==== 7. PASAL 7 - PELAT SATU ARAH

==== 7.1 - Ruang lingkup

==== 7.1.1 Ketentuan pada pasal ini berlaku
untuk perencanaan pelat nonprategang
dan prategang dengan penulangan untuk
lentur satu arah, termasuk:
a) Pelat solid
b) Pelat yang dicor di atas dek baja
nonkomposit
c) Pelat beton komposit yang dibangun
dengan pengecoran terpisah tetapi
disambung satu sama lain sehingga
semua komponen memikul beban
sebagai satu kesatuan.
d) Pracetak, pelat prategang berongga

==== R7.1 - Ruang lingkup

==== R7.1.1 Desain dan konstruksi pelat
komposit pada steel deck dijelaskan dalam
"Standard for Composite Steel Floor Deck -
Slabs"
(SDI C).
Ketentuan untuk sistem pelat berusuk
(joist) satu arah dapat dilihat pada Pasal 9.

==== 7.2 - Umum

==== 7.2.1 Pengaruh beban terpusat dan
bukaan harus dipertimbangkan dalam
desain.

==== R7.2 - Umum

==== R7.2.1 Pengaruh bukaan pelat pada
kekuatan lentur dan geser harus ikut
dipertimbangkan, termasuk mengevaluasi
potensi penampang kritis akibat bukaan.
Beban terpusat dan bukaan pelat dapat
menyebabkan area pada pelat satu arah
memiliki perilaku dua arah.

==== 7.2.2 Material

==== 7.2.2.1 Properti desain beton harus dipilih
sesuai Pasal 19.

==== 7.2.2.2 Properti desain tulangan baja
harus dipilih sesuai Pasal 20.

==== 7.2.2.3 Persyaratan material, desain, dan
pendetailan untuk penanaman dalam beton
harus sesuai 20.7.

==== 7.2.3 Sambungan ke komponen lainnya

==== 7.2.3.1 Untuk konstruksi cor di tempat,
sambungan balok-kolom dan pelat-kolom
harus memenuhi Pasal 15.

==== 7.2.3.2 Untuk konstruksi pracetak,
sambungan harus memenuhi penyaluran
gaya yang dipersyaratkan pada 16.2.

==== 7.3 - Batasan desain

==== 7.3.1 Ketebalan minimum pelat

==== R7.3 - Batasan desain

==== R7.3.1 Ketebalan minimum pelat –
Ketentuan ketebalan minimum pelat satu
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 120 dari 695

arah sama seperti balok. Lihat R9.3.1 untuk
informasi tambahan.

==== 7.3.1.1 Untuk pelat solid nonprategang
yang tidak bertumpu atau melekat pada
partisi atau konstruksi lain yang mungkin
rusak akibat lendutan yang besar,
ketebalan keseluruhan pelat h tidak boleh
kurang dari batas minimum pada Tabel

==== 7.3.1.1, kecuali jika hasil hitungan pada
batas lendutan 7.3.2 terpenuhi.

Tabel 7.3.1.1 – Ketebalan minimum
pelat solid satu arah nonprategang
Kondisi tumpuan h[1] Minimum
Tumpuan sederhana ℓ/20
Satu ujung menerus ℓ/24
Kedua ujung menerus ℓ/28
Kantilever ℓ/10
[1]Angka ini berlaku untuk beton berat normal dan fy = 420
MPa. Untuk kasus lain, ketebalan minimum harus
dimodifikasi sesuai 7.3.1.1.1 hingga 7.3.1.1.3.

==== 7.3.1.1.1 Untuk fy lebih dari 420 MPa,
persamaan pada Tabel 7.3.1.1 harus
dikalikan dengan (0,4 + fy / 700)

==== 7.3.1.1.2 Untuk pelat nonprategang yang
terbuat dari beton ringan dengan wc
berkisar antara 1440 hingga 1840 kg/m3,
persamaan pada Tabel 7.3.1.1 harus
dikalikan dengan nilai terbesar dari a) dan
b):
a) 1,65 - 0,0003wc
b) 1,09

==== 7.3.1.1.3 Untuk pelat komposit
nonprategang yang terbuat dari kombinasi
beton ringan dan normal, ditopang saat
konstruksi, dan ketika beton ringan berada
dalam keadaan tertekan, koefisien
modifikasi pada 7.3.1.1.2 harus digunakan.

==== 7.3.1.2 Ketebalan penutup lantai (floor
finish) beton diizinkan untuk dimasukkan ke
dalam nilai h jika pengecoran dilakukan
secara monolit dengan pelat lantai atau jika
penutup lantai dirancang komposit dengan
pelat lantai sesuai 16.4.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 121 dari 695


==== 7.3.2 Perhitungan batasan lendutan R7.3.2 Perhitungan batasan lendutan –
Dasar perhitungan lendutan untuk pelat
satu arah sama seperti pada balok. Lihat
R9.3.2 untuk informasi tambahan.

==== 7.3.2.1 Untuk pelat non-prategang yang
tidak memenuhi 7.3.1 dan untuk pelat
prategang, lendutan sesaat dan jangka
panjang harus dihitung sesuai 24.2 dan
tidak boleh melebihi batas pada 24.2.2.

==== 7.3.2.2 Untuk pelat beton komposit
nonprategang yang memenuhi 7.3.1,
lendutan yang terjadi setelah komponen
struktur menjadi komposit, tidak perlu
dihitung. Lendutan yang terjadi sebelum
komponen struktur menjadi komposit harus
diperiksa, kecuali ketebalan sebelum
komposit juga memenuhi 7.3.1.

==== 7.3.3 Batas regangan tulangan pada pelat
nonprategang

==== 7.3.3.1 Untuk pelat nonprategang, εt
sekurang-kurangnya 0,004

==== 7.3.4 Batas tegangan pada pelat
prategang

==== 7.3.4.1 Pelat prategang harus
diklasifikasikan sebagai Kelas U, T, atau C
sesuai 24.5.2.

==== 7.3.4.2 Tegangan sesaat setelah transfer
dan saat beban layan pada pelat prategang
tidak boleh melebihi tegangan yang
diizinkan pada 24.5.3 dan 24.5.4.

==== 7.4 - Kekuatan perlu

==== 7.4.1 Umum

==== R7.4 - Kekuatan perlu

==== 7.4.1.1 Kekuatan perlu harus dihitung
sesuai dengan kombinasi beban yang
diperhitungkan pada Pasal 5.

==== 7.4.1.2 Kekuatan perlu harus sesuai
dengan prosedur analisis pada Pasal 6.

==== 7.4.1.3 Untuk pelat prategang, pengaruh
reaksi perletakan yang ditimbulkan akibat
prategang harus dipertimbangkan sesuai
5.3.11.

==== 7.4.2 Momen terfaktor
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 122 dari 695


==== 7.4.2.1 Untuk pelat yang dibangun
menyatu dengan tumpuan, Mu di tumpuan
diperkenankan dihitung pada muka
tumpuan.

==== 7.4.3 Geser terfaktor R7.4.3 Geser terfaktor

==== 7.4.3.1 Untuk pelat yang dibangun
menyatu dengan tumpuan, Vu di tumpuan
diperkenankan dihitung pada muka
tumpuan.

==== 7.4.3.2 Penampang antara muka
tumpuan dan penampang kritis yang
terletak sejauh d dari permukaan tumpuan
untuk pelat nonprategang atau h/2 dari
muka tumpuan untuk pelat prategang harus
dirancang untuk memenuhi Vu pada
penampang kritis jika a) hingga c)
terpenuhi:
a) Reaksi perletakan, dalam arah geser
yang terjadi, menimbulkan tekan ke
daerah ujung pelat
b) Beban diberikan pada atau dekat
permukaan atas pelat
c) Tidak ada beban terpusat antara muka
tumpuan dan penampang kritis

==== R7.4.3.2 Persyaratan untuk penampang
geser kritis dalam pelat satu arah sama
seperti pada balok. Lihat R9.4.3.2 untuk
informasi tambahan.

==== 7.5 - Kekuatan desain

==== 7.5.1 Umum

==== R7.5 - Kekuatan desain

==== R7.5.1 Umum

==== 7.5.1.1 Untuk setiap kombinasi beban
terfaktor yang dipakai, kekuatan desain di
semua penampang harus memenuhi ϕSn ≥
U termasuk a) dan b). Interaksi antara
pengaruh beban harus diperhitungkan.
a) ϕMn ≥ Mu
b) ϕVn ≥ Vu

==== R7.5.1.1 Lihat R9.5.1.1.

==== 7.5.1.2 ϕ harus ditentukan sesuai 21.2.

==== 7.5.2 Momen R7.5.2 Momen

==== 7.5.2.1 Mn harus dihitung sesuai 22.3.

==== 7.5.2.2 Untuk pelat prategang, tendon
eksternal harus diperhitungkan sebagai
tendon tanpa lekatan dalam menghitung
kekuatan lentur, kecuali tendon eksternal
terlekat secara efektif pada penampang
beton di sepanjang bentang.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 123 dari 695


==== 7.5.2.3 Jika tulangan lentur utama pada
pelat dianggap sebagai bagian dari sayap
balok-T yang sejajar dengan sumbu
memanjang balok, tulangan yang tegak
lurus terhadap sumbu memanjang balok
harus disediakan di bagian atas pelat
sesuai a) dan b). Ketentuan ini tidak berlaku
untuk konstruksi pelat berusuk.
a) Tulangan pelat yang tegak lurus
terhadap balok harus dirancang untuk
menahan beban terfaktor yang bekerja
pada sayap balok-T yang diasumsikan
bekerja sebagai kantilever.
b) Hanya lebar efektif sayap balok-T yang
sesuai 6.3.2 yang perlu
dipertimbangkan.

==== R7.5.2.3 Ketentuan ini hanya berlaku bila
balok-T sejajar dengan bentang pelat satu
arah. Misalnya, balok ini mungkin
digunakan untuk menopang dinding atau
beban terpusat yang dengan pelat saja
tidak mampu menopangnya. Dalam hal ini,
tulangan utama pelat dipasang sejajar
dengan balok dan tulangan tegak lurus
biasanya dipasang untuk pengaruh suhu
dan susut. Persyaratan penulangan yang
dibutuhkan oleh ketentuan ini dimaksudkan
untuk mempertimbangkan momen negatif
yang “tidak diperkirakan” yang dapat
melampaui batasan akibat pengaruh suhu
dan susut.

==== 7.5.3 Geser

==== 7.5.3.1 Vn harus dihitung sesuai 22.5.

==== 7.5.3.2 Untuk pelat beton komposit,
kekuatan geser horizontal Vnh harus
dihitung sesuai 16.4.

==== 7.6 - Batasan tulangan R7.6 - Batasan tulangan

==== 7.6.1 Tulangan lentur minimum pelat
nonprategang

==== R7.6.1 Tulangan lentur minimum pelat
nonprategang

==== 7.6.1.1 Luas minimum tulangan lentur,
As,min, harus disediakan sesuai Tabel

==== 7.6.1.1.

Tabel 7.6.1.1 – As,min untuk pelat satu
arah nonprategang
Tipe
tulangan
fy, MPa As,min
Batang
ulir
< 420 0,0020Ag
Batang
ulir atau
kawat las
≥ 420
Terbesar
dari:
g
y
A
f
0,0018420
0,0014Ag

==== R7.6.1.1 Luas yang diperlukan untuk
tulangan ulir atau kawat las sebagai
tulangan lentur minimum sama seperti yang
disediakan untuk tulangan susut dan suhu
di 24.4.3.2. Namun, tulangan susut dan
suhu diizinkan untuk didistribusikan di
antara kedua muka pelat yang dianggap
sesuai untuk kondisi spesifik, tulangan
lentur minimum harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan permukaan tarik beton
akibat beban.

==== 7.6.2 Tulangan lentur minimum pelat
prategang

==== R7.6.2 Tulangan lentur minimum pelat
prategang – Persyaratan untuk tulangan
lentur minimum untuk pelat prategang satu
arah sama dengan balok prategang. Lihat
R9.6.2 untuk informasi tambahan.

==== 7.6.2.1 Untuk pelat dengan tulangan
prategang terlekat, jumlah total As dan Aps
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 124 dari 695

harus cukup untuk mengembangkan beban
terfaktor sekurang-kurangnya 1,2 kali
beban retak dihitung berdasarkan fr seperti
yang diberikan pada 19.2.3.

==== 7.6.2.2 Untuk pelat dengan kekuatan
desain lentur dan geser sekurangkurangnya
dua kali kekuatan perlu, pasal

==== 7.6.2.1 tidak perlu terpenuhi.

==== 7.6.2.3 Untuk pelat dengan tendon tanpa
lekatan, luas tulangan ulir longitudinal
minimum, As,min, harus:
As,min ≥ 0,004 Act (7.6.2.3)
dimana Act adalah luas penampang yang
berada pada sisi tarik hingga titik berat
penampang bruto.

==== 7.6.3 Tulangan geser minimum R7.6.3 Tulangan geser minimum – Dasar
untuk penulangan geser minimum pada
pelat satu arah sama seperti pada balok.
Lihat R9.6.3 untuk informasi tambahan.

==== 7.6.3.1 Luas minimum tulangan geser,
Av,min, harus disediakan pada semua
penampang dimana Vu > ϕVc. Untuk pelat
pracetak berongga tanpa beton penutup h
> 315 mm, Av,min harus disediakan di semua
penampang dimana Vu > 0,5ϕVcw.

==== R7.6.3.1 Pelat solid dan fondasi telapak
memiliki syarat tulangan geser minimum
yang lebih longgar dibandingkan balok
karena ada kemungkinan beban terbagi
antara penampang yang lemah dan kuat.
Namun, penelitian (Angelakos et al. 2001;
Lubell et al. 2004; Brown et al. 2006)
menunjukkan bahwa pelat tebal, pelat satu
arah bertulangan sedikit, terutama jika
dibuat dari beton mutu tinggi atau beton
dengan agregat kasar berukuran kecil,
kemungkinan gagal akibat geser kurang
dari Vc yang dihitung dengan Pers.
(22.5.5.1). Pelat satu arah yang memikul
beban terpusat cenderung lebih
menunjukkan kerawanan jenis ini.
Hasil uji pada unit pracetak, prategang
berongga (Becker dan Buettner 1985;
Anderson 1978) dengan h ≤ 315 mm
menunjukkan kekuatan geser lebih besar
dari yang dihitung dengan Pers.
(22.5.8.3.1a) dan Pers. (22.5.8.3.2). Hasil
pengujian pada pelat berongga dengan h >
315 mm menunjukkan bahwa kekuatan
geser badan di daerah ujung bisa kurang
dari kekuatan yang dihitung dengan Pers.
(22.5.8.3.2). Sebaliknya, kekuatan lenturgeser
pada pelat berongga yang lebih tebal
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 125 dari 695

nilainya menyamai atau melebihi kekuatan
yang dihitung dengan Pers. (22.5.8.3.1a).

==== 7.6.3.2 Jika ditunjukkan dalam pengujian
bahwa Mn dan Vn yang dibutuhkan dapat
terpenuhi, 7.6.3.1 tidak perlu dipenuhi.
Pengujian harus mensimulasikan efek dari
beda penurunan, rangkak, susut, dan
perubahan suhu, berdasarkan perkiraan
realistis terhadap pengaruh yang terjadi
dalam masa layan.

==== R7.6.3.2 Dasar evaluasi kekuatan
berdasarkan pengujian untuk pelat satu
arah sama seperti balok. Lihat ke R9.6.3.2
untuk informasi tambahan.

==== 7.6.3.3 Jika diperlukan tulangan geser,
Av,min harus sesuai 9.6.3.3.

==== 7.6.4 Tulangan susut dan suhu minimum R7.6.4 Tulangan susut dan suhu minimum

==== 7.6.4.1 Tulangan harus disediakan untuk
menahan tegangan susut dan suhu sesuai
24.4.

==== 7.6.4.2 Jika digunakan tulangan susut dan
suhu prategang sesuai 24.4.4, maka
berlaku 7.6.4.2.1 hingga 7.6.4.2.3.

==== 7.6.4.2.1 Untuk konstruksi balok-pelat
monolit, cor di tempat, pascatarik, luas
penampang bruto beton terdiri dari luas
total balok termasuk ketebalan pelat dan
luas pelat yang dihitung setengah dari jarak
bersih antara badan balok yang
bersebelahan. Diizinkan untuk
memasukkan gaya efektif tendon dalam
balok pada perhitungan total gaya
prategang yang bekerja pada luas
penampang bruto beton.

==== 7.6.4.2.2 Jika pelat menumpu di dinding
atau tidak dicor secara monolit dengan
balok, luas penampang bruto beton adalah
bagian penampang pelat pada tributari
tendon atau kelompok tendon.

==== 7.6.4.2.3 Setidaknya satu tendon
diperlukan pada pelat antara muka balok
atau dinding yang berdekatan.

==== R7.6.4.2 Dalam konstruksi balok-pelat
monolit prategang, setidaknya ada satu
tendon susut dan suhu diperlukan di antara
balok, walaupun tendon balok saja
memberikan tegangan tekan rata-rata
sekurang-kurangnya 0,7 MPa seperti yang
dipersyaratkan oleh 24.4.4.1 pada
penampang bruto beton sebagaimana
didefinisikan dalam 7.6.4.2.1. Tendon
berbagai ukuran diizinkan digunakan
selama semua persyaratan dalam 7.6.4.2
dan 7.7.6.3 terpenuhi. Penerapan dari
ketentuan 7.6.4.2 dan 7.7.6.3 untuk
konstruksi monolit, cor di tempat,
pascatarik, balok-pelat seperti
diilustrasikan pada Gambar R7.6.4.2.
Tendon untuk tulangan susut dan suhu
harus diletakkan sedekat mungkin dengan
setengah tinggi pelat. Kondisi dimana
tendon susut dan suhu digunakan untuk
menumpu tendon utama, variasi jarak dari
sumbu pusat pelat diperbolehkan; namun,
resultan tendon susut dan suhu tidak boleh
melebihi sepertiga tebal pelat.
Pengaruh pemendekan pelat harus
dievaluasi untuk memastikan efektifitas
sistem prategang. Dalam banyak kasus,
gaya prategang rendah yang
direkomendasikan tidak boleh menyulitkan
pendetailan struktur. Perhatian lebih
mungkin diperlukan bila pengaruh suhu
signifikan.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 126 dari 695


Gambar R7.6.4.2 – Potongan penampang balok yang dicor monolit dengan pelat

==== 7.7 - Detail penulangan

==== 7.7.1 Umum

==== R7.7 - Detail penulangan

==== 7.7.1.1 Selimut beton untuk penulangan
harus sesuai 20.6.1.

==== 7.7.1.2 Panjang penyaluran tulangan ulir
dan tulangan prategang harus sesuai 25.4.

==== 7.7.1.3 Sambungan lewatan tulangan ulir
harus memenuhi sesuai 25.5.

==== 7.7.1.4 Tulangan bundel harus sesuai
25.6.

==== 7.7.2 Spasi tulangan R7.7.2 Spasi tulangan

==== 7.7.2.1 Spasi minimum s harus sesuai
25.2.

==== 7.7.2.2 Untuk pelat nonprategang dan
prategang kelas C, spasi tulangan
longitudinal terlekat yang paling dekat
dengan sisi tarik tidak boleh melebihi s yang
diberikan dalam 24.3.

==== 7.7.2.3 Spasi maksimum s untuk tulangan
ulir harus kurang dari 3h dan 450 mm.

==== 7.7.2.4 Spasi tulangan yang disyaratkan
oleh 7.5.2.3 tidak boleh melebihi nilai
terkecil dari 5h dan 450 mm.

==== R7.7.2.4 Batasan spasi untuk tulangan
pelat didasarkan pada ketebalan sayap,
bila tebal untuk sayap tirus (tapered) dapat
diambil ketebalan rata-rata.

==== 7.7.3 Tulangan lentur pelat nonprategang R7.7.3 Tulangan lentur pelat
nonprategang – Persyaratan penyaluran
tulangan pada pelat satu arah sama
dengan balok. Lihat R9.7.3 untuk informasi
tambahan.
Tendon susut dan
suhu pelat
Lebar badan balok
L1 L2
L1/2 L2/2
Tendon balok
Maksimum 1,8 m per

==== 7.7.6.3.1 (tipikal). Lihat

==== 7.7.6.3.2 untuk tulangan
tambahan yang diperlukan
saat spasi tulangan melebihi
1,4 m
Tendon balok dan pelat di
daerah arsiran harus
memberikan tegangan tekan
rata-rata minimum 0,7 MPa di
daerah arsiran (daerah bruto
tributari ke masing-masing
balok)
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 127 dari 695


==== 7.7.3.1 Gaya tarik atau tekan terhitung
pada tulangan di setiap penampang pelat
harus disediakan pada tiap sisi dari
penampang.

==== 7.7.3.2 Lokasi kritis penyaluran tulangan
adalah titik-titik tegangan maksimum dan
titik-titik di sepanjang bentang ketika
tulangan tarik yang dibengkokan atau
diputus tidak diperlukan lagi untuk
menahan lentur.

==== 7.7.3.3 Tulangan harus diteruskan
melewati titik dimana tulangan tersebut
tidak lagi diperlukan untuk menahan lentur
dengan jarak setidaknya yang terbesar dari
d dan 12db, kecuali pada tumpuan
sederhana dan kantilever.

==== 7.7.3.4 Penyaluran tulangan tarik lentur
harus memiliki panjang penyaluran paling
sedikit ℓd melewati titik dimana tulangan
tarik yang dibengkokan atau diputus tidak
diperlukan lagi untuk menahan lentur.

==== 7.7.3.5 Tulangan tarik lentur tidak boleh
diputus di daerah tarik kecuali a), b), atau c)
terpenuhi:
a) Vu ≤ (2/3) ϕVn pada titik putus (cutoff).
b) Untuk tulangan D36 atau yang lebih
kecil, luas tulangan yang diteruskan dua
kali lipat dari luas yang dibutuhkan untuk
lentur pada titik putus dan Vu ≤ (3/4) ϕVn.
c) Luas sengkang berlebih yang diperlukan
untuk geser disediakan di sepanjang
pemutusan tulangan atau kawat sejarak
3/4d dari titik pemutusan tulangan. Luas
sengkang berlebih harus tidak boleh
kurang dari W yt 0,41b s/f . Spasi s tidak
boleh melebihi d/(8βb).

==== 7.7.3.6 Pengangkuran yang cukup harus
disediakan untuk tulangan tarik dimana
tegangan tulangan tidak proporsional
dengan momen, seperti pada pelat miring,
pelat berundak, pelat tirus, atau dimana
tulangan tarik tidak sejajar dengan
permukaan tekan.

==== 7.7.3.7 Pada pelat dengan bentang tidak
lebih dari 3 m, kawat las dengan ukuran
tidak melebihi 16 atau D16, diizinkan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 128 dari 695

untuk dibengkokkan dari titik di dekat sisi
atas pelat pada tumpuan ke titik di dekat sisi
bawah pelat pada bagian tengah bentang,
tulangan yang disediakan harus diteruskan
atau disalurkan sampai tumpuan.

==== 7.7.3.8 Pemutusan tulangan R7.7.3.8 Pemutusan tulangan –
Persyaratan untuk pemutusan tulangan
pada pelat satu arah sama dengan balok.
Lihat R9.7.3.8 untuk informasi tambahan.

==== 7.7.3.8.1 Pada tumpuan sederhana,
setidaknya sepertiga dari tulangan momen
positif maksimum harus diteruskan
sepanjang bawah pelat sampai ke
tumpuan, kecuali untuk pelat pracetak
dimana tulangan tersebut harus diteruskan
sekurang-kurangnya sampai pusat panjang
landasan.

==== 7.7.3.8.2 Pada tumpuan lain, sedikitnya
seperempat dari tulangan momen positif
maksimum harus diteruskan sepanjang
bawah pelat ke tumpuan sekurangkurangnya
150 mm.

==== 7.7.3.8.3 Pada tumpuan sederhana dan
titik balik, db untuk tulangan tarik momen
positif harus dibatasi sedemikian rupa
sehingga ℓd dapat memenuhi a) atau b).
Jika tulangan terputus melewati garis
tengah tumpuan dengan ujung kait standar
atau pengangkuran mekanis yang
setidaknya setara dengan kait standar, a)
atau b) tidak perlu dipenuhi.
a) ℓd ≤ (1,3Mn / Vu + ℓa) jika ujung tulangan
dikekang oleh reaksi tekan
b) ℓd ≤ (Mn / Vu+ ℓa) jika ujung tulangan tidak
dikekang oleh reaksi tekan.
Mn dihitung dengan asumsi semua
tegangan tulangan pada penampang
mencapai fy dan Vu dihitung pada
penampang tersebut. Pada tumpuan, ℓa
adalah panjang penyaluran yang melewati
pusat tumpuan. Pada titik balik, ℓa adalah
panjang penyaluran yang melewati titik
balik, dibatasi dengan nilai terbesar dari d
atau 12db.

==== 7.7.3.8.4 Setidaknya sepertiga dari
tulangan momen negatif pada tumpuan
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 129 dari 695

harus memiliki panjang penyaluran
melewati titik balik sekurang-kurangnya
terbesar dari d, 12db, dan ℓn/16.

==== 7.7.4 Tulangan lentur pelat prategang R7.7.4 Tulangan lentur pelat prategang

==== 7.7.4.1 Tendon eksternal harus dilekatkan
pada komponen struktur sehingga mampu
mempertahankan eksentrisitas yang
ditetapkan antara tendon dan titik berat
beton pada semua rentang lendutan
komponen struktur yang diantisipasi.

==== 7.7.4.2 Jika tulangan nonprategang
diperlukan untuk kekuatan lentur,
persyaratan pendetailan 7.7.3 harus
dipenuhi.

==== 7.7.4.3 Pemutusan tulangan prategang

==== 7.7.4.3.1 Daerah pengakuran pascatarik
harus didesain dan didetailkan sesuai 25.9.

==== 7.7.4.3.2 Angkur pascatarik dan kopler
(coupler) harus didesain dan didetailkan
sesuai 25.8.

==== 7.7.4.4 Pemutusan tulangan ulir pelat
dengan tendon tanpa lekatan

==== R7.7.4.4 Pemutusan tulangan ulir pelat
dengan tendon tanpa lekatan –
Persyaratan untuk pemutusan tulangan ulir
pada pelat satu arah dengan tendon tanpa
lekatan sama dengan balok. Lihat R9.7.4.4
untuk informasi tambahan

==== 7.7.4.4.1 Panjang tulangan ulir yang
diperlukan 7.6.2.3 harus sesuai a) dan b):
a) Sekurang-kurangnya ℓn/3 di area
momen positif dan dipusatkan di daerah
tersebut
b) Sekurang-kurangnya ℓn/6 di setiap sisi
muka tumpuan

==== 7.7.5 Tulangan geser

==== 7.7.5.1 Jika tulangan geser diperlukan,
tulangan transversal harus didetailkan
sesuai 9.7.6.2.

==== 7.7.6 Tulangan susut dan suhu R7.7.6 Tulangan susut dan suhu

==== 7.7.6.1 Tulangan susut dan suhu sesuai

==== 7.6.4 harus ditempatkan tegak lurus
terhadap tulangan lentur.
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 130 dari 695


==== 7.7.6.2 Tulangan nonprategang

==== 7.7.6.2.1 Spasi antar tulangan susut dan
suhu tidak boleh melebihi yang terkecil dari
5h dan 450 mm.

==== 7.7.6.3 Tulangan prategang R7.7.6.3 Tulangan prategang

==== 7.7.6.3.1 Spasi tendon pelat yang
disyaratkan 7.6.4.2 dan jarak antara muka
balok atau dinding ke tendon pelat terdekat
tidak boleh melebihi 1,8 meter.

==== 7.7.6.3.2 Jika spasi tendon pelat melebihi
1,4 m, tulangan susut dan suhu tambahan
sesuai 24.4.3 harus diletakkan sejajar
dengan tendon, kecuali 24.4.3.4 tidak perlu
dipenuhi. Dalam menghitung luas tulangan
tambahan, diperkenankan menggunakan
luas penampang bruto beton sesuai Tabel
24.4.3.2 sebagai luas pelat di antara muka
balok. Tulangan susut dan suhu harus
diteruskan dari tepi pelat dengan jarak tidak
kurang dari spasi tendon pelat.

==== R7.7.6.3.2 Tendon dengan spasi lebar
menghasilkan tegangan tekan tidak
seragam di dekat tepi pelat. Tulangan
tambahan berfungsi untuk memperkuat
daerah-daerah di dekat tepi pelat yang
mungkin tegangan tekannya yang tidak
memadai. Penempatan tulangan tersebut
diilustrasikan pada Gambar R7.7.6.3.2.

Gambar R7.7.6.3.2 – Tampak atas pelat tepi menunjukkan tulangan tambahan untuk
susut dan suhu
s s s s s
Tendon susut dan suhu (tipikal)
Panjang s
Angkur
tendon
(tipikal)
Balok
Tulangan tambahan untuk susut dan
suhu
> 1,4 m
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional,
copy standar ini dibuat untuk
Sub KT 91-01-S4 Bahan,
Sain, Struktur & Konstruksi Bangunan, dan
tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2847:2019
© BSN 2019 131 dari 695



[ Lanjut Ke PASAL 8 – PELAT DUA ARAH... ]






Kembali ke Daftar Isi
Jelajah ke Daftar Gambar
Jelajah ke Daftar Tabel