menerus melalui atau terangkur di
area yang dibatasi oleh tulangan
memanjang kolom dan dicegah dari pencar
(bursting) melalui permukaan atas pelat
(ACI 352.1R).

==== 8.7.5.6.2 Di luar kolom dan muka kepala
geser, kedua tendon integritas struktur yang
disyaratkan oleh 8.7.5.6.1 harus melewati
setiap tendon ortogonal dalam bentang
yang bersebelahan.

==== R8.7.5.6.2 Di antara kolom atau muka
kepala geser, tendon integritas struktural
harus melewati bagian bawah tendon
ortogonal dari bentang yang berdekatan
sehingga gerakan vertikal tendon integritas
ditahan oleh tendon ortogonal. Bilamana
tendon didistribusikan dalam satu arah dan
disatukan dalam arah ortogonal,
persyaratan ini dapat dipenuhi dengan
terlebih dahulu menempatkan tendon
integritas untuk arah tendon yang
terdistribusi dan kemudian menempatkan
tendon yang disatukan. Dimana tendon
didistribusikan ke dua arah, penganyaman
tendon diperlukan dan penggunaan

==== 8.7.5.6.3 mungkin menjadi pendekatan
yang lebih mudah.

==== 8.7.5.6.3 Pelat dengan tendon yang tidak
memenuhi 8.7.5.6.1 dapat digunakan jika
tulangan ulir bawah terlekat disediakan di
setiap arah sesuai 8.7.5.6.3.1 hingga

==== 8.7.5.6.3.3.

==== R8.7.5.6.3 Pada beberapa pelat
prategang, dengan posisi tendon yang
terbatas menjadi sulit untuk menyediakan
tendon integritas struktur sesuai 8.7.5.6.1.
Dalam situasi seperti itu, tendon integritas
struktural dapat digantikan oleh tulangan
ulir sisi bawah (ACI 352.1R).

==== 8.7.5.6.3.1 Tulangan ulir bawah minimum
As pada setiap arah harus yang terbesar dari
a) dan b):
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 156 dari 695

a)
y
w
s
f
d b
A
'
c f 37, 0
 (8.7.5.6.3.1a)
b)
y
w
s
f
b d
A
2,1
 (8.7.5.6.3.1b)
dimana bw adalah lebar muka kolom yang
dilewati tulangan.

==== 8.7.5.6.3.2 Tulangan ulir bawah yang
dihitung pada 8.7.5.6.3.1 harus melewati
daerah yang dibatasi oleh tulangan
longitudinal kolom dan harus diangkurkan
pada tumpuan bagian luar.

==== 8.7.5.6.3.3 Tulangan ulir bawah harus
diangkurkan untuk mencapai fy melewati
kolom atau muka kepala geser.

==== 8.7.6 Tulangan geser - sengkang

==== 8.7.6.1 Sengkang kaki tunggal, Usederhana,
U-jamak, dan sengkang tertutup
diizinkan sebagai tulangan geser.

==== 8.7.6.2 Pengangkuran dan geometri
sengkang harus sesuai 25.7.1.

==== 8.7.6.3 Jika sengkang disediakan, lokasi
dan spasi harus sesuai Tabel 8.7.6.3.
Tabel 8.7.6.3 – Batas lokasi dan spasi
sengkang pertama
Arah
pengukuran
Deskripsi
pengukuran
Jarak atau
spasi
maksimum,
mm
Tegak lurus
dengan muka
kolom
Jarak dari muka kolom
ke sengkang pertama
d/2
Spasi antar sengkang d/2
Sejajar
dengan muka
kolom
Spasi antara kaki
vertikal sengkang
2d

==== R8.7.6 Tulangan geser - sengkang –
Penelitian (Hawkins 1974; Brom 1990;
Yamada et al 1991; Hawkins et al. 1975;
ACI 421.1R) telah menunjukkan bahwa
tulangan geser yang terdiri dari tulangan
atau kawat yang terangkur dengan baik dan
satu- atau banyak- kaki sengkang, atau
sengkang tertutup, dapat meningkatkan
tahanan geser punching (punching shear)
pelat. Batasan jarak yang diberikan pada

==== 8.7.6.3 sesuai dengan detail tulangan
geser pelat menjadi lebih efektif. Pasal
25.7.1 memberikan persyaratan
pengangkuran untuk tulangan geser tipe
sengkang yang juga harus diterapkan pada
tulangan atau kawat yang digunakan
sebagai tulangan geser pelat. Adalah
penting bahwa tulangan geser ini terikat
dengan tulangan longitudinal pada sisi atas
dan bawah pelat, seperti lebih detail
ditunjukkan pada Gambar R8.7.6 a) hingga
c). Pengangkuran tulangan geser sesuai
persyaratan 25.7.1 sulit diaplikasikan pada
pelat yang lebih tipis dari 250 mm.
Tulangan geser yang terdiri dari tulangan
vertikal yang secara mekanis terangkur
pada setiap ujungnya oleh pelat atau
kepala yang mampu mencapai kekuatan
leleh tulangan yang telah berhasil
digunakan (ACI 421.1R).
Dalam sambungan pelat-kolom dimana
transfer momen diabaikan, tulangan geser
harus simetris terhadap sentroid dari
penampang kritis (Gambar R8.7.6d).
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 157 dari 695

Batasan spasi ditentukan pada 8.7.6.3 dan
juga ditunjukkan pada Gambar R8.7.6d dan
e.
Pada tepi kolom atau untuk sambungan
interior dimana transfer momen signifikan,
sengkang tipe tertutup direkomendasikan
sebisa mungkin dalam pola simetris.
Meskipun rata-rata tegangan geser pada
muka AD dan BC untuk kolom eksterior
pada Gambar R8.7.6(e) lebih rendah dari
pada muka AB, sengkang tipe tertutup
dipanjangkan dari muka AD dan BC untuk
memberikan kekuatan torsi di sepanjang
tepi pelat.
Gambar R.8.7.6(a)-(c) – Sengkang satuatau
banyak- kaki - tipe pelat tulangan
geser
(a) sengkang satu kaki atau batang tulangan
(b) sengkang banyak kaki atau batang tulangan
(c) sengkang tertutup
6db
(min. 75 mm )
Maksimum 450
Lihat 25.3
Lihat 25.3 Lihat 25.3
db
d
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 158 dari 695

Gambar R8.7.6d – Pengaturan tulangan
sengkang geser kolom interior
Gambar R8.7.6e – Pengaturan tulangan
sengkang geser kolom tepi

==== 8.7.7 Tulangan geser-stud berkepala

==== R8.7.7 Tulangan geser-stud berkepala –
Menggunakan stud berkepala sebagai
Penampang kritis
melewati tulangan
geser pelat (baris
pertama kaki
sengkang)
Penampang kritis
di luar tulangan
geser pelat
Denah
d/2 d/2
d/2
d/2
d/2
d
2d s d/2
Pelat
Potongan
Kolom
Penampang
kritis di luar
tulangan geser
pelat
d/2
d/2
d
2d s d/2
Penampang kritis
sepanjang tulangan geser
pelat (baris pertama kaki
sengkang)
Tepi
pelat
Denah
Potongan
d/2
B
A
C
D
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 159 dari 695


==== 8.7.7.1 Penggunaan tulangan stud
berkepala diperbolehkan jika dipasang
tegak lurus terhadap bidang pelat.

==== 8.7.7.1.1 Tinggi keseluruhan perakitan
stud geser harus paling sedikit setebal pelat
dikurangi dengan penjumlahan a) hingga c):
a) Selimut beton di atas tulangan lentur atas
b) Selimut beton dari pelat dasar stud
c) Setengah diameter batang tulangan
lentur tarik
tulangan geser pada pelat memerlukan
diameter stud tertentu, jarak stud, dan
tinggi rakitan untuk keperluan tertentu.
Pengujian (ACI 421.1R) menunjukkan
bahwa stud vertikal yang diangkur secara
mekanis sedekat mungkin ke bagian atas
dan bawah pelat telah efektif dalam
menahan punching-shear. Batas tinggi
keseluruhan yang ditentukan untuk
mencapai tujuan ini sekaligus memberikan
toleransi dalam menentukan
ketinggiannya, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar R20.6.1.3.5
Dibandingkan dengan sengkang satu kaki
yang dibengkokkan di ujungnya, stud
berkepala menunjukkan slip yang lebih
kecil dan oleh karena itu menghasilkan
lebar retak geser yang lebih kecil.
Peningkatan kinerja menghasilkan
peningkatan batas kekuatan geser dan
peningkatan jarak antar garis tepi tulangan
stud geser berkepala. Pengaturan khusus
tulangan geser stud berkepala ditunjukkan
pada Gambar R8.7.7. Penampang kritis di
luar tulangan geser umumnya memiliki
bentuk poligonal. Persamaan untuk
menghitung tegangan geser pada bagian
tersebut ada pada ACI 421.1R.

==== 8.7.7.1.2 Lokasi tulangan geser stud
berkepala dan jaraknya harus sesuai Tabel

==== 8.7.7.1.2

==== R8.7.7.1.2 Jarak yang ditentukan antara
garis keliling tulangan geser dibuktikan
dengan eksperimen (ACI 421.1R). Jarak
bersih antara stud berkepala harus cukup
untuk memungkinkan penempatan
tulangan lentur.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 160 dari 695

Gambar R8.7.7 – Tipikal pengaturan tulangan stud geser berkepala dan penampang
kritis

==== 8.7.7.1.2 Lokasi tulangan geser stud berkepala dan jaraknya harus sesuai Tabel 8.7.7.1.2
Tabel 8.7.7.1.2 – Batas lokasi dan spasi stud geser
Arah
pengukuran
Deskripsi
pengukuran
Kondisi
Jarak atau
spasi
maksimum
, mm
Tegak lurus
dengan
muka kolom
Jarak dari muka
kolom ke garis
keliling pertama
stud geser
Semua d/2
Spasi konstan
antara garis
keliling stud geser
Pelat
nonprategang
dengan
vu≤ϕ0,5√fc ′ 3d/4
Pelat non
prategang
dengan
vu>ϕ0,5√fc ′ d/2
Pelat prategang memenuhi
22.6.5.4
3d/4
Sejajar
dengan
muka kolom
Spasi antara stud
geser yang
bersebelahan di
sekeliling garis
terdekat muka
Semua 2d
Garis perifer
terluar stud
Penampang
geser kritis
Penampang
geser kritis
Garis
perifer
terluar
stud
Penampang
Av = Luas geser kritis
penampang stud
pada garis
perifer
Av = Luas
penampang stud
pada semua garis
perifer
d/2
d/2
d/2
d
d/2
d
d/2
S
d/2
S
d
d/2
S
d/2
d/2
Stud
dengan rail
dasar
Tepi
pelat
Garis
perifer
terluar
stud
(typ.)
(typ.)
(typ.)
(typ.)
(typ.)
(typ.)
Potongan A-A
Kolom sudut
Kolom tepi
Kolom interior
A A
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 161 dari 695

kolom

==== 8.8 - Sistem pelat berusuk dua arah
nonprategang

==== 8.8.1. Umum
R.8.8 - Sistem pelat berusuk dua arah
nonprategang

==== R8.8.1 Umum – Batasan empiris yang
ditetapkan untuk lantai pelat berusuk lantai
beton bertulang tanpa prategang
didasarkan pada keberhasilan kinerja
sistem konstruksi pelat berusuk standar.
Untuk konstruksi balok prategang, pasal ini
dapat digunakan sebagai panduan.

==== 8.8.1.1 Konstruksi pelat berusuk dua arah
nonprategang terdiri dari kombinasi monolit
dengan jarak rusuk beraturan dan pelat
atas yang didesain untuk bentang di dua
arah ortogonal.

==== 8.8.1.2 Lebar rusuk sekurang-kurangnya
100 mm pada setiap tempat di seluruh
tingginya.

==== 8.8.1.3 Tebal keseluruhan rusuk tidak
boleh melebihi 3,5 kali lebar minimum.

==== 8.8.1.4 Spasi bersih antar rusuk tidak
boleh melebihi 750 mm.

==== R8.8.1.4 Ketentuan batas jarak
maksimum rusuk diperlukan karena
peraturan mengizinkan kuat geser yang
lebih tinggi dan selimut beton yang lebih
tipis untuk tulangan untuk dimensi rusuk
yang relatif kecil dan berulang.

==== 8.8.1.5 Vc diizinkan untuk diambil 1,1 kali
dari nilai terhitung pada 22.5.

==== R8.8.1.5 Kenaikan kekuatan geser
dibuktikan atas dasar:
a) Memenuhi kinerja dari desain konstruksi
pelat berusuk, dimana perhitungan kuat
geser yang dispesifikasi lebih tinggi dari
aturan sebelumnya, yang
memungkinkan tegangan geser yang
setara; dan
b) Potensi redistribusi kelebihan beban
lokal ke pelat berusuk yang
bersebelahan.

==== 8.8.1.6 Untuk integritas struktur, sekurangkurangnya
satu tulangan bawah pada tiap
rusuk harus menerus dan harus diangkur
untuk mencapai nilai fy pada muka tumpuan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 162 dari 695


==== 8.8.1.7 Luas tulangan yang tegak lurus
rusuk harus memenuhi persyaratan
kekuatan momen pelat dengan
mempertimbangkan beban terpusat, dan
sekurang-kurangnya terdapat tulangan
susut dan suhu sesuai 24.4.

==== 8.8.1.8 Konstruksi pelat berusuk dua arah
yang tidak memenuhi persyaratan batas
pada 8.8.1.1 hingga 8.8.1.4 harus didesain
sebagai pelat dan balok.

==== 8.8.2 Sistem pelat berusuk dengan pengisi
struktur

==== 8.8.2.1 Jika tanah liat bakar atau bahan
pengisi beton permanen yang mempunyai
kekuatan tekan sekurang-kurangnya sama
dengan fc’ pelat berusuk yang digunakan,
maka 8.8.2.1.1 dan 8.8.2.1.2 harus
diterapkan.

==== 8.8.2.1.1 Ketebalan pelat di atas pengisi
harus sekurang-kurangnya yang terbesar
dari seperduabelas jarak bersih antar rusuk
dan 40 mm.

==== 8.8.2.1.2 Untuk perhitungan kekuatan
geser dan momen negatif, diperbolehkan
untuk menyertakan cangkang vertikal
pengisi yang bersentuhan dengan rusuk.
Bagian pengisi lainnya tidak dimasukkan
dalam perhitungan kekuatan.

==== 8.8.3 Sistem pelat berusuk dengan bahan
pengisi lainnya

==== 8.8.3.1 Jika bahan pengisi tidak memenuhi

==== 8.8.2.1 atau digunakan bekisting yang dapat
dilepas, ketebalan pelat harus sekurangkurangnya
yang terbesar dari
seperduabelas jarak bentang bersih antar
rusuk dan 50 mm.

==== 8.9 - Konstruksi pelat angkat (lift-slab)

==== 8.9.1 Pada pelat yang dibangun dengan
metode pelat angkat dimana tidak praktis
melewatkan tendon melalui kolom seperti
yang disyaratkan 8.7.5.6.1 atau batang
tulangan bawah melalui kolom yang
disyaratkan 8.7.4.2 atau 8.7.5.6.3,
sekurang-kurangnya dua tendon pascatarik
atau dua batang tulangan bawah terlekat
atau kawat pada masing-masing arah harus
melewati gelang angkat (lifting collar)
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 163 dari 695

sedekat mungkin dengan kolom dan kontinu
atau disambung dengan sambungan
mekanis penuh, las penuh, atau
sambungan tarik Kelas B. Pada kolom
eksterior, tulangan harus diangkur di gelang
angkat.

==== 8.10 - Metode desain langsung R8.10 - Metode desain langsung
Metode desain langsung terdiri dari
seperangkat aturan untuk mendistribusikan
momen ke bagian pelat dan balok untuk
memenuhi persyaratan keselamatan dan
persyaratan kemampuan layan yang paling
optimal. Tiga langkah mendasar yang
tersedia sebagai berikut:
1) Penentuan momen statis terfaktor total
(8.10.3)
2) Distribusi dari momen statis terfaktor
total ke bagian negatif dan positif
(8.10.4)
3) Distribusi momen negatif dan positif
terfaktor pada jalur kolom dan jalur
tengah dan ke balok, jika ada (8.10.5
dan 8.10.6). Distribusi momen ke jalur
kolom dan jalur tengah juga digunakan
dalam metode rangka ekuivalen (8.11)

==== 8.10.1 Umum R8.10.1 Umum

==== 8.10.1.1 Pelat dua arah yang memenuhi
batasan pada 8.10.2. diizinkan untuk
didesain sesuai dengan pasal berikut.
R.8.10.1.1 Metode desain langsung
dikembangkan dari pertimbangan prosedur
teoritis untuk penentuan momen dalam
pelat dengan dan tanpa balok, persyaratan
untuk desain dan prosedur konstruksi yang
sederhana, dan asumsi yang disediakan
oleh kinerja sistem pelat. Akibatnya, sistem
pelat yang didesain menggunakan metode
desain langsung harus memenuhi batasanbatasan
pada 8.10.2.

==== 8.10.1.2 Variasi batasan-batasan 8.10.2
diizinkan jika ditunjukkan secara analisis
bahwa keseimbangan dan kompatibilitas
geometrik dipenuhi, kekuatan desain pada
setiap penampang sekurang-kurangnya
sama dengan kekuatan perlu, dan kondisi
layan, termasuk batas lendutan dipenuhi.

==== R8.10.1.2 Metode desain langsung
diizinkan untuk digunakan bahkan jika
struktur tidak memenuhi batasan dalam

==== 8.10.2, jika dapat ditunjukkan oleh analisis
bahwa batasan tertentu tidak berlaku untuk
struktur tersebut. Untuk sistem pelat yang
mendukung beban tidak bergerak, seperti
sebuah reservoir air di mana beban
terdistribusi pada semua panel sama,
batasan beban hidup pada 8.10.2.6 tidak
perlu dipenuhi.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 164 dari 695


==== 8.10.1.3 Tumpuan berbentuk bundar atau
poligon beraturan harus diperlakukan
sebagai tumpuan persegi dengan luas yang
sama.

==== R8.10.1.3 Jika sebuah elemen tumpuan
tidak memiliki penampang persegi panjang
atau jika salah satu sisi persegi tidak sejajar
dengan bentang, harus diperlakukan
sebagai tumpuan persegi dengan luas
yang sama, seperti yang digambarkan
dalam Gambar R8.10.1.3.
Gambar R8.10.1.3 – Contoh penampang
bujursangkar ekuivalen untuk
komponen struktur tumpuan

==== 8.10.2 Batasan penggunaan metode
desain langsung

==== R8.10.2 Batasan penggunaan metode
desain langsung

==== 8.10.2.1 Sedikitnya harus terdapat tiga
bentang menerus dalam masing-masing
arah.

==== R8.10.2.1 Alasan utama adanya batasan
ini adalah besarnya momen negatif di
tumpuan interior pada sebuah struktur
dengan hanya dua bentang
menerus. Aturan-aturan yang diberikan
untuk metode desain langsung berasumsi
bahwa sistem pelat di penampang pertama
momen negatif interior adalah tidak dijepit
terhadap rotasi atau tidak kontinu.

==== 8.10.2.2 Panjang bentang berurutan yang
diukur dari pusat ke pusat tumpuan dalam
masing-masing arah harus tidak boleh
berbeda lebih dari sepertiga bentang
terpanjang.

==== R8.10.2.2 Batasan ini berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya momen negatif
yang melampaui titik di mana tulangan
momen negatif dihentikan, seperti yang
dinyatakan dalam Gambar 8.7.4.1.3a.

==== 8.10.2.3 Panel harus berbentuk persegi,
dengan rasio dimensi terpanjang terhadap
dimensi terpendek yang diukur dari pusat ke
pusat tumpuan, tidak melebihi 2.

==== R8.10.2.3 Jika rasio dari dua bentang
(bentang panjang/bentang pendek) suatu
panel melebihi 2, pelat menahan momen
yang terjadi pada bentang yang lebih
pendek, sehingga dapat dikategorikan
sebagai pelat satu arah.

==== 8.10.2.4 Posisi kolom boleh menyimpang
tidak lebih dari 10 % dari bentang dari arah
pergeseran masing-masing sumbu di
antara titik pusat kolom yang berurutan.

==== R8.10.2.4 Posisi kolom dapat bergeser
dalam batas-batas tertentu. Batas atas dari
pergeseran total kumulatif dapat mencapai
20 % dari bentangnya.
0,89h 0,93h h
h
h h
h
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 165 dari 695


==== 8.10.2.5 Semua beban yang
diperhitungkan hanya akibat beban
gravitasi dan terdistribusi merata di seluruh
panel.

==== R8.10.2.5 Metode desain langsung
didasarkan pada pengujian (Jirsa et al.
1969) untuk beban gravitasi terdistribusi
merata dan hasil reaksi kolom ditentukan
oleh perilaku statik. Beban lateral, seperti
angin atau yang disebabkan oleh gempa
bumi, memerlukan analisis
rangka. Pondasi rakit tipe terbalik (Inverted
foundation mats) didesain sebagai pelat
dua arah (13.3.4) termasuk beban
kolom. Oleh karena itu, walaupun gaya
reaksi tanah dianggap seragam, analisis
rangka tetap dilakukan.

==== 8.10.2.6 Beban hidup tak terfaktor tidak
boleh melebihi dua kali beban mati tak
terfaktor.

==== R8.10.2.6 Pada kebanyakan sistem pelat,
rasio beban hidup terhadap beban mati
akan kurang dari 2 dan tidak diperlukan
untuk memeriksa pengaruh dari pola
pembebanan.

==== 8.10.2.7 Untuk panel dengan balok di
antara tumpuan pada semua sisinya, Pers.
(8.10.2.7a) harus dipenuhi untuk balok
dalam dua arah tegak lurus.
0,2 5,0
2
2 1
22
1 
f
f
(8.10.2.7a)
dimana αf1 dan αf2 dihitung dengan:
I E
I E
cs s
cb b
f
  (8.10.2.7b)

==== R8.10.2.7 Distribusi elastis dari momen
akan berbeda cukup besar dari yang
diasumsikan pada metode desain langsung
kecuali syarat kekakuan terpenuhi.

==== 8.10.3 Momen statis terfaktor total untuk
suatu bentang

==== R8.10.3 Momen statis terfaktor total untuk
suatu bentang

==== 8.10.3.1 Momen statis terfaktor total
Mo untuk suatu bentang harus ditentukan
pada suatu jalur yang dibatasi secara lateral
oleh garis pusat panel pada setiap sisi garis
pusat tumpuan.

==== 8.10.3.2 Jumlah absolut momen terfaktor
positif dan negatif rata-rata Mu dalam setiap
arah tidak boleh kurang dari:
8
2
u 2n
o
q
M  (8.10.3.2)

==== R8.10.3.2 Pers. (8.10.3.2) mengikuti
langsung penurunan (Nichols 1914)
dengan asumsi penyederhanaan bahwa
reaksi terkonsentrasi sepanjang muka
tumpuan yang tegak lurus terhadap
bentang yang ditinjau. Secara umum, perlu
dihitung momen statis untuk dua panel
yang bersebelahan masing-masing
setengah bentang mencakup lajur kolom
dengan lajur tengah kolom sepanjang
sisinya.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 166 dari 695


==== 8.10.3.2.1 Pada Pers. (8.10.3.2),
ℓn adalah jarak bentang bersih dalam arah
momen-momen yang diperhitungkan, harus
menerus dari muka ke muka kolom, kepala
kolom, bracket, atau dinding, tidak boleh
kurang dari 0,65ℓ1.

==== 8.10.3.2.2 Pada Pers. (8.10.3.2), jika
bentang transversal panel pada masingmasing
garis pusat tumpuan bervariasi,
ℓ2 harus diambil sebagai rata-rata dari
bentang transversal yang bersebelahan.

==== 8.10.3.2.3 Pada Pers. (8.10.3.2), jika
bentang yang bersebelahan dan yang
sejajar terhadap tepi pelat yang ditinjau,
jarak dari tepi ke garis pusat panel dipakai
untuk menggantikan ℓ2.

==== 8.10.4 Distribusi momen statis total
terfaktor

==== R8.10.4 Distribusi momen statis total
terfaktor

==== 8.10.4.1 Pada bentang interior, Mo harus
didistribusikan sebagai berikut: 0,65Mo ke
momen negatif dan 0,35Mo ke momen
positif.

==== 8.10.4.2 Pada bentang ujung, Mo harus
didistribusikan sesuai Tabel 8.10.4.2.
Tabel 8.10.4.2 – Koefisien distribusi
untuk bentang ujung
Tepi
eksterior
tak terkekang
Pelat
dengan
balok
antara
semua
tumpuan
Pelat tanpa
balok antara
tumpuan
interior
Tepi
eksterior
terkekang
penuh
Tanpa
balok
tepi
Dengan
balok
tepi
Negatif
interior
0,75 0,70 0,70 0,70 0,65
Positif 0,63 0,57 0,52 0,50 0,35
Negatif
eksterior
0 0,16 0,26 0,30 0,65

==== R8.10.4.2 Koefisien momen untuk ujung
bentang didasarkan pada kekakuan kolom
ekuivalen dari Corley et al. (1961), Jirsa et
al. (1963)dan Corley and
Jirsa (1970). Koefisien untuk ujung bentang
tak terkekang akan digunakan, misalnya,
jika pelat hanya ditumpu secara sederhana
pada dinding bata atau dinding beton.
Untuk ujung yang sepenuhnya terkekang
akan berlaku jika pelat dibangun satu
kesatuan dengan dinding beton yang
memiliki kekakuan lentur yang besar
dibandingkan dengan pelat memiliki rotasi
pelat yang kecil terjadi pada sambungan
pelat dan dinding.
Selain ujung bentang lain yang tak
terkekang atau sepenuhnya terkekang,
Koefisien dalam tabel dipilih untuk menjadi
batasan atas untuk momen positif dan
negatif interior. Hasilnya, momen negatif
eksterior biasanya lebih dekat dengan
batas bawah. Kekuatan momen negatif
eksterior untuk kebanyakan sistem pelat
ditentukan oleh tulangan minimum untuk
kontrol retak. Koefisien di dalam tabel telah
disesuaikan sehingga jumlah mutlak dari
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 167 dari 695

momen positif dan rata-rata momen adalah
sama dengan Mo.
Dalam peraturan ACI 1977, faktor distribusi
didefinisikan sebagai fungsi dari rasio
kekakuan tumpuan eksterior yang
digunakan untuk memproporsikan momen
statis total Mo di ujung
bentang. Pendekatan ini dapat digunakan
pada nilai-nilai yang sesuai dengan
ketentuan ini.

==== 8.10.4.3 Modifikasi momen positif dan
momen negatif terfaktor diizinkan hingga 10
persen jika total momen statis terfaktor
untuk panel, Mo, dalam arah yang ditinjau
tidak kurang dari yang disyaratkan pada
Pers. (8.10.3.2). Redistribusi momen seperti
pada 6.6.5 tidak diizinkan.

==== R8.10.4.3 Ketentuan ini memperbolehkan
pengurangan hingga 10 persen pada
momen negatif atau positif terfaktor,
dihitung sesuai 8.10.4, dengan syarat total
momen statis untuk sebuah panel dengan
arah yang ditinjau tidak kurang
dari Mo sesuai Pers. (8.10.3.2). Hal ini
dimaksudkan untuk membatasi perilaku
inelastik dan redistribusi momen yang
dapat terjadi pada pelat dianalisis dengan
metode desain langsung.
Distribusi momen yang diizinkan
oleh 6.6.5 tidak diizinkan digunakan bila
nilai momen menggunakan metode
pendekatan.

==== 8.10.4.4 Penampang kritis untuk momen
terfaktor negatif Mu harus berada pada
muka tumpuan persegi.

==== 8.10.4.5 Momen negatif Mu harus yang
terbesar dari dua momen negatif interior Mu
yang dihitung dari bentang-bentang yang
merangka pada tumpuan yang sama
kecuali analisis dilakukan untuk
mendistribusikan momen tidak seimbang
sesuai dengan kekakuan elemen yang
bersebelahan.

==== R8.10.4.5 Perbedaan momen dalam pelat
pada kedua sisi kolom atau jenis tumpuan
yang lain harus dimasukkan dalam desain
tumpuan tersebut. Jika analisis dibuat
untuk distribusi momen yang tidak
seimbang, maka kekakuan lentur dapat
diperoleh berdasarkan luas bruto
penampang beton pada komponen yang
terlibat.

==== 8.10.4.6 Balok tepi atau bagian tepi pelat
harus didesain untuk menahan torsi akibat
momen negatif eksterior Mu.

==== R8.10.4.6 Momen yang tegak lurus dan di
ujung dari struktur pelat harus ditransferkan
ke kolom tumpuan atau dinding. Tegangan
torsi yang disebabkan oleh momen pada
pelat harus diperiksa.

==== 8.10.5 Momen terfaktor di lajur kolom

==== 8.10.5.1 Lajur kolom harus menahan
bagian dari momen negatif interior Mu
sesuai Tabel 8.10.5.1.
Tabel 8.10.5.1 – Bagian momen negatif
interior Mu di lajur kolom

==== R8.10.5 Momen terfaktor di lajur kolom
– Aturan-aturan yang diberikan untuk
menentukan momen pada lajur kolom,
balok, dan lajur tengah didasarkan pada
studi (Gamble, 1972) pelat elastik linear
yang mengalami momen dengan kekakuan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 168 dari 695

αf1ℓ2/ℓ1
ℓ2/ℓ1
0,5 1,0 2,0
0 0,75 0,75 0,75
≥1,0 0,90 0,75 0,45
Catatan: Interpolasi linier harus dilakukan antara nilai-nilai
yang ditunjukkan
balok yang berbeda yang terjadi dengan
koefisien momen telah berhasil digunakan.
Untuk tujuan menghasilkan momen di lajur
tengah kolom bersebelahan dengan ujung
tumpuan dinding, ℓn di Pers. (8.10.3.2)
dapat diasumsikan sama dengan kolom
bersebelahan yang sejajar dengan bentang
kolom, dan dinding dapat dipertimbangkan
sebagai balok yang memiliki momen
inersia, Ib tak berhingga.

==== 8.10.5.2 Lajur kolom harus menahan
sebagian dari momen eksterior negatif
Mu sesuai Tabel 8.10.5.2.
Tabel 8.10.5.2 – Bagian momen negatif
eksterior Mu di lajur kolom
αf1𝓵𝟐⁄𝓵𝟏 𝛃𝒕
𝓵𝟐⁄𝓵𝟏
0,5 1,0 2,0
0
0 1,0 1,0 1,0
≥ 2,5 0,75 0,75 0,75
≥ 1,0
0 1,0 1,0 1,0
≥ 2,5 0,90 0,75 0,45
Catatan: Interpolasi linier harus dilakukan antara nilai-nilai
yang ditunjukkan, dimana 𝛃𝒕 dihitung dengan Pers.
(8.10.5.2a), dan C dihitung dengan Pers. (8.10.5.2b).
E I
E C
cs s
cb
t
2
  (8.10.5.2.a)
3
1 0,63
x3 y
y
x
C   
 
  (8.10.5.2.b)

==== R8.10.5.2 Pengaruh dari parameter
kekakuan torsi βt diterapkan pada semua
momen negatif terfaktor eksterior terhadap
lajur kolom, dan tidak untuk lajur tengah,
kecuali kekakuan torsi balok relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan kekakuan
lentur pada tumpuan pelat. Dalam definisi
βt , modulus geser dapat diambil
sebagai Ecb/2.
Ketika dinding-dinding yang digunakan
sebagai tumpuan sepanjang garis kolom,
dinding tersebut dapat dianggap sebagai
balok yang sangat kaku dengan nilai
αf1𝓵𝟐⁄𝓵𝟏 lebih besar dari 1. Ketika tumpuan
eksterior terdiri dari dinding tegak lurus
terhadap arah momen yang akan
dihitung, βt dapat bernilai nol jika dinding
tembok tersebut tidak memiliki tahanan
torsi, dan βt dapat bernilai 2,5 untuk dinding
yang memiliki tahanan torsi yang baik
dimana didinding tersebut monolit dengan
pelat.

==== 8.10.5.3 Untuk penampang T dan L,
pehitungan konstanta 𝑪 pada Pers.
(8.10.5.2b) dilakukan dengan membagi
penampang menjadi bagian-bagian persegi
terpisah, seperti didefinisikan dalam 8.4.1.8,
dan menjumlahkan nilai-nilai 𝑪 untuk setiap
bagiannya.

==== 8.10.5.4 Bila lebar kolom atau dinding
sekurang-kurangnya (3/4)𝓵𝟐, momen
negatif Mu harus didistribusikan merata
selebar 𝓵𝟐.

==== 8.10.5.5 Lajur kolom harus menahan
bagian dari momen positif interior Mu sesuai
Tabel 8.10.5.5.
Tabel 8.10.5.5 – Bagian momen positif
Mu di lajur kolom
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 169 dari 695

αf1ℓ2/ℓ1
ℓ2/ℓ1
0,5 1,0 2,0
0 0,60 0,60 0,60
≥1,0 0,90 0,75 0,45
Catatan: Interpolasi linier harus dilakukan antara nilai-nilai
yang ditunjukkan.

==== 8.10.5.6 Untuk pelat dengan balok di
antara tumpuan, bagian pelat dari lajur
kolom harus menahan momen lajur kolom
yang tidak ditahan oleh balok.

==== 8.10.5.7 Momen terfaktor balok R8.10.5.7 Momen terfaktor balok – Beban
yang diberikan secara langsung ke balok
tambahan dari beban mati terdistribusi
merata di seluruh pelat; seperti langitlangit,
finishing lantai, atau setara dengan
beban partisi; dan beban hidup terdistribusi
merata. Semua beban ini biasanya sudah
dimasukkan ke qu di Pers.
(8.10.3.2). Beban garis diberikan secara
langsung ke balok termasuk dinding partisi
sepanjang garis tengah balok dan
tambahan beban mati dari balok. Beban
terpusat termasuk tiang di atas atau di
bawah balok. Untuk menentukan beban
yang terjadi, hanya beban yang terletak
pada lebar batang balok yang dianggap
sebagai beban yang terjadi pada
balok. Lebar efektif balok yang didefinisikan
dalam 8.4.1.8 hanya untuk perhitungan
kekuatan dan kekakuan relatif. Beban garis
dan beban terpusat yang terletak di pelat
sepanjang balok perlu ditentukan
pembagian beban untuk pelat dan balok
tersebut. Merujuk juga pada R8.10.5.

==== 8.10.5.7.1 Balok di antara tumpuan harus
menahan momen lajur kolom Mu sesuai
Tabel 8.10.5.7.1.
Tabel 8.10.5.7.1 – Bagian momen lajur
kolom Mu pada balok
αf1ℓ2/ℓ1 Koefisien distribusi
0 0
≥1,0 0,85
Catatan: Interpolasi linier harus dilakukan antara nilai-nilai
yang ditunjukkan.

==== 8.10.5.7.2 Sebagai tambahan momen
yang telah dihitung sesuai 8.10.5.7.1, balok
harus menahan momen yang disebabkan
oleh beban terfaktor yang diaplikasikan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 170 dari 695

secara langsung pada balok, termasuk
berat badan balok yang menjorok di atas
dan di bawah pelat.

==== 8.10.6 Momen terfaktor pada lajur tengah R8.10.6 Momen terfaktor pada lajur
tengah – Merujuk pada R8.10.5

==== 8.10.6.1 Bagian momen negatif dan
momen positif terfaktor yang tidak ditahan
oleh lajur kolom harus dibagi secara
proporsional pada setengah lajur tengah
yang ditinjau.

==== 8.10.6.2 Masing-masing lajur tengah
harus menahan jumlah momen yang
diberikan pada kedua setengah lajur
tengahnya.

==== 8.10.6.3 Lajur tengah yang bersebelahan
dan sejajar dengan tepi yang ditumpu oleh
dinding harus diproporsikan untuk menahan
dua kali momen yang dibagikan pada
setengah lajur tengah yang berhubungan
dengan baris pertama tumpuan interior.

==== 8.10.7 Momen terfaktor pada kolom dan
dinding

==== R8.10.7 Momen terfaktor pada kolom dan
dinding – Desain dan detail tulangan
mentransfer momen dari pelat ke ujung
kolom penting untuk kinerja dan keamanan
slab datar atau pelat datar tanpa balok tepi
atau pelat kantilever. Detail desain yang
lengkap sangat penting ditunjukkan dalam
dokumen konstruksi, seperti konsentrasi
tulangan pada kolom dengan spasi yang
lebih kecil, atau tulangan tambahan
lainnya.

==== 8.10.7.1 Kolom dan dinding yang
dibangun secara menyatu dengan sistem
pelat harus menahan momen yang
diakibatkan oleh beban terfaktor pada
sistem pelat.

==== 8.10.7.2 Pada tumpuan interior, kolom
atau dinding di atas dan di bawah pelat
harus menahan momen terfaktor yang
dihitung dengan Pers. (8.10.7.2) secara
langsung sesuai dengan proporsi
kekakuannya kecuali jika dilakukan
analisis.
  2  2
2 2 0,07 0,5 ' ' '
sc DU LU n Du n M   q  q q 
 
(8.10.7.2)

==== R8.10.7.2 Pers. (8.10.7.2) mengacu pada
dua bentang bersebelahan, dengan satu
bentang lebih panjang daripada yang lain,
dengan beban mati ditambah satu
setengah beban hidup yang diterapkan
pada bentang yang lebih panjang dan
hanya beban mati diberikan pada bentang
yang lebih pendek.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 171 dari 695

dimana qDu’, ℓ2’, dan ℓn’ merujuk pada
bentang terpendek.

==== 8.10.7.3 Momen akibat beban gravitasi
yang akan ditransfer di antara pelat dan
kolom tepi yang sesuai 8.4.2.3 tidak boleh
kurang dari 0,3Mo.

==== R8.10.7.3 Analisis sistem pelat
menunjukkan bahwa kekakuan relatif pelat,
balok, dan kolom mempengaruhi jumlah
momen yang ditransfer ke tumpuan akibat
kondisi beban gravitasi, tetapi selisihnya
cukup kecil. Untuk tipikal konfigurasi pelat,
batas atas dari nilai-nilai yang diberikan
dalam Tabel 8.10.4.2 untuk kondisi tepi tak
terkekang dan sepenuhnya terkekang
adalah 0,3Mo.

==== 8.10.8 Geser terfaktor sistem pelat dengan
balok

==== R8.10.8 Geser terfaktor sistem pelat
dengan balok – Daerah tributari untuk
menghitung geser pada balok interior
ditampilkan dengan arsiran di Gambar

==== 8.10.8.1. Jika kekakuan balok
αf1𝓵𝟐⁄𝓵𝟏 kurang dari 1,0, geser pada balok
dapat diperoleh dengan interpolasi
linier. Dalam kasus tersebut, balok yang
merangka ke kolom tidak akan terhitung
pada semua gaya geser yang diberikan
pada kolom. Gaya geser sisa akan
menghasilkan tegangan geser di pelat
sekitar kolom yang harus diperiksa dengan
cara yang sama seperti pelat datar, sesuai
dengan yang dipersyaratkan

==== 8.10.8.3. Pasal 8.10.8.1 dan 8.10.8.2 tidak
berlaku untuk perhitungan momen torsi
pada balok. Momen ini harus didasarkan
perhitungan momen-momen lentur yang
terjadi pada sisi-sisi balok.

==== 8.10.8.1 Balok di antara tumpuan harus
menahan bagian geser sesuai Tabel

==== 8.10.8.1 yang disebabkan oleh beban
terfaktor di luas tributari sesuai Gambar

==== 8.10.8.1.
Tabel 8.10.8.1 – Bagian geser yang
ditahan oleh balok
Catatan: Linear interpolasi akan dilakukan antara nilai-nilai
yang ditunjukkan
αf1ℓ2/ℓ1 Koefisien distribusi
0 0
≥1,0 1,0
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 172 dari 695

Gambar 8.10.8.1 – Luas tributari untuk
geser balok interior

==== 8.10.8.2 Sebagai tambahan untuk geser
yang dihitung sesuai 8.10.8.1, balok harus
menahan geser yang disebabkan oleh
beban terfaktor yang diaplikasikan secara
langsung pada balok, termasuk berat badan
balok yang menjorok di atas dan di bawah
pelat.

==== 8.10.8.3 Perhitungan kekuatan geser perlu
pelat yang berdasar pada asumsi bahwa
beban terdistribusi ke tumpuan balok sesuai

==== 8.10.8.1 diizinkan. Tahanan geser total Vu
pada panel harus disediakan.

==== 8.11 - Metode rangka ekuivalen R8.11 - Metode rangka ekuivalen
Metode rangka ekuivalen melibatkan
sistem pelat tiga dimensi yang dibuat
menjadi serangkaian rangka dua dimensi
yang kemudian dianalisis untuk beban
yang bekerja pada bidang rangka
tersebut. Momen negatif dan positif yang
didapat pada penampang desain kritis
didistribusikan ke penampang pelat sesuai

==== 8.10.5 (lajur kolom), 8.10.5.7 (balok), dan

==== 8.10.6 (lajur tengah). Metode rangka
ekuivalen didasarkan pada studi yang
dilaporkan oleh Corley et al. (1961), Jirsa et
al.(1963), dan Corley and
Jirsa (1970). Untuk bagian R13.7 dari
peraturan ACI 1989 berisi penjelasan yang
lebih rinci tentang metode rangka
ekuivalen.

==== 8.11.1 Umum

==== 8.11.1.1 Semua penampang pelat dan
komponen tumpuan pada sistem pelat dua
arah yang didesain dengan metode rangka
ekuivalen harus menahan momen dan
450 450
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 173 dari 695

geser yang didapat dari analisis sesuai

==== 8.11.2 hingga 8.11.6.

==== 8.11.1.2 Beban hidup harus diatur sesuai
6.4.3.

==== 8.11.1.3 Diizinkan untuk
memperhitungkan kontribusi kepala kolom
logam terhadap kekakuan, tahanan momen
dan tahanan geser.

==== 8.11.1.4 Diizinkan untuk mengabaikan
perubahan panjang kolom dan pelat akibat
tegangan langsung, dan defleksi akibat
geser.

==== 8.11.2 Rangka ekuivalen

==== 8.11.2.1 Struktur harus dimodelkan
dengan rangka ekuivalen pada garis kolom
yang diambil pada arah longitudinal dan
transversal bangunan.

==== 8.11.2.2 Masing-masing rangka ekuivalen
harus tediri dari sebaris kolom atau
tumpuan dan lajur pelat-balok yang dibatasi
secara lateral oleh garis pusat panel pada
setiap sisi garis pusat kolom atau tumpuan.

==== 8.11.2.3 Rangka yang bersebelahan dan
sejajar terhadap suatu tepi harus dibatasi
oleh tepi tersebut dan garis pusat panel
sebelahnya.

==== 8.11.2.4 Kolom atau tumpuan harus
dianggap terhubung dengan lajur pelatkolom
oleh komponen torsi yang arahnya
transversal terhadap arah bentang yang
ditinjau dimana momennya dihitung dan
menerus ke garis-garis pusat panel pada
masing-masing sisi kolom.

==== 8.11.2.5 Setiap rangka ekuivalen dapat
dianalisis sebagai suatu kesatuan. Sebagai
alternatif, untuk beban gravitasi, masingmasing
lantai atau atap dapat dianalisis
secara terpisah dengan menganggap
ujung-ujung jauh kolom terjepit.

==== 8.11.2.6 Bila pelat balok dianalisis secara
terpisah, diizinkan untuk menghitung
momen pada suatu tumpuan dengan
menganggap bahwa pelat-balok terjepit
pada tumpuan dua atau lebih panel

==== R8.11.2 Rangka ekuivalen – Penerapan
rangka ekuivalen pada suatu struktur
diilustrasikan pada Gambar R8.11.2.
bangunan tiga dimensi dibagi menjadi
serangkaian rangka ekuivalen dua dimensi
berpusat pada kolom atau tengah tumpuan
dengan setiap rangka yang diteruskan
sepanjang ketinggian bangunan. Lebar
setiap rangka ekuivalen dibatasi oleh garis
tengah dari panel yang
bersebelahan. Analisis lengkap dari sistem
pelat untuk suatu bangunan terdiri dari
menganalisis serangkaian rangka (interior
dan eksterior) yang mencakup longitudinal
dan transversal bangunan.
Rangka ekuivalen terdiri dari tiga bagian:
1) lajur pelat horizontal, termasuk setiap
balok yang membentang ke arah rangka; 2)
kolom atau tumpuan vertikal lain, yang
memanjang di atas dan di bawah pelat; dan
3) unsur-unsur struktur yang menghasilkan
transfer momen antara struktur horizontal
dan vertikal.
Lajur kolom l2/2
Lajur pelatbalok
l2/2
Sumbu
panel l2 l2
Rangka ekuivalen
interior
Setengah
lajur
tengah
Rangka ekuivalen
eksterior
Tepi
Sumbu panel
bersebelahan
l1
l1
l1
l2
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 174 dari 695

sebelahnya, selama pelat tersebut menerus
melewati tumpuan jepit tersebut.
Gambar R8.11.2 – Definisi rangka
ekuivalen

==== 8.11.3 Pelat-balok R8.11.3 Pelat-balok

==== 8.11.3.1 Momen inersia pelat-balok dari
pusat kolom ke muka kolom, bracket, atau
kepala kolom harus diasumsikan sama
dengan momen inersia pelat-balok pada
muka kolom, bracket, atau kepala kolom
dibagi dengan besaran (1 – c2/ℓ2)2, dimana c2
dan ℓ2 diukur arah transversal terhadap arah
bentang dimana momen sedang ditinjau.

==== R8.11.3.1 Suatu tumpuan didefinisikan
sebagai kolom, kapital, bracket, atau
dinding. Balok bukan sebuah tumpuan
pada rangka ekuivalen.

==== 8.11.3.2 Variasi pada momen inersia
sepanjang sumbu pelat-balok harus
diperhitungkan.

==== 8.11.3.3 Diizinkan penggunaan luas
penampang bruto beton dalam penentuan
momen inersia pelat-balok pada sebarang
penampang di luar joint atau kepala kolom.

==== 8.11.4 Kolom

==== 8.11.4.1 Momen inersia kolom dari atas ke
bawah joint pelat-balok harus dianggap
tidak terhingga.

==== 8.11.4.2 Variasi pada momen inersia
sepanjang sumbu kolom harus
diperhitungkan.

==== 8.11.4.3 Diizinkan penggunaan luas
penampang bruto beton dalam penentuan
momen inersia kolom pada sebarang
penampang di luar joint atau kepala kolom.

==== R8.11.4 Kolom – Kekakuan kolom
didasarkan pada panjang kolom dari
pertengahan tengah pelat atas sampai
pertengahan tengah pelat bawah. Momen
inersia kolom dihitung berdasarkan
penampangnya, dengan
mempertimbangkan peningkatan kekakuan
yang disebabkan oleh kepala kolom, jika
ada.
Jika pelat-balok dianalisis secara terpisah
untuk beban gravitasi, konsep sebuah
kolom ekuivalen, digunakan
penggabungan kekakuan pelat-balok dan
elemen torsi ke sebuah elemen
komposit. Fleksibilitas kolom diubah untuk
menghitung fleksibilitas torsi sambungan
pelat-kolom yang mengurangi efisiensi
perpindahan momen. Kolom ekuivalen
terdiri dari kolom yang berada di atas dan
di bawah pelat-balok, ditambah elemen
torsi di setiap sisi kolom hingga garis
tengah dari panel yang bersebelahan,
seperti yang ditunjukkan pada
Gambar R8.11.4.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 175 dari 695

Gambar R8.11.4 – Kolom ekuivalen (kolom
ditambah komponen struktur torsi)

==== 8.11.5 Komponen torsi

==== 8.11.5.1 Komponen-komponen torsi harus
dianggap mempunyai penampang konstan
(prismatik) pada seluruh panjang komponen
tersebut yang terdiri dari yang terbesar dari
a), b), dan c):
a) Bagian pelat yang mempunyai lebar
sama dengan lebar kolom, bracket, atau
kepala kolom dalam arah bentang
dimana momen akan dihitung.
b) Untuk konstruksi monolit atau komposit
penuh, bagian pelat yang ditetapkan
dalam a) ditambah bagian balok
transversal di atas dan di bawah pelat.
c) Balok transversal sesuai 8.4.1.8.

==== 8.11.5.2 Bila balok-balok merangka ke
kolom dalam arah bentang dimana momen
dihitung, kekakuan torsi harus dikalikan
dengan rasio momen inersia pelat termasuk
baloknya dibagi dengan momen inersia
pelat tanpa balok tersebut.

==== R8.11.5 Komponen torsi – Perhitungan
kekakuan elemen torsi memerlukan
beberapa asumsi penyederhanaan. Jika
tidak ada balok merangka ke kolom,
proporsi dari pelat sama dengan lebar
kolom atau kapital diasumsikan menjadi
elemen torsi. Jika sebuah balok merangka
ke kolom, diasumsikan sebagai balok-L
atau balok-T, dengan flens membentang
dari muka balok dengan jarak yang sama
dengan balok di atas atau di bawah pelat
tetapi tidak lebih dari empat kali ketebalan
pelat; merujuk kepada 8.4.1.8. Selain itu,
hal ini diasumsikan bahwa tidak adanya
rotasi torsi pada balok sepanjang lebar
tumpuan.
Penampang komponen yang digunakan
untuk menghitung kekakuan torsi
dinyatakan oleh 8.11.5.1.
Studi analisis tiga dimensi dari berbagai
macam pelat menyarankan bahwa nilai
kekakuan torsi dapat diperoleh dengan
mengasumsikan distribusi momen
sepanjang elemen torsi yang bervariasi
linear dari maksimal di tengahtengah
kolom sampai nol di tengah
panel. Distribusi momen diamsumsikan
sepanjang tengah kolom ditampilkan dalam
Gambar. R8.11.5.
Perkiraan nilai kekakuan torsi,
berdasarkan hasil dari analisis tiga dimensi
pelat (Corley et al. 1961; Jirsa et
al. 1963; Corley and Jirsa 1970), diberikan
sebagai:
Kolom atas
Komponen
struktur torsi
Komponen
struktur torsi
Kolom bawah
l1
l2
l2
l1
A
A
l1
Balok
paralel
CL kolom
CL kolom
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 176 dari 695

 
 
2
2
2 1
3
9
c
E C
K
cs
t
Gambar R8.11.5 – Distribusi momen
torsi sepanjang sumbu kolom AA pada
gambar R8.11.4

==== 8.11.6 Momen-momen terfaktor R8.11.6 Momen-momen terfaktor

==== 8.11.6.1 Pada tumpuan interior,
penampang kritis untuk momen negatif
terfaktor Mu pada kedua lajur kolom dan
lajur tengah harus diambil pada muka
tumpuan yang dianggap persegi, tetapi
tidak lebih jauh dari 0,175𝓵𝟏 dari pusat
kolom.

==== 8.11.6.2 Pada tumpuan eksterior tanpa
bracket atau kepala kolom, penampang
kritis untuk momen negatif terfaktor Mu pada
bentang yang tegak lurus terhadap suatu
tepi harus diambil di muka komponen
penumpu.

==== R8.11.6.1 hingga R8.11.6.4 Pasal
standar ini menyesuaikan momen negatif
terfaktor ke muka tumpuan. Untuk tumpuan
eksterior dengan bracket atau kepala
kolom, pengaturan yang dilakukan adalah
memodifikasi untuk membatasi
pengurangan momen negatif. Gambar

==== R8.10.1.3 menggambarkan beberapa
tumpuan persegi yang digunakan sebagai
muka tumpuan untuk mendesain tumpuan
yang tidak berbentuk persegi.

==== 8.11.6.3 Pada tumpuan eksterior dengan
bracket atau kepala kolom, penampang
kritis untuk momen negatif terfaktor Mu pada
bentang yang tegak lurus terhadap suatu
tepi harus diambil sejarak dari muka
komponen penumpu yang tidak melebihi
setengah proyeksi bracket atau kepala
kolom melewati muka komponen penumpu.

==== 8.11.6.4 Tumpuan berbentuk bundar atau
poligon beraturan harus dianggap sebagai
tumpuan persegi dengan luas yang sama
untuk lokasi penampang kritis untuk momen
desain negatif.

==== 8.11.6.5 Bila sistem pelat dalam batasanbatasan

==== 8.10.2 dianalisis dengan metode
rangka ekuivalen, diizinkan untuk
mereduksi momen-momen yang dihasilkan
dengan proporsi sedemikian rupa hingga
jumlah absolut momen-momen positif dan
negatif rata-rata yang digunakan dalam

==== R8.11.6.5 Ketentuan ini didasarkan pada
prinsip bahwa jika dua metode yang
berbeda digunakan untuk mendapatkan
jawaban tertentu, standar ini tidak
mensyaratkan nilai yang lebih besar dari
nilai terkecil yang diizinkan. Dari
pengalaman yang ada, momen statis
2
l2
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 177 dari 695

desain tidak perlu melebihi nilai yang
didapat dari Pers. (8.10.3.2).
terfaktor total tidak melebihi nilai yang
diberikan oleh Pers. (8.10.3.2), sehingga
nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk
desain jika batasan-batasan yang berlaku
terpenuhi.

==== 8.11.6.6 Diizinkan untuk mendistribusikan
momen-momen pada panampangpenampang
kritis ke lajur kolom, balok, dan
lajur tengah sesuai dengan metode desain
langsung dalam 8.10.2, yang memberikan
bahwa Pers. (8.10.2.7a) terpenuhi.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 178 dari 695



[ Lanjut Ke PASAL 9 – BALOK... ]






Kembali ke Daftar Isi
Jelajah ke Daftar Gambar
Jelajah ke Daftar Tabel